47. Lover

1.6K 172 4
                                    

Bibir Freya lantas tertarik saat melihat sebuah foto yang baru saja ia terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir Freya lantas tertarik saat melihat sebuah foto yang baru saja ia terima. Di sana, Juna berfoto dengan latar gedung perusahaan tempat Freya bekerja. Ini tandanya, laki-laki itu sudah di bawah, menunggu Freya keluar.

"Pulang sama siapa, Frey?"

Lantas Freya menoleh saat namanya dipanggil. "Dijemput, Mas," jawabnya sembari tersenyum kecil.

Laki-laki dengan kemeja biru itu mengangguk paham. Sekarang pandangannya lurus ke depan. "Gimana di sini? Betah?"

"Alhamdulillah betah. Orang-orangnya pada baik."

"Masih awal, kamu belum lihat aslinya orang-orang itu kayak gimana. Dunia kerja itu lebih kejam dari sekolah sama kuliah, Frey. Pasti ada aja orang yang gak cocok sama kamu. Tapi, gimana pun juga, kamu dituntut untuk tetap bertahan," jelas laki-laki itu sambil sesekali melirik Freya. "Kalau kamu butuh apa-apa, bilang aja sama mas, ya. Nanti pasti mas bantu."

"Makasih, Mas," singkat Freya sembari mengangguk kecil.

Laki-laki yang berdiri di samping Freya saat ini adalah senior di kantor. Dia sudah bertahun-tahun kerja di sana, jadi tahu karakter sebagian besar karyawan di sana. Benar, dunia kerja lebih keras dari masa sekolah dan kuliah. Akan ada beragam sifat orang lain yang menjengkelkan.

"Yang jemput kamu mana?" Lagi, laki-laki itu bertanya saat mereka sudah ada di depan lobi kantor. Ia mengedarkan pandangan, mencari sosok yang menjemput Freya. "Ojeknya belum datang, ya? Kalau gitu, bareng mas aja."

"Gak usah, Mas. Udah dateng, kok. Tapi gak tahu dia mana." Freya juga ikut celingak-celinguk.

Sementara itu, Juna memicingkan matanya saat melihat Freya keluar dengan seorang laki-laki. "Wah, gak bisa, nih. Cari perkara tuh orang." Ia bergegas turun dari mobil dan melambaikan tangan dengan heboh. "Sayang!" teriaknya.

Freya menoleh seketika. Dia langsung melotot sembari menggeleng kecil, memberi kode pada Juna untuk tidak berbuat yang aneh-aneh.

"Kok, lama banget, sih? Aku udah kangen banget sama kamu, tahu!" Juna melompat ke arah Freya dan menggandeng tangan perempuan itu dengan erat. "Kayaknya, besok aku langsung masuk aja, deh. Kamu kerja di lantai 5, 'kan? Besok aku langsung jemput ke sana aja, ya?"

"Haha ...." Freya tertawa kaku. Tanpa ampun, dia mencubit tangan Juna. "Jangan gila, deh."

"Oke! Besok aku jemput ke meja kerja kamu, ya," seru Juna dengan penuh semangat. Lalu, dia melirik laki-laki yang berdiri di sisi kanan Freya. "Dia siapa?"

Secepat kilat senior Freya itu mengendalikan wajahnya—menyembunyikan kegelian akan tingkah Juna—dan mengulurkan tangan untuk berkenalan. "Gue Adam. Temen satu kerja Freya."

"Gue Juna. Pacar Freya. Pa, car."

Tidak ingin tingkah Juna semakin menjadi, Freya harus segera pergi dari sana. "Mas, saya pulang duluan, ya. Semoga weekend, Mas menyenangkan."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang