Pengakuan [Daffa]

2 2 0
                                    

"Makasih."

"Sama-sama."

Dia menerima laporan yang aku serahkan itu. Aku lalu berpamitan dan keluar dari ruangan. Kala menyusuri lorong tempat ini, helaan berat yang aku sembunyikan dengan senyuman akhirnya ku hembuskan.

"Aku hanya ingin diterima apa adanya," ucapan lemah itu keluar dari mulutku pelan. Aku pun kembali melukiskan sebuah senyuman manis di wajahku.

Sebuah senja sore, dan satu cangkir teh ku tenggak, seorang perempuan satu forum daerah menangis sedih di hadapanku. Sebuah cerita lain tentang perkuliahan dirinya yang kacau, dan aku kembali terdiam menjadi pendengar.

Setelah satu isakan panjang dan cerita memilukan kuliahnya, hanya saran-saran retoris berbau spiritualis yang bisa aku sebutkan.

"Terima kasih sudah mau mendengarkan."

Aku anggukkan kalimat itu dengan senyuman. Dia lalu permisi meninggalkanku.

Dan putaran berlanjut ke masa malam. Lembaran-lembaran para praktikan yang harus diperiksa dengan teliti aku periksa sekenanya. Selama tidak mencolok, aku meloloskan saja. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan secara bergantian, dari praktikum dan penugasan, hingga tentang perkuliahan di salah satu jurusan penuh kejutan di kampus ini.

"Oh, jadi begitu ya mas."

"Kalau matkul ini gimana mas?"

"Kalau saran mas apa saja buat survive?"

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Semua itu aku jawab semampuku.

Dan saat jam menunjukkan angka sebelas, akhirnya aku tiba di depan pintu coklat kosku. Dengan kunci ku tancapkan ke pintu, ku buka dengan lemah benda segi empat itu.

"Melelahkan."

Aku duduk di kursi kecil di kamar kos sempit ku itu. Ingin rasanya aku menangis, tapi seorang laki-laki tidak boleh menangis. Ingin rasanya berteriak, tapi mulutku terkunci rapat. Aku lelah, aku muak, aku ingin dimengerti, aku lelah mencoba mengerti.

"Dan jika kamu berhenti menunjukkan topengmu itu, mereka akan pergi."

Suara di benakku itu membuatku semakin terpuruk. Apakah ini kenyataan sebenarnya, saat aku hanya dimanfaatkan oleh orang lain?

Satu titik air jatuh, menodai lantai kamar kos itu.


Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now