Who? [Haifa] [Horror]

11 2 0
                                    

"Jangan gila," ucap Fafa saat melihat Elang memasukan pisau dapur kedalam tas sekolahnya, lelaki itu menoleh, menatap adik perempuannya yang sudah berdiri diambang pintu dengan tatapan tidak percaya.

"Ini jalan satu-satunya,"

"Tapi kau tidak se-,"

"Ayolah Fa, kumohon," sela Elang dengan ekspresi memohonnya, membuat Fafa mau tidak mau mengangguk ragu.

--------

Saat pulang sekolah tiba, Elang sudah berada di gudang sekolah bersama Fafa, mencari sesuatu yang kemungkinan besar ada sebuah bukti atau jasad siswa lain yang dibuang lagi sini seperti beberapa hari sebelumnya dimana Fafa saat di hukum oleh pak Hendra untuk membersihkan gudang saat dirinya telat sekolah.

Semenjak kejadian itu juga, selalu saja ada masalah yang datang seperti murid yang tiba-tiba hilang lalu ditemukan jasadnya tanpa sehelai kain, setelah satu hari menghilang.

Membuat Fafa berfikir ada yang tidak beres dengan sekolahnya, dan mau tidak mau harus bercerita kepada Elang, dan syukurlah Elang pun merasakan apa yang Fafa rasakan selama seminggu ini.

Namun saat Fafa berada di pojok ruangan, badan gadis itu terasa kaku saat dirinya menemukan kembali jasad perempuan disini, tanpa sehelai kain di badannya, tetapi penuh dengan simbah darah.

"Elang," panggil Fafa, suaranya serak seperti ada yang mencekik, lagi dan lagi Fafa sedikit shock dengan apa yang ia liat, karena untuk yang sekarang jasadnya terlihat sangat mengenaskan.

Merasa terpanggil, Elang segera berjalan mendekat kearah Fafa, dan menatap jasad tersebut.

Darah yang keluar dari kepalanya, menimbulkan bau busuk, membuat mereka berdua menutup hidung karena tidak mampu akan udara yang menusuk indera penciuman mereka.

Masih dengan perasaan terkejut dengan apa yang terjadi, tiba-tiba dentuman keras dari pintu terdengar, membuat Fafa dan Elang saling pandang.

Fafa melangkah mendekat kearah Elang saat siapa yang datang dan bersembunyi tepat di belakang tubuh tegap kakaknya.

Keringat mengucur deras di dahi Elang, dan sesegera mungkin ia mengeluarkan pisau yang ia bawa tadi. Iya, ini pertama kalinya bagi Elang untuk berhadapan dengan seseorang yang mempunyai darah dingin untuk membantai orang yang menurutnya tidak berdosa.

Sedangkan Fafa, jantungnya berdegup dua kali lebih kencang, kedua kakinya terasa lemas, ingin rasanya gadis itu berlari dari tempat ini, namun apa daya disana ada seseorang berawakan tinggi memakai topeng badut sebari membawa kapak.

Walaupun orang itu memakai topeng, Fafa tau ia sedang menyeringai dan tersenyum puas yang mengerikan saat menatap mereka berdua, dan tanpa aba-aba orang tersebut berjalan mendekat kearah mereka berdua, seraya memukulkan kapak tersebut kearah benda sekitar.

Ini buruk, Elang berfikir keras, bagaimana ia dan Fafa bisa keluar dengan selamat sekaligus mencari tahu siapa dibalik topek badut itu.

Dengan Fafa yang memegang erat tangan Elang, lelaki itu berdiam memikirkan sesuatu, Fafa tidak tahu apa yang Elang rencanakan, tetapi yang jelas Fafa harus berhati-hati.

"Kau larilah, untuk ini biar aku yang urus,"

Fafa mendelik saat mendengar Elang berbicara seperti itu, apa-apaan dia, sinting? Yang benar saja melawan seorang psikopat seorang diri!

"Aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja, jangan berlagak seperti jagoan,"

Elang menoleh, lalu pandangannya ia alihkan kembali untuk menatap orang itu, Elang berdecak, sedikit kesal dengan adiknya yang terkadang keras kepala.

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now