Kepala Freya berputar saat melihat sebuah mobil di depan rumah indekosnya. Dia bergegas memberikan helm dan membayar jasa ojek yang ditumpangi dari kampus. Setelah itu, barulah dia berjalan menuju mobil dan mengetuk jendelanya.
"Kak Vian ngapain di sini?" tanya Freya begitu kaca mobil turun.
"Nunggu kamu," jawab Vian tanpa ragu. Dia tersenyum, memperlihatkan gummy smile yang khas. "Bisa kamu mundur sedikit, saya mau turun."
Freya menurut saja. Dia mundur beberapa langkah untuk memberi ruang pada pintu mobil. Dan beberapa saat kemudian, Freya menahan napas. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Sekuntum mawar merah dan sekotak cokelat sudah di hadapannya.
"Buat kamu." Vian tersenyum lebar. "Yang saya tahu, kamu suka makan. Tapi, kurang romantis juga kalau saya cuma kasih cokelat. Supaya lebih berkesan, saya tambahin bunga."
"Kak, ini ...." Freya bingung harus bicara apa.
"Kamu gak suka, ya?"
Cepat-cepat Freya menggeleng. Dia mengambil alih cokelat dan bunga itu tanpa izin. "Enggak, bukan begitu. Aku suka, kok. Aku suka cokelat sama bunganya," sahut Freya dengan cepat. Dia tertawa canggung, benar-benar gugup dengan situasi yang tiba-tiba berubah. "Kak Vian ke sini cuma mau kasih ini?"
"Enggak, dong. Saya juga mau ajak kamu keluar. Itu juga kalau kamu mau dan enggak punya kesibukan."
"Bisa, kok, Kak. Tapi, aku ganti baju dulu. Gak apa-apa kalau aku enggak mandi, 'kan?"
Vian terkekeh mendengar pertanyaan Freya. "Iya, enggak apa-apa. Kaku tetap cantik biarpun enggak mandi." Kemudian, Vian menepuk atap mobilnya. "Kalau begitu, saya tunggu di sini, ya. Tidak perlu buru-buru, saya gak akan pergi ke mana-mana, kok."
Tidak ingin membuang waktu terlalu lama, Freya bergegas pergi meninggalkan Vian. Dia tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum selama perjalanan menuju kamar. Dan begitu sampai, Freya jingkrak-jingkrak sendiri. Dia membanting tubuh ke atas kasur dan menatap langit kamar dengan penuh binar.
"Ternyata, Kak Vian bisa kayak gini juga. Gue kira, dia kaku banget." Freya berguling dan menatap kotak cokelat di depan matanya. "Kayaknya, gue gak tega buat makan cokelatnya." Freya bangkit dari tidur dan bergegas menghadap lemari. "Dandan yang cantik, Frey. Jangan bikin malu."
Sementara itu, Vian juga senyum-senyum sendiri di dalam mobil. Jangankan Freya, Vian saja tidak menyangka dia akan mengambil langkah berani ini untuk mendekati gadis itu. Dan mungkin, inilah yang disebut 'the power of kepepet'. Vian tidak mau jika dia kehilangan kesempatan karena Freya sangat dekat dengan Juna.
"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Freya begitu masuk ke mobil Hyundai hitam milik Vian.
"Ke yang deket-deket aja, ya? M Bloc Space," jawab Vian sambil melirik Freya. Dia menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas penuh hati-hati. "Barusan saya browsing, tempatnya seru. Ada temlat ngopi, gelato, steak, sampai jamu tradisional. It's an anti-mainstream place to have a date."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...