YOUR NAME? [Lily]

1 0 0
                                    

Lily memiliki sebuah prinsip, hingga membuat semua lelaki enggan untuk mendekatinya. 'Jika masih bisa dikerjakan sendiri, kenapa harus minta bantuan?'.

Seperti sekarang, dia masih bergelut dengan kardus-kardus besar, memindahkan dari lantai atas ke lantai bawah sekolah. Salahkan guru olah raga yang gemar meminta bantuan kepala gadis kecil sepertinya. Dengan keringat yang turun deras, dia masih berusaha mengangkat kadus kelima.

"Hanya benda seperti ini, ayo semangat Ly!" tuturnya memberi semangat, karena jujur. Sepertinya tubuh Lily sudah mulai lelah.

"Perlu bantuan?" ucap seseorang, namun Lily enggan untuk merespon hal tersebut.

Orang itu berjalan mendekat dan berdiri tepat di samping Lily. "Hai? Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya lagi.

Lily masih tidak merespon dan memfokuskan untuk memindah kardus. "Astaga, aku bicara dengan tembok," ucapnya dengan kesal lalu langsung mengambil alih kardus yang berada di tangan Lily.

"Heii! Apa-apaan ini! Kembalian!" protes Lily saat pemuda ini mengangkat kardus dengan satu tangannya.

"Aku bicara denganmu daritadi, kenapa kamu mengabaikannya?" tanyanya dengan wajah tidak suka.

"Pergi dari sini, aku bisa saja mengurus tugas ini."

"Namaku, Rangga. Namamu?" tanyanya sambil menatap, wajah Lily yang terlihat tidak suka.

Dengan kesal, Lily memilih pergi dan meletakkan kardus yang tengah dia pegang. Terlalu malas melalukan tugas dari sang guru, mungkin akan dia lanjutkam saat Rangga pergi.

"Tunggu," cegah Rangga.

Gadis itu menghentikan langkahnya namun enggan untuk menoleh ke belakang, dia menunggu kalimat selanjutnya dari Rangga.

"Kenapa kamu menghindari semua cowo?" tanya Rangga dengan wajah penasaran sambil menatap punggung Lily. "Aku ingin berteman denganmu, apa bisa? Beri aku satu kesempatan."

"Kenapa?" tanya balik Lily, perlahan dia membalikkan badannya menatap tajam Rangga. "Kenapa harus berkenalan denganku? Bukankah banyak cewe lain di sini?"

Jujur, Rangga bingung harus menjawab apa. Semua yang Lily ucapkan itu benar, di sekolah ini terdapat banyak gadis. Namun entah kenapa dia ingin sekali berkenalan dengan gadis mungil ini.

"Sudahlah, jangan kenal aku. Aku tahu, niatmu pasti buruk. Setelah kenal, pasti dicampakkan. Ah ... merepotkan sekali manusia itu," tutur Lily menghela napas berat.

Dia sedikit teringat masa kalemnya, dimana Lily berteman dengan seorang pemuda. "Maaf, mungkin aku membuatmu mengingat sesuatu yang buruk," ucap Rangga dan berjalan mendekati Lily.

"Bisa kita berkenalan? Sejak awal melihatmu membawakan pidato saat upacara, membuatku ingin sekali berteman denganmu," pintanya lagi, entah berapa kali Rangga mengulang permintaannya.

Lily menatap datar, dan sesekali menghela napas berat. Dia tidak ingin seseorang mendekatinya, seperti yang Rangga lakukan sekarang. Andai bukan kawasan sekolah, mungkin pria ini sudah babak belur dan jatuh ke tanah. "Tidak," tolaknya dengan tegas.

"Namamu?" tanya Rangga, seakan bebal dengan penolakan sang lawan bicara.

"Apa kamu tidak ingin memberitahukan namamu denganku? Ayolah, kita sekarang akan menjadi teman," ucap Rangga lagi, biarlah sekarang dia sedikit memaksa. Karena jujur saja, dia merasa tertarik dengan Lily dan ingin sekali menemaninya.

"Aku menolak, bisa hentikan drama menjijikanmu? Sungguh membuatku muak. Sampai kapanpun, kita tidak akan menjadi teman, dan aku tidak ingin memberi tahu namaku," ucap Lily dengan sedikit membentak.

"Aku bisa membantumu, bukakah manusia adalah mahluk sosial? Sekali lagi, namaku Rangga. Namamu?" tanyanya lagi.

"Aku bisa mengurus apa pun sendiri." Setelah mengucapkan hal itu, Lily langsung pergi dari tempat itu, menunggu Rangga tidak di sana. Dia akan melanjutkan tugas dari sang guru.

"Dasar keras kepala, aku akan mencari tahu namamu dan akan menjadi temanmu," tutur Rangga sambil tersenyum.

"Mungkin sekarang kita tidak saling kenal, namun nanti. Kita akan menjadi teman atau lebih, aku percaya itu."

END

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now