Wound [Daffa]

137 7 0
                                    

"Kamu akan berjalan kaki lagi?" tanyaku kala dia melangkahkan kakinya keluar kelas begitu bel pulang berbunyi. Dia tidak menatap balik ke arahku, dan terus berjalan.

"Hei! Orang bicara itu dijawab!" tegurku dengan intonasi sedikit tinggi. Aku tidak tahu kenapa, tapi perbincangan singkat kami pertama kali setelah dia berubah ini membuatku melihatnya di sisi yang berbeda. Aku tidak bisa menjelaskan kenapa, tapi rasanya aku melihat sebuah mata penyesalan di balik wajah dinginnya sekarang.

"None of your concern," komentarnya sebelum lanjut pergi. Tidak ada hubungannya denganku? Mungkin benar, tapi bukan berarti aku bisa bersikap tidak peduli kan?

"Why don't you just ignore me like everyone else who just bats an eye then look away?" komentarnya lagi, langkah berhenti. Aku menghela nafas berat, tapi aku akan jujur saja. Aku bisa berbohong, tapi aku tidak dilatih untuk demikian.

"Antara penasaran dan kasihan," jawabku jujur. Aku mendengar dia mendecih.

"Pity!?" nadanya naik beberapa oktaf, sepertinya dia marah karena aku merasa kasihan. Tapi, bagaimana tidak setelah mendengar dia kehilangan kedua orang tuanya DAN mencari uang sendiri untuk bertahan?

"I need none of your pity!" ucapnya lagi sebelum dia pergi dengan langkah yang sedikit dipercepat. Dia sepertinya sangat marah. Aku berlari mengejarnya. Dan setelah kami mendekati gerbang, aku berhasil meraih pundaknya. Dia berhenti tepat saat itu pula,

"I don't need your pity. I don't need any of it," komentarnya lagi. Aku menggelengkan kepalaku. Semua emosi mulai mengepul di kepalaku, tapi aku mencoba menahannya. Bahkan, menahan amarahku yang sering lepas kendali.

"Aku tidak bisa diam mendengar semua itu, kamu tahu," komentarku. Dia menghela nafas.

"We're attracting attention. Let's talk another time," komentarnya yang membuatku sadar orang-orang mulai memperhatikan kami. Aku melepaskan tanganku dan dia beranjak pergi begitu saja. Ya, dia yang terluka dengan kehilangan segalanya, tidak perlu kasihan. Entah mengapa, menyakitkan bagiku untuk menyaksikan dia terluka dalam diam.


Oneshot WattpadesurdWhere stories live. Discover now