2R [Haifa]

6 2 0
                                    

Rora diam menatap seseorang berambut hitam legam yang sedang sibuk membaca komik serial favoritnya, dia adalah Sendi teman sekelasnya yang juga dulu teman SMP Rora.

Hanya mereka berdua yang masuk kedalam SMA favorit disini, namun sayang Sendi yang dulu ia kenal berubah 180° setelah ia menghilang 3 tahun yang lalu sesudah mengungkapkan perasaannya kepada Rora.

Perubahan yang benar-benar membuat Rora bahwa dia bukanlah Sendi. Dengan nama yang berubah sikapnya yang dingin, begitu pula halnya tinggi badan cowok itu. Hanya saja yang tidak berubah cukup harum parfumnya yang selalu Rora ingat.

Rora menghela nafas, entah ada apa sebenernya selama 3 tahun belakangan ini yang bisa membuat Sendi berubah seperti itu hingga pada akhirnya namanya pun ia rubah menjadi Reno. Jujur jauh dari lubuk hatinya Rora merindukan Sendi yang dulu, cowok yang hangat murah senyum bahkan selalu menggodanya bila Rora merasa kesal dengan sesuatu.

Namun benar, Rora membenarkan ucapan Sendi saat mereka bertemu di sebuah stasiun kereta, tempat transportasi mereka berdua untuk melakukan perjalanan kesekolah. Apa yang terjadi dulu tidaklah sama dengan apa yang terjadi sekarang, bahkan untuk perasaan yang pernah dia ucapkan itu sudah tidak berlaku lagi untuk sekarang. Sakit memang, dimana Rora masih menunggu dan berharap Sendi kembali, tetapi saat dia kembali namun dengan karakter dan nama yang berbeda ditambah membuat Rora semakin asing dengan Sendi sehingga hatinya merasa nyeri jika memandang cowok itu.

Sebagaimana Sendi menyuruh Rora untuk memanggilnya dengan sebutan Reno, Rora tidak mau. Entah lah Rora benar-benar tidak bisa move on dengan hal semacam ini. Sebutbsaja Rora memang kekanak-kanakan, walaupun nyatanya iya.

"Ra," Gadis itu terkejut, seseorang menyentuh pundaknya membuat Rora mendongak untuk tau siapa yang mengagetkan dirinya.

Gadis dengan rambut pendek sebahu itu tersenyum lantas duduk tepat disebelah Rora. Itu Citra teman sebangku Rora yang tahu kisah mereka berdua, terkadang Citra pun sudah pernah memberitahu, sebaiknya turuti saja kemauan Sendi sekarang dan terima bahwa Sendi bukanlah Sendi yang dulu.

"Masih penasaran?"

Rora terkekeh, mengangguk ragu seraya menatap Sendi yang masih fokus dengan komiknya.

"Gue kangen Cit, ada apa sih sebenarnya?"

Citra mendengar itu menghela nafas, tangannya mengelus pundang milik Rora pelan.

"Kalau memang dia udah gak ada perasaan lagi sama gue, seengaknya jelasin kenapa dia tiba-tiba ngilang gitu aja waktu dia bilang suka sama gue,"

"Ada alasan Ra,"

"Iya apa? Gue berhak tau!" Nadanya sedikit meninggi membuat teman sekelasnya menoleh kearah Rora bingung, begitu juga Sendi yang sudah menatapnya datar.

Rora gelagapan, salah tingkah dengan sikap yang baru saja tidak sengaja dia lakukan. Namun beberapa detik kemudian Sendi bangkit dari duduknya, komik yang ia pegang tadi, ia taruh diatas meja dan berjalan mendekat kearah Rora.

Tanpa berkata apapun, cowok itu menarik lengan kanan Rora untuk mengikuti langkahnya. Entah, Rora tidak tahu akan dibawa kemana oleh Sendi, ditambah 15 menit lagi adalah pergantian mata pelajaran bahasa inggris dan ada kuis.

"Kemana?" tanya Rora hati-hati saat Sendi masih terus menariknya, dan seperti biasa Sendi hanya diam menatap datar kearah depan tanpa menjelaskan apapun.

Tepat sasaran, Sendi membawanya kebelakang sekolah yang jarang sekali di lewati oleh murid lain, Sendi diam menatap datar Rora yang sudah menatap kearah sekitar yang menghindar untuk saling tatap dengannya.

"Kenapa lagi?" suara berat itu terdengar, membuat Rora menghela nafas. Bersusah payah untuk mengatur detak jantungnya yang berdetak kencang akibat suaranya.

Lebay? Memang. Tapi itu yang Rora rasakan bila berhubungan dengan Sendi.

"Mau sampai kapan diem begitu?"

Kali ini Rora mendongak, memberanikan diri untuk menatap mata tajamnya dengan iris mata berwarna coklat.

"Mau sampai kapan gak ngasih gue kejelasan?" Rora melemparkan pertanyaan kepada Sendi,membuat lelaki itu menyisir rambut dengan jari-jarinya.

"Gue kan udah bilang, lupain,"

"Gak segampang yang lo bilang Sen," jawab Rora dengan penuh harap.

"Nama gue bukan Sendi,"

"Nggak, lo Sendi. Lo masih orang yang gue kenal,"

Sendi terkekeh, tangannya menyentuh pucuk kepala gadis itu.

Mendapat perlakuan seperti tadi membuat Rora semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengannya. Dan yakin Sendi masih lah Sendi yang dulu ia kenal.

"Gak semua orang yang dari masa lalu masih bersikap sama Ra, buktinya lo juga berubah banyak,"

Tangannya kembali ia masukan kedalam saku celananya, masih menatap hangat kearah Rora yang diam mendengar perkataan Sendi barusan.

"Lo banyak berubah, coba sekarang? Jadi cewek yang digilai semua cowok disekolahan. Dulu? Boro-boro ada yang mau sama lo. Untung-untungan ada gue," kekehannya sebari menggeleng pelan. Entah saat Sendi mengingat itu membuat dirinya terkadang bisa tertawa tiba-tiba seperti ini.

Memang Rora yang dulu ia kenal berbeda dengan Rora yang sekarang, Rora yang makin terlihat cantik dengan potongan rambut berbeda, membuat auranya terpencar. Dan Sendi mengakui itu

"Tapi lo lebih berubah, dan asing," Rora menundukan kepalanya berusaha untuk tidak menangis didepan cowok yang masih menjadi cinta pertamanya.

Melihat itu Sendi menghela nafas panjang, lagi-lagi tangannya mengetuk kepala Rora pelan. Dan membuat gadis itu mendongak dengan air mata yang udah berlinang di kulit putihnya.

"Kata gue juga apa? Jangan cengeng."

Rora masih diam, menahan agar tangisnya tidak membeludak, namun beberapa detik kemudian tiba-tiba saja Sendi yang menatapnya dengan tatapan sendu juga menaruh kepalanya di pundak Rora, membuat Rora membelalakan matanya.

"Maaf," bisiknya, Rora menatap kearah depan karena dengan posisi seperti ini, ia tidak bisa melihat ekspresi Sendi.

"Maaf udah ninggalin lo gitu aja, gue gak tau kalo itu bisa bikin lo sehancur itu. Tapi ada beberapa yang gak bisa gue jelasin. Dan Cuma satu yang gue minta dari lo. Mulai sekarang panggil gue Reno. Please,"

Dan disitulah Rora paham bahwa Sendi juga benar-Benar tersiksa dengan keadaannya dimasa lalu hingga ia trauma dengan namanya sendiri. Mau gak mau Rora harus mengiyakan, segimana Sendi yang sekarang cukup asing baginya.


Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now