38. Mess Up

1.2K 157 12
                                    

Refleks Juna melirik Vian dari pantulan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Refleks Juna melirik Vian dari pantulan cermin. Suasana hatinya menjadi semakin buruk saat melihat wajah kakaknya itu. Ada keinginan yang sangat besar untuk mengajar wajah mulus Vian. Namun, Juna harus menahan diri karena klien papanya masih ada di luar sana.

"Seperti biasa, lo selalu berhasil bikin papa mama bangga," ucap Juna begitu Vian berdiri di sampingnya. Dia mengambil tisu dan membersihkan tangannya. "Dan, ya ... gue juga bangga sama lo."

Vian tersenyum tipis. "Thanks, Jun. Gue bisa sampai di titik ini juga karena kerja keras, sih. Jangan tanya seremuk apa badan gue sekarang."

Tisu di tangannya dilempar ke tong sampah. Juna masih berdiri di sana dan terus memperhatikan kakaknya. "Tapi, yang gue denger lo sempet kehilangan tender yang udah jadi target papa sejak lama. Kok, bisa lolos? Bukannya lo kerja keras banget?"

"Gak semuanya selalu berjalan mulus, Jun. Tapi, gue udah kasih usaha terbaik gue, kok. Cuma, emang bukan rejeki kita."

Juna mengangguk, pertanda dia mengerti. Namun, dia tidak akan berhenti sampai di sana. "Atau bisa aja karena fokus lo lari ke hal lain. Cewek contohnya?"

"Cewek?" Vian terkekeh geli. "Buat istirahat aja gue gak ada waktu, Jun. Gimana bisa gue main cewek? Lagian, cewek yang deket sama gue saat ini cuma Freya, 'kan? Dan gue sama sekali enggak ada maksud buat permainkan dia."

Napas Vian tercekat saat Juna mendorong tubuhnya. Kerah kemejanya menjadi berantakan karena remasan kuat tangan Juna. Adiknya itu menatap Vian tajam. Ada kebencian yang sangat besar di sepasang netranya.

"Mau sampai kapan lo bertindak sok suci kayak gini, hah? Gak bermaksud permainan Rere? Gampang banget congor lo bohong, ya?!" murka Juna.

Vian berusaha melepaskan diri, tetapi gagal karena tenaga Juna jauh lebih besar. "Lo kenapa, sih, Jun? Lo sadar apa yang lo lakuin sekarang, 'kan?" Semakin Vian mencoba melepaskan tangan Juna, semakin kemejanya dicengkram kuat. "Juna! Lepas!" teriak Vian.

"Evelyn!" Nada suara Juna ikut meninggi. "Dia cewek lo, 'kan?"

Tidak ada perlawanan lagi dari Vian. Dia mendadak jadi patung dan menatap Juna penuh keterkejutan.

"Kenapa? Kaget karena akhirnya rahasia lo terbongkar? Iya?" Juna tersenyum miring, merasa puas atas kebisuan kakaknya. "Bahkan dia kasih tahu gue sejauh apa hubungan kalian. Kalian pacaran dari zaman kuliah, dia tahu gimana papa, dan bahkan dia tahu gimana lo di atas ranjang. Bukan cuma lo, gue juga kaget tahu ternyata lo enggak sesuci yang gue kira."

Masih tidak ada pembelaan apa-apa. Kebisuan Vian seakan membenarkan semua pemikiran yang ada di kepala Juna saat ini.

"Dan lo masih mau bilang kalau lo enggak berniat permainin Rere? Cewek sebaik dia, Kak? Bangsat!" Juna mendorong tubuh Vian sekuat tenaga. Dia mengarahkan telunjuknya ke wajah sang kakak. "Gue gak akan ngomong apa-apa sama Rere, karena gue tahu itu cuma bakal bikin dia sakit hati. Dan lo harus jauhin dia mulai sekarang. Jangan kasih dia harapan palsu. Lo gak pantes bertindak brengsek sama dia."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang