Freya mengalihkan pandangannya dari buku. Sebuah notifikasi baru saja masuk ke ponselnya. Dengan cepat dia membuka benda pipih itu. Baru beberapa saat, Freya langsung tersenyum saat melihat pesan yang diterima.
Malam, Frey. Ini aku, Xavian.
Sebuah direct message di Instagram baru saja Freya terima, bersamaan dengan bertambahnya satu pengikut. Xavian Yasser. Memang, itu adalah hal yang terlampau biasa, sebuah pesan dan satu pengikut bukanlah hal yang wah. Namun, ini adalah Vian.
Iya, Kak. Udah aku follback, ya.
Disimpannya kembali ponsel dengan posisi terbalik. Freya menopang dagu dengan tangan kanan. Ingatannya berputar pada kejadian di studio 3 bioskop XXI Gandaria City.
"Kenapa, Frey?" tanya Vian dengan mata yang membulat.
"Anak-anak di samping aku berisik banget, Kak. Aku jadi gak bisa fokus nonton," bisik Freya, takut akan mengganggu penonton yang lain. Ia menggeser tubuhnya ke dekat Vian. "Orang tuanya pada ke mana, sih? Anak-anak main sendiri ke tempat rawan culik begini. Udah gitu, malah ganggu kesenangan orang lain."
Vian melipat bibirnya, menahan diri untuk tidak tertawa mendengar gerutuan Freya. "Tukar tempat aja mau, gak? Biar saya yang duduk di situ."
"Emang gak apa-apa?"
"Gak apa-apa," jawab Vian dengan senyum tipis.
Keduanya saling bertukar tempat duduk. Namun, karena terlalu tergesa-gesa, tidak sengaja rambut Freya menyangkut di kancing kemeja yang dikenakan Vian. Kepalanya menempel pada dada bidang laki-laki itu. Sesekali Freya meringis, menahan sakit pada kulit kepalanya yang terasa akan lepas.
"Aduh, Kak, jangan ditarik," ringis Freya. Matanya mendadak panas, tak sanggup menahan sakit di kepalanya.
"Hah? Iya, maaf, maaf. Kamu jangan gerak dulu, Frey, biar saya bisa lepasin rambut kamu." Refleks saja Vian menahan kepala Freya yang terus bergerak kanan kiri. "Diam dulu, ya," pintanya dengan nada lembut. Dengan pencahayaan seadanya, Vian berusaha melepaskan rambut Freya. Dia baru bisa bernapas lega saat semuanya selesai. "Udah, Frey."
Freya mengusap kepalanya yang terasa perih. Dia tersenyum, menertawakan kebodohannya yang tiada dua. "Maaf, Kak. Gak sengaja."
"Saya tahu, gak perlu minta maaf." Vian mencondongkan tubuhnya ke dekat Freya. Tangannya terangkat untuk merapikan rambut Freya. "Sebentar."
Sontak saja Freya mundur hingga punggungnya menempel pada sandaran kursi. Matanya membulat, napasnya tertahan hanya sampai leher, jantungnya mendadak berdegup dua kali lebih cepat. Dari jarak sedekat ini, Freya bisa mencium aroma orange blossom dari tubuh Vian. Bahkan, dia juga bisa merasakan kehangatan yang dikeluarkan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...