5. Ideal Type

1.9K 220 13
                                    

Sembari menunggu kelas selanjutnya, Juna menyibukkan diri di warung samping gedung Fakultas Teknik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari menunggu kelas selanjutnya, Juna menyibukkan diri di warung samping gedung Fakultas Teknik. Hanya ada secangkir teh hijau hangat dan ponsel yang menemani kegiatannya. Sedari tadi, dia sibuk menggulir layar. Tatapannya begitu tajam, siap memilih model sepatu basket. Sepatu yang dibeli bulan lalu sudah rusak karena ia terlalu bersemangat bermain dengan teman-temannya kemarin sore.

"Tumben sendiri?" seru seseorang sambil menepuk bahu Juna lumayan keras. Dia mendaratkan bokongnya di samping Juna. "Freya ke mana?"

Ini dia orangnya. Baru saja dibicarakan, sudah muncul. Dia tidak datang sendirian, melainkan bersama sahabatnya yang terkenal tidak banyak bicara.

"Biasa," singkat Juna.

Orang itu mengangguk paham. Meski hanya dijawab dengan satu kata, tetapi dia paham apa yang dimaksudkan oleh Juna. Freya sedang di perpustakaan. Lalu, dia menegakkan tubuhnya dan memusatkan perhatian pada Juna.

"Lo putus sama Lina?" tanyanya dengan penuh selidik. "Tadi gue tanya lo ada di mana, dia malah melotot, terus marah karena gue sebut nama lo depan dia. Kalau ada cewek yang kayak gitu, berarti dia udah lo sakitin."

"Iya, gue putusin 3 hari yang lalu," jawab Juna dengan cuek. Pandangannya masih beralih pada layar ponsel, sepatu lebih menarik dari topik pembicaraan di meja mereka.

Teman Juna itu menggeleng tak percaya. Entah takjub karena pesona Juna yang tidak pernah gagal atau karena kebrengsekannya yang tiada dua. "Yang sekarang kenapa, sih, Jun? Bukannya lo bilang bisa bertahan lama karena dia baik sama Freya?"

"Tadinya gue pikir gitu, tapi tetep aja gak bisa lebih dari seminggu. Anaknya ribet, Dad. Banyak ngatur, bikin pusing doang."

"Emangnya lo mau yang kayak gimana? Kali aja gue ada kenalan yang cocok sama tipe ideal lo," ucap teman Juna dengan penuh kesungguh-sungguhan. Lalu, dia melirik sahabatnya yang masih saja jadi penonton dari seberang meja. "Atau Sakti yang bisa kasih calon."

Dengan mata yang berbinar, Juna memencet sebuah sepatu. Meski begitu, dia masih bisa menjawab pertanyaan yang terlontar untuknya. "Gue gak pernah minta yang neko-neko, kok. Gue bakal bertahan lama sama cewek kalau dia punya 3 hal yang gue pengen. Cantik, gak ribet, dan bisa terima persahabatan gue sama Rere. Udah."

"Kalau gitu, pacaran aja sama Freya."

Baru saja Juna hendak memasukkan sepatu yang dia sukai ke dalam keranjang aplikasi belanja online, jempolnya langsung berhenti saat mendengar kalimat itu. Dia menatap laki-laki yang ada di seberang meja dengan kening yang berkerut.

"Yang gue tahu, cuma dia yang bisa di samping lo dalam waktu yang sangat lama," lanjut orang itu dengan tenang. Dia membalas tatapan Juna dengan penuh percaya diri. "Freya cantik. Lo selalu bilang kalau dia adalah cewek yang paling gak ribet yang lo kenal. Dan tentu, gak ada cewek yang lebih bisa menerima dan memahami persahabatan kalian selain Freya."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang