LAST MINUTE [Amey]

2 1 0
                                    

Felix menatap tubuh Krystal yang dipenuhi selang-selang penunjang kehidupan. Pria itu mendekat ke arah Krystal yang terbaring lemah di kasur. Perlahan tangannya naik mengenggam tangan mungil gadis itu.

Pria itu mencoba menetralkan napasnya yang tiba-tiba terasa sesak.

"Krystal," panggil Felix membuat mata gadis itu kembali terbuka. Gadis itu tersenyum lemah.

Felix mengusap lembut rambut gadis itu, kemudian mendekatkan bibirnya ke kening gadis itu dan mengecupnya sayang.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya lembut pria itu.

Gadis itu terdiam sejenak, matanya menatap tepat di kedua bola mata pria yang ia cintai itu. Bibirnya perlahan terbuka.

"Aku lelah Felix."

"Bisakah aku pergi sekarang? Semua ini terasa tidak nyaman dan begitu sakit," ujar gadis itu lemah.

Suara monitor detak jantung gadis itu terdengar memenuhi ruangan. Semua orang di dalam ruangan itu terdiam, tak ada yang berani berbicara.

Felix menggelengkan kepalanya. "Besok kita ada pengumuman kelulusan. Kamu harus tetap bertahan untuk besok, yah?"

Air mata gadis itu perlahan mengalir ke sisi wajahnya.

"Aku akan mengumumkan pertunangan kita setelah pengumuman kelulusan selesai, Krystal." Suara Felix kali ini bergetar.

"Kumohon bertahanlah." Ia mencium telapak tangan gadis itu. Suara tangis keluarga mereka terdengar mulai berhasut-hasutan memenuhi ruangan.

Krystal menggigit bibir bawahnya sebisa mungkin menahan isak tangisnya. Tangan Felix terangkat menghapus air mata di wajah gadis itu.

"Jangan meninggalkanku, aku membutuhkan mu," pinta pria itu. Diremasnya tangan gadis itu kuat, mencoba menyalurkan energinya.

"Maaf ... Felix." Gadis itu mulai merasa mati rasa pada kakinya.

"Aku tidak bisa menepati janji kita untuk terus bersama." Kembali air mata gadis itu meleleh.

"Berjanjilah padaku untuk tetap hidup walau aku sudah pergi, masih banyak orang lain yang akan selalu berada di sampingmu. Kau tidak akan pernah sedirian."

Pria itu menggelengkan kepalanya kasar. "Kau tidak akan pergi kemanapun, tidak tanpaku."

"Jangan keras kepala, kumohon!" pinta gadis itu.

Dengan sisa tenaganya Krystal mengusap pipi pria di hadapannya.

Gadis itu tersenyum samar.
"Will you marry me on the next life?"

Felix tertegun sesaat lalu mengangguk lemah.
"Aku mencintai mu, Krystal."

"Terima kasih, aku juga."
Bersamaan dengan perkataan yang keluar dari mulutnya, tubuh gadis itu tiba-tiba menegang. Mata gadis itu membulat lebar.

"Krystal!" sentak Felix, pria itu menatap Krystal, tangannya terus-menerus mengusap kepala gadis itu.

Menit demi menit terasa begitu berat dan menyesakkan. Tangan Felix tak pernah terlepas dari genggaman tangan gadis itu. Bibirnya tak henti membaca doa untuk keberlangsungan gadis di hadapannya. Napasnya memburu tak karuan.

Suara alat medis di sana semakin nyaring terdengar, membuat suara tangis para kerabat semakin terdengar menganggu di telinga.

Para dokter masuk ke dalam ruangan dan segera memeriksa keadaan gadis itu. Seluruh orang di sana di suruh meninggalkan ruangan, tak terkecuali Felix.

Pria itu duduk di kursi depan ruangan itu, ia menunduk, menarik napas panjang lalu mengusap kasar wajahnya. Matanya menerawang langit-langit lorong rumah sakit itu.

'Tuhan.'

'Bolehkan aku minta sesuatu? Aku takut Tuhan. Semua ini terasa begitu menyakitkan.'

Pria itu memukul dadanya yang terasa sesak.

'Bisakah kau mencabut nyawaku terlebih dahulu sebelum mencabut nyawanya?'

Pria itu menundukkan kepalanya, ia memukul-mukul dadanya mencoba menghilangkan sesak di sana yang membuatnya ingin menjerit sekeras mungkin yang ia bisa.

Suara pintu yang terbuka membuat semua orang di sana langsung menoleh dan mendekat ke arah seorang dokter yang keluar. Namun tidak dengan Felix yang tetap terdiam di tempatnya duduk. Pria itu terlalu takut untuk menerima kenyataan.

"Maaf ... tidak ada lagi denyut nadi, kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

Sepotong kalimat yang langsung membuat keadaan menjadi tak terkendali. Semua orang di sana mendadak kehilangan tungkai kakinya.

Felix berdiri dari kursinya, kakinya perlahan melangkah kembali masuk ke ruangan tempat di mana tunangannya berada.

Genangan air mata seketika berkumpul saat melihat tubuh gadis itu sudah terbujur kaku. Satu tetes air mata terjatuh diikuti tetesan yang lainnya, Felix menangis.

Pria itu menghambur memeluk tubuh Krystal, memeluk tubuh ringkih gadis itu. Tubuh tak bernyawa yang semakin lama semakin kaku dan dingin.

Dengan sisa tenaga yang tersisa, pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis tak bernyawa dipelukannya, lalu membisikkan sebuah kalimat.

"Aku tidak ingin berada di dunia yang tidak ada dirimu di dalamnya."

Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now