3. Yellow Umbrella

2.3K 255 27
                                    

Perhatian Freya langsung teralihkan begitu mendengar suara bising di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perhatian Freya langsung teralihkan begitu mendengar suara bising di luar. Dia mendesah kecewa saat melihat hujan turun dengan deras. Padahal, Freya sudah buru-buru untuk datang ke mini market dekat indekos. Dia juga tinggal hanya membeli sereal, tetapi alam ingin usaha Freya lebih banyak lagi untuk kembali pulang.

Dengan langkah gontai, dia berjalan menuju meja kasir dan menyimpan keranjang belanjaannya. "Mbak, saya beli—"

"Payung, Mbak."

Napas Freya langsung tertahan saat tercium aroma kayu dari belakangnya. Dia juga merasakan punggung kanannya hangat. Dan dari sudut mata, Freya bisa melihat kehadiran seseorang yang mengenakan kemeja putih.

"Sekalian isi ulang pulsanya, Kak?" tanya sang kasir pada orang itu.

"Enggak, ini aja," sahut suara bariton. Dia menyimpan sebungkus rokok mint, pematik, dan satu kaleng minuman soda dingin, membiarkan sang kasir memeriksa nominal yang harus ia bayar. Lalu, mengeluarkan uang berwarna merah dari dompet. "Kembaliannya buat Mbak aja," ucapnya sambil berlalu setelah menerima kantung belanjaan.

"Tapi, Mas, ini ...." Sang kasir cengo sambil melihat kepergian orang itu. "Kurang," lanjutnya dengan nada lemah.

Freya berjinjit untuk memeriksa layar komputer sang kasir. Ternyata benar, kurang 5 ribu. "Biar saya aja yang bayar, Mbak." Freya tersenyum tipis. Dia tahu, bayaran kasir mini market tidak seberapa, sayang jika kasir di hadapannya harus membayar uang untuk menutupi kekurangan orang lain. "Ini, tolong bungkus punya saya."

"Beneran Mbak yang mau bayar? Gak apa-apa, Mbak?"

"Gak apa-apa, tenang aja," sahut Freya dengan santai.

Susu, sereal, biskuit, masker wajah, obat masuk angin sampai pembalut Freya simpan di atas meja kasir. Dan seperti janjinya, dia yang membayar kekurangan laki-laki yang telah mengambil payung terakhir yang ada di mini market. Rupanya, Freya harus mandi lagi begitu sampai indekos.

"Rumahnya di mana?"

Freya langsung bergeser ke kiri begitu laki-laki pemilik suara bariton dan aroma kayu—yang kini bercampur dengan bau rokok—itu berdiri di hadapannya. Dia hanya berani menatap sekilas, sebelum akhirnya memalingkan pandangan ke area parkir yang sudah basah sempurna.

"Saya nanya bukan buat godain kamu, tapi emang murni nanya," cetus laki-laki itu. Dia melempar rokok ke lantai dan menginjaknya sampai api padam. "Kamu gak ada payung, 'kan? Antar saya sampai pintu mobil. Abis itu kamu bisa ambil ini." Dia menunjukkan payung kuning yang ada di tangannya.

"Gak usah," singkat Freya sambil tersenyum singkat.

Laki-laki itu berdecak. "Jangan bilang gak usah. Saya tahu kamu butuh payung ini sampai rumah. Saya juga gak akan minta bayaran, kok." Dengan cepat laki-laki itu membuka payung dan memasang kuda-kuda, siap berlari menuju pintu mobil. "Yakin gak butuh? Kehujanan malam-malam begini lebih besar risikonya, lho. Kamu bisa flu, demam, sampai diare."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang