27. Worry About You

1.3K 173 3
                                    

Juna menghela napas panjang ambil menatap bangunan rumah megah di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna menghela napas panjang ambil menatap bangunan rumah megah di hadapannya. Kedua tangannya terkepal, berusaha memberi kekuatan pada diri sendiri. Dan setelah merasa keberaniannya terkumpul, Juna melangkah dengan mantap. Dia langsung ke halaman samping.

"Oh, sudah datang?" tanya Pak Emir. Beliau meletakkan cangkir kopinya. "Duduk."

"Iya, Pa." Ragu-ragu Juna mendekat. Pada akhirnya, dia tetap duduk di samping sang papa. Namun, Juna lebih memilih memandang riak air kolam dibandingkan menatap papanya.

Pak Emir masih menatap sang putra. "Kayaknya. Ini pertama kalinya kamu datang tanpa Freya. Dia ke mana? Pulang kampung?"

"Lagi ada urusan aja, Pa."

Kepala Pak Emir mengangguk. Diam-diam beliau menyayangkan wajah tegang Juna tiap kali datang ke rumah. Ya, Pak Emir tahu, itu terjadi karena ulahnya di masa lalu. Namun, tidak ada yang bisa diubah. Mau tidak mau, beliau harus menerima hubungan canggung ini.

Dan Juna juga merasakan kecanggungan yang sama. Jika saja papanya tidak memaksa untuk datang saat itu juga, Juna pasti akan menunggu Freya. Dia lebih memilih untuk memulangkan Risti dan menghadapi sang papa sendiri daripada harus ditemani, tetapi bukan oleh Freya.

"Besok ada makan malam dengan klien dari Malaysia. Dan saya mau kamu datang," cetus Pak Emir, menyampaikan info utama yang ingin beliau sampaikan. "Mama kamu juga akan datang."

Saat itu, barulah leher kaku Juna bergerak. Dia menatap sang papa tak percaya. "Kenapa dia ikut?"

Cangkir teh kembali disambar. Kali ini Pak Emir yang menatap kolam renang. "Karena dengan begitu, proyek ini bakal berhasil. Saya mau memperlihatkan keharmonisan keluarga di depan mereka. Ya, walaupun sudah bercerai, tetapi saya ingin mereka berpikir tidak ada masalah di antara kita."

Juna tersenyum miring. Dalam hati dia mencemooh ucapan papanya. "Sudah bercerai, tapi tetap harmonis? Omong kosong, Pa. Mereka bakal langsung tahu itu semua cuma drama, cuma pencitraan."

"Maka dari itu saya meminta kamu untuk datang. Jangan sampai mereka tahu bahwa yang kita lakukan adalah drama. Kamu harus jaga sikap, jangan membuat masalah. Karena sikap kamu nanti sangat menentukan kerja sama ini. Jangan sampai semuanya berantakan karena sifat kekanak-kanakan kamu."

Tangan Juna terkepal. Padahal, selama ini Juna tidak membuat masalah fatal. Dia hanya bermain wanita, menghabiskan banyak uang, dan tidak mendapatkan nilai bagus. Namun, rasanya dia bisa membuat seisi dunia hancur. Memang, hanya Vian yang bisa membuat papanya bangga.

"Oke, Juna paham." Juna bangkit dari duduknya. "Udah, 'kan? Juna bisa pergi sekarang?"

Tanpa menunggu jawaban dari sang papa, Juna pergi begitu saja. Di mobil, dia mengacak-acak rambutnya. Belum tuntas rasa kesalnya karena bertemu Vian, kini dia dihadapkan masalah baru. Dia akan bertemu dengan wanita yang dia benci.

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang