65. Pure Love

525 65 35
                                        


Hyunjae mengikis jarak wajah antara ia dan Mochi yang terlelap di sampingnya. Dipandang-pandanginya wajah menyenangkan itu dengan senyum mengembang. Harum nafas mochi menjadi sesuatu yang candu bagi Hyunjae kini. Hyunjae merubah posisinya menjadi duduk, tangannya mengelap keringat yang mengembun di antara dahi dan rambut Mochi, sementara bayi itu tetap terlelap  damai.

Harusnya Mochi menempati kamarnya sendiri— yang bahkan Hyunjae sendiri yang merencanakannya. Tetapi pada akhirnya cowok itu nggak rela juga. Ah, maksudnya belum rela, mungkin nanti beberapa hari lagi.

“Chii..” pekik Hyunjae dengan suara kecilnya yang setengah melirih. Jari tangannya memainkan pipi Mochi. “ Mochii Papa gemees..” ucap Hyunjae kemudian.

“ Mochi enggak kebangun kan?” tanya Mirae yang menginterupsi kegiatan Hyunjae memandangi wajah Mochi. Cewek itu berjalan keluar dari kamar mandi dengan bau harum sabun sakura yang menguar. Mirae berjalan dengan pelan, langkahnya memang seperti itu sejak pasca operasi.

“ Enggak,” jawab Hyunjae. “ Mau dibantu?” lanjut Hyunjae kemudian ketika dilihatnya Mirae yang mengambil seperangkat  perban yang ada di nakas. Mirae tersenyum simpul dan menggeleng. “Biasanya juga sendiri,” Hyunjae mengiyakan dengan sekali anggukan. Cowok itu kembali kepada kegiatannya mengelus lembut pipi Mochi dengan punggung tangannya. Tetapi, melihat Mirae yang terlihat menahan ringisan di ujung ranjang agaknya membuat Hyunjae nggak bisa berfokus dengan kegiatannya. Meski diam aja, Hyunjae terus memperhatikan Mirae.

“ Sakit ya?” celetuk Hyunjae. Mirae yang sedang mengganti perban dengan posisi memunggungi akhirnya menoleh, dan kemudian hanya meberikan sebuah senyum yang terlihat seperti “ I’m okay, it’s okay”

“Capek ya pasti,” tanya Hyunjae dengan nada retoris. Cowok itu kemudian menggeser jauh tubuhnya hingga menjangkau ujung ranjang. "Capek ngurus rumah, mochi, dan diri sendiri yang lagi kayak gini," ucap Hyunjae lagi yang tanpa permisi membantu Mirae melingkarkan perban di perut sampai pada tahap merekatkannya. Cowok itu sibuk membantu tanpa menatap wajah Mirae.

"Enggak kok.. kan udah dibantuin kamu,"

"Bantuin apa ngangkat yang berat berat doang, selebihnya tetep aja kamu," ucap Hyunjae yang masih sibuk dengan kegiatan tangannya.

"Dibantuin mama kok," sela Mirae.

"Yaudah sekarang tidur aja,"

"Baru jam segini,"

Baru aja Hyunjae mau balik menyela, tiba-tiba suara menangis yang tidak lain tidak bukan adalah Mochi terdengar. Suaranya rendah, ritmis, dan berulang-ulang. Mirae bergegas untuk  membereskan perban—baik yang kotor maupun yang bersih. Tetapi Hyunjae menepis pelan tangan Mirae. "Udah, aku aja," dan Mirae bergegas buat mendekati Mochi. Mochi menangis dengan tangan mungilnya yang menggeliat di area bibir. Sesekali bayi itu memasukkan jarinya sendiri ke mulut.

"Laper ya.." Mirae tersenyum dengan mata sayu—karena lelah—  dan memberikan ASI-nya untuk Mochi. Mochi melahapnya dengan tenang. Beberapa waktu berlalu, Mochi terlelap dan melepaskan tautan mulutnya dengan minumannya itu. Dan Mirae, seperti dihisap tenaganya, cewek itu tanpa aba-aba terlelap juga—setelah membenahi pakaiannya.

Seusai membereskan perban dan membuang bekas perban ke tempat sampah, Hyunjae berniat buat membuka laptopnya. Tetapi baru aja sampai di meja kerja, Hyunjae mendengar Mochi yang terisak.

Hyunjae bergegas mendekat dan mempuk-puk Mochi yang tiba-tiba terbangun. Tapi Mochi malah memimbik dan terlihat mau mewek.

"Ssst.." Hyunjae mencoba meminta kompensasi kepada Mochi. Cowok itu membuat isyarat diam dengan telunjuknya. "Jangan nangis nanti Mama bangun..." dan Mochi malah mewek dan memukul mukul random udara dengan kedua  tangan dan kaki yang terangkat.
Dari yang awalnya seperti ini 😫😫😫😫😫 lalu akhirnya seperti ini 😭😭😭😭😭😭😭

Marry Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang