23. Looking for The Truth

1.3K 182 9
                                    

To : RistiCepet pulih, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To : Risti
Cepet pulih, ya.

Setelah memastikan pesannya terkirim, Juna memasukkan kembali ponsel ke saku celana. Pandangannya kini tertuju pada seseorang yang baru saja keluar dari kelas Pak Soleh. Refleks saja Juna melangkah, mengekorinya. Perlahan tapi pasti, Juna bisa menyusul. Dan secepat kilat dia menarik rambut orang itu sebelum dia bertabrakan dengan seseorang di belokan.

"Lo sendiri yang selalu bilang buat enggak main HP waktu jalan. Ini apa?" cetus Juna dengan wajah datarnya.

Rambut yang ada di genggaman Juna ditarik kembali. "Lo bisa tarik tangan gue, lho, Jun. Kenapa pilih rambut? Sakit tahu!" dengkus Freya sembari mengusap bagian kepalanya yang terasa perih. "Nyari Risti, ya? Dia gak masuk."

"Iya, dia sakit." Juna menyamakan langkahnya dengan Freya. Sesekali dia melirik layar ponsel Freya. "Chatting sama siapa, sih? Sampai lo lupa dunia serta isinya begitu."

"Kak Vian," jawab Freya, acuh tak acuh.

Tuh, kan, Kak Vian lagi. Juna membuang muka. Namun, dia dikejutkan dengan Freya yang kini ada di hadapannya. "Apa? Kenapa?"

Dengan mata yang memicing, Freya terus memperhatikan wajah Juna. "Lo belum kasih gue penjelasan tentang ucapan lo waktu itu, lho. Lo bilang gue harus mikirin perasaan lo kalau jadian sama Kak Vian. Maksudnya apa?"

Sialan. Ini anak masih aja inget. Juna memutar tubuh Freya dengan enteng lalu menggandengnya dan melangkah bersama. "Gak apa-apa. Gue cuma gak siap aja kalau lo punya cowok. Kan, selama bertahun-tahun lo sama gue mulu. Agak gak rela kalau akhirnya perhatian lo harus kebagi."

Freya menyikut perut Juna tanpa ampun. "Harusnya lo dukung gue buat punya cowok. Udah jadi jomlo menahun, nih!" Tanpa ampun, Freya mengejek diri sendiri. "Lagian, nanti juga lo pasti sibuk sama cewek lo, 'kan? Entah itu lo masih bertahan sama Risti atau cewek lain, lo juga pasti sibuk sendiri."

"Tetep aja gue gak rela, Re."

Ya, ucapan Juna ini hanya jawaban semu supaya Freya tidak banyak bertanya. Karena jujur, Juna juga masih belum tahu jawaban yang sebenarnya. Maka dari itu, dia tetap datang ke gedung fakultas Freya untuk mencari tahu kebenarannya. Dia ingin tes perasaan sendiri. Barangkali dia punya perasaan .... Ya, begitulah.

"Lo mau ke mana?" tanya Juna begitu mereka sudah tiba di area parkir.

"Gue mau ke kafe depan kampus."

"Ketemu sama Kak Vian?"

Dengan ragu, Freya menganggukkan kepala. "Kalau lo enggak suka sama kedekatan kita, ya udah, gak usah ikut. Nongkrong sama siapa, kek."

Juna membuang muka. Baiklah, baru tahu Freya akan bertemu dengan kakaknya, Juna sudah dipukul rasa kecewa. Lalu, dia kembali menatap Freya dan memaksakan senyum.

"Enggak sampai segitunya, kok. Gue ikut aja sama lo. Gak tahu juga harus nongkrong sama siapa," jawab Juna pada akhirnya. Dia membuka pintu mobil. "Silakan masuk, Tuan Putri."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang