Never Alone [Najwa]

4 1 0
                                    

Tahukah kamu seorang yang sedang mencintai itu hatinya lembut, kenapa? Aku sungguh percaya kata-kata itu, aku percaya karena aku mengalaminya sendiri. Aku ... tidak tahu bagaimana menafsirkannya, tapi itu benar-benar terjadi. Hatiku begitu lemah lembut, aku menjadi lebih dewasa dan tidak mudah marah. Hatiku begitu lembut, apalagi saat aku melihatnya, menatapnya, bersamanya.

Tapi, ada satu fakta yang harus kalian tahu. Bahwa, dia tidak tahu. Ia sama sekali tidak tahu bahwa aku mencintainya begitu menyakitkan, bukan? Aku Atheena telah jatuh cinta kepadanya. Mau seberapa buruk sifatnya dimata siapapun aku tidak peduli. Aku telah jatuh cinta kepadanya.

Hanya dia yang tahu aku dan hanya aku yang tahu dia. Ketidakmungkinan untuk menjadi miliknya itu yang aku takuti. Seperti detik ini dia yang keras kepala tidak ingin ikut pergi ke acara keluarga.

"Tin, Ya Allah gue nggak mau ikut," tegasnya.

"Na, ini acara penting bahlul. Lu nggak ada hati banget," tekanku seraya menggertakkan gigi.

Ia mulai gelisah, "Ah, elah lu nggak seru banget asli. Gue malas ikut-ikut urusan emak-emak."

"Urusan keluarga, Bambang. Gue juga tahu, Na, lu bukannya nggak mau tapi lu mau berfoya-foya sama your rich friends, right?" Seruku kesal.

Ia terlihat seperti orang cengengesan, "Iya, yasudah gue ngikut lu aja."

"Lho? Itu terserah lu, Nan, jangan gara-gara gue."

"Enggak, ih."

Seperti itulah dia, walau keras kepala tapi ia selalu luluh dengan sikap atau perkataanku. Seperti dugaan kalian, ya, dia orang yang gue suka dan saudara.

Tidak aku dan dia bukan saudara tiri, melainkan saudara yang sebenarnya cukup jauh, tapi kami masih bersaudara. Aku mulai sadar menyukainya sejak aku kelas satu SMA. Rumit, tapi aku harus mengakuinya. Oke, ingat satu hal kami saudara.

Setelah Lana mengiyakan untuk ikut kumpul keluarga, kami berdua bergegas ke sana. Tempatnya tidak begitu jauh.

Aku mengendarai motor sport berwarna hitam dan Lana menggunakan motor sport berwarna merah. Kami sama-sama pecinta motor sport. Selama diperjalanan kami hanya fokus pada kendaraan masing-masing. Hingga tiba saat Lana menghentikanku dengan mendadak.

Ciut ....

"Astaghfirullah, ya Allah hamba masih mau hidup!" Teriakku kencang. "Lu mau gue ucap kata kasar atau gak!?"

"Sorry, beb. Gue mau kasih tahu lu sesuatu makanya gue berhentiin." Bisa-bisanya ia tertawa saat melihat aku seperi orang yang terkena serangan jantung.

"Sumpah! Gue gak habis pikir sama lu, bambang. Nanti 'kan juga bisa!"

"Gue nggak bisa nanti-nanti, gue takut kalau nanti-nanti gue didatengin malaikat maut, gimana?" Astaghfirullah. Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa? Kalian bisa pikirkan bagaimana aku sekarang. Aku rasanya seperti ingin menjadi iron man, ups, maksudnya aku ingin melempar ia sekarang juga. "Dah, cepat kalau mau ngomong! Gue takut diomelin kalau telat!".

"Oke, first of all gue nggak mau lu marah sama gue, maka dari itu gue mau langsung ngomong sama lu. Gue diterima di Stanford, Tin. Gue benar-benar senang, tapi disatu sisi gue kepikiran sama lu. Yang pasti gue bakalan netap di sana sampai gue menentukan kapan gue kembali. Ini berlalu dengan cepat, gue nggak tahu mau ngomongin sama lu gimana gue takut lu marah sama gue," jelas Lana panjang lebar.

Aku terpaku. Disatu sisi aku bangga padanya, disisi lain hatiku sakit. Aku mencoba tegar di depannya, tapi tidak bisa. Air mataku mengalir dengan derasnya selama ini aku mencoba tegar, sekarang rasanya semua runtuh.

"Tin?"

Sabar, Na. Gue lagi mencoba untuk ngomong sama lu, sabar, batinku.

"Alhamdulillah, gue ... bersyukur, Na. Mana mungkin gue marah sama lu, congrats, ya."

"Ah, lu mah bikin gue deg-degan aja." dia menghampiriku dan memelukku. "Makasih, Tin lu selalu support gue. Gue gak percaya lu sampai nangis gini."

"Ya, Na." Aku berusaha santai aku tidak ingin terlihat begitu sedih.

"Pokoknya gue sayang banget sama lu, jangan pernah sedih, ya Tin. Lu nggak pernah sendiri, ada gue, bokap nyokap lu, adik lu, dan yang selalu ada buat lu Allah." Kok, malah dia yang menasihatiku?

"Cukup, hilangkan perasaan yang ada di hati lu buat gue. Gue mau kita hanya sebagai sahabat tidak lebih."

*Wait*, jadi ....

Gue nggak pernah sendiri dia ada di hati gue selama ini kita berdua, ya?



Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now