34. Rejected

1.2K 157 5
                                    

Dengan sangat cekatan, Juna mengeluarkan semua belanjaan Bu Elis dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sangat cekatan, Juna mengeluarkan semua belanjaan Bu Elis dari mobil. Hampir semuanya keperluan dapur. Sayur, daging, kacang-kacangan, aneka bawang, sampai cemilan untuk penghuni rumah. Walaupun mobilnya tidak pernah masuk pasar tradisional, tetapi subuh tadi dengan suka rela Juna mengantar Bu Elis berbelanja.

"Makasih banyak, ya, A," ucap Bu Elis sembari mwngusap punggung tegap Juna. "Nanti, kalau Aa mau cemilan, ambil aja di kulkas, ya. Sekarang ibu beresin dulu belanjaannya."

"Juna bantu, Bu."

Sebelum tangan laki-laki itu menyentuh kantung belanjaan, Bu Elis sudah lebih dulu memukulnya. "Gak usah, A. Nonton aja, sana. Ini jadi urusan ibu." Bu Elis sampai mendorong tubuh Juna untuk mengusirnya dari dapur. "Udah, nyalain TV aja, tuh."

Sembari tersenyum tipis, Juna menjauh dari dapur. Padahal, dia sama sekali tidak keberatan jika harus menghabiskan waktu lebih lama di dapur. Namun, pemikiran itu langsung berubah saat melihat Freya membopong bapaknya.

"Bapak mau ke mana? Kamar mandi?" tanya Juna sambil membantu. Dia ikut membopong Pak Deden dari sisi kiri.

"Ke kamar, Jun. Punggungnya sakit, kelamaan duduk." Freya yang menjawab, dengan napasnya yang terengah-engah.

Keduanya bergerak bersama untuk membantu Pak Deden menuju kamar. Beliau sulit berjalan karena punggung dan kakinya masih terasa nyeri karena kejadian tempo hari. Dan begitu selesai, Freya dan Juna duduk di ruang tengah.

"Lain kali, bilang sama gue dong, Re. Badan lo itu kecil, tenaga lo juga gak seberapa. Bahaya kalau bopong bapak sendiri kayak barusan. Kalau jatuh, gimana?"

Freya mengalihkan pandangannya. "Kirain lo bantu ibu di dapur, jadi gue bawa bapak sendiri aja. Tapi, tenaga gue juga gak kecil amat, kok. Kalau disuruh gendong bapak juga kayaknya bisa."

"Bisa." Juna menganggukkan kepala. "Bisa nyuksruk!" tambahnya.

Terdengar decakan keras dari Freya. Lebih baik sudahi saja perdebatan itu, ia tidak akan menang. "Tapi, gue seneng lihat lo begini, deh, Jun. Ada gunanya gitu. Hari ini aja lo udah bantu siram bunga, antar ibu ke pasar, bantu bapak ke kamar. Beda lagi ceritanya kalau di Jakarta, 'kan? Kegiatan lo cuma maksiat."

"Itu mulut minta banget dijahit."

Juna langsung bangkit dari duduknya. Dia langsung melayangkan serangan pada Freya. Jarinya bergerak menggelitiki pinggang Freya sampai terdengar tawa renyah menyeruak ke seisi rumah. Meskipun berulang kali Freya meminta ampun, Juna tidak mendengar. Dia baru berhenti saat menyadari posisi tubuh mereka begitu dekat.

"Jun, udah. Gue capek, gak bisa napas," pintar Freya di sisa tawanya. Ia memejamkan mata berulang kali, berusaha mengatur napas.

Tidak ada jawaban, Juna malah bergeming di atas Freya. Yang dia lakukan hanya menikmati kecantikan gadis itu dalam jarak 10 cm.

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang