Juna akan terus menempel dan memohon jika Freya marah. Dia akan ikut ke mana pun Freya pergi sambil terus merengek layaknya anak kecil. Biarpun kesal, Freya tidak akan kabur. Dia akan membiarkan Juna melakukan apa yang dia inginkan. Di akhir, Freya akan luluh dan mereka akan makan bersama setelah berbaikan.
Namun, akan lain ceritanya jika Juna yang marah. Dia akan menghilang seperti jin teko. Ditelepon tidak aktif, apartemennya kosong, datang ke gedung fakultasnya pun tidak akan ketemu. Juna seperti tidak memberi kesempatan pada Freya untuk merayu. Dia lebih memilih untuk menyiksa Freya karena perasaan bersalah.
Tapi, kalau dipikir-pikir, gue enggak ada salah apa-apa, kok. Bukan salah gue kalau Tante Anita ada di sana. Dan bukan salah gue juga Juna ketemu sama mamanya. Kan, gue gak tahu kalau itu anak bakal datang ke sana.
Satu detik dosen melewati pintu, Freya bergegas membereskan barang-barangnya. Begitu selesai, dia berlari menuju kursi Risti.
"Ris, lo mau ketemu Juna, 'kan?" tanya Freya sejurus kemudian.
Kepala Risti terangkat. Lalu, dia menggeleng lemah. "Enggak kayaknya, Frey. Tadi pagi dia chat, katanya gak bisa ketemu di kampus. Paling nanti malam kita pergi makan bareng. Kenapa emangnya?"
"Dari kemarin itu anak susah banget dihubungi. Ada hal yang perlu gue sampaikan." Freya membuang napas. "Kalau lo enggak keberatan, kasih tahu gue kalau ketemu sama dia. Apa yang gue sampaikan ini penting banget soalnya."
"Oke, nanti gue kasih tahu."
Freya mengangguk puas. "Makasih, ya, Ris. Kalau begitu, gue duluan." Freya melangkah keluar kelas. Sayang sekali dia tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa dari Risti.
"Eits!"
Langkah Freya terhenti karena kepalanya ditahan oleh seseorang. Dan saat dia menengadah, ternyata itu adalah ulah Miqdad.
"Kalau jalan itu lihatnya ke depan, dong, Frey. Lihat ke bawah mulu. Nyari uang, ya?" Miqdad yang melemparkan candaan, dia juga yang tertawa sendiri. "Kenapa, sih? Ada masalah, ya? Enggak si Juna, enggak lo, lemes amat wajahnya hari ini."
Raut wajah Freya berubah semringah seketika. "Lo lihat Juna? Di mana?"
"Giliran masalah Juna aja, semangat banget," sindir Miqdad sambil menurunkan tangannya. "Dia ada si warung Mpok Susi. Warung kopi yang ada di deket Fakultas Teknik. Lo tanya aja sama mahasiswa di sana, mereka pada hafal, kok."
"Makasih banyak, ya, Dad!" seru Freya sambil berlalu dari sana. Saking semangatnya, dia sampai berlari meninggalkan koridor.
Melihat itu, Miqdad hanya bisa geleng-geleng kepala. "Girang bener itu anak, padahal cuma gara-gara tahu di mana posisi Juna." Kemudian, dia menoleh pada Sakti. "Aneh, gak, sih? Atau jangan-jangan, ada apa-apa di antara mereka, Sak?"
"Gak ada. Freya gak ada rasa apa-apa sama Juna," imbuh Sakti dengan penuh keyakinan.
"Kalau Juna gimana? Ada rasa, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...