11. Commitment

1.5K 195 8
                                    

Kedua tangan Juna terlipat di depan dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua tangan Juna terlipat di depan dada. Tatapannya yang tajam tertuju pada segelas teh hijau di hadapannya. Kaki kanannya terus bergerak di bawah meja. Dan pikiran Juna tertuju pada kejadian di dapur apartemen kemarin sore. Tepatnya, saat Freya tertawa lepas dengan Vian.

Gue udah sering lihat Rere ketawa kayak gitu. Kalau bukan karena adegan lucu di drama Korea dan bagian kocak di novel, gue yang akan jadi alasan dia ketawa lepas. Tapi, kenapa? Kenapa malah Kak Vian yang kemarin bikin Rere ketawa kayak gitu?

"Gilanya lagi, Pak Soleh lupa tutup celananya! Parah banget!" Risti tertawa karena ucapannya sendiri. Namun, suara tawa di mejanya terlalu sepi, karena Juna hanya terdiam. "Jun, kamu dengerin aku ngomong, gak, sih?" Ia mengguncang bahu Juna.

"Gue denger, kok," sahut Juna dengan cepat. Ekspresi wajahnya yang tegang kini berubah melunak.

"Kalau denger, kenapa gak ketawa padahal itu lucu banget?" selidik Risti. Dia menggenggam tangan telapak Juna. "Kamu lagi ada masalah, ya? Tentang tugas atau apa gitu. Kalau kamu mau, cerita aja sama aku."

Juna tersenyum tipis. Dia membalas genggaman tangan Risti dan berkata, "Gue lagi fokus sama ketawa lo aja. Cantik."

Pipi Risti langsung bersemu mendengar pujian itu. Dia melepaskan tangan Juna dan memukul bahu laki-laki itu dengan pelan. "Kamu apaan, sih? Gak pernah ragu buat ngomong hal yang kayak gitu. Gombal, tahu!"

"Yeee, malah gak percaya." Masih dengan senyum tipisnya, Juna menyesap teh hijau miliknya sambil terus menatap Risti.

"Oh, iya. Kamu tahu film animasi, gak? Kalau suka, gimana kalau kita nonton ...."

Suara Risti kian mengabur dari indera pendengaran Juna. Lagi, pikiran laki-laki itu melalangbuana tanpa bisa ditahan.

Bukan apa-apa, gue gak suka Rere sama Vian karena gue khawatir aja. Kan, Vian udah 7 tahun di New York. That was a very enough time to change someone's habits. And I'm pretty sure, Vian likes to play women there. Dan gue gak mau Rere jadi korban selanjutnya. Ya, cuma itu.

"Tapi, Jun." Risti kembali meraih tangan Juna. "Ada yang mau aku tanyain sama kamu."

"Apa?" jawab Juna dengan cepat. Dia tidak mau ketahuan melamun lagi.

"Sebenarnya, kamu serius gak sama aku? Kamu emang pengen kita punya hubungan jelas atau cuma mau sampai batas ini aja?" tanya Risti dengan hati-hati. Dia membasahi kedua bibirnya sebelum kembali angkat suara. "Bukan apa-apa. Yang aku dengar dari orang lain, PDKT sama kamu itu gak lama. Cuma 3 hari, bisa langsung jadian. Dan kita udah deket lebih dari seminggu, tapi gak ada kepastian."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang