Juna menuruni tangga sembari bersiul riang. Tangan kanannya memainkan kunci mobil dengan lihai. Setelah jas rapi kini berganti dengan jins panjang—yang tidak robek—dan kaus putih yang dibalut kemeja. Derap sneakers miliknya begitu nyaring ke seluruh sudut ruangan.
"Tumben ke luar malem minggu begini. Mau ketemu siapa?" tanya Evelyn yang sedang duduk di ruang tengah. Dia mengalihkan pandangannya sejenak dari Liam dan memperhatikan penampilan sang adik ipar. "Rapi banget lagi. Kayaknya, bukan mau ketemu temen biasa."
"Oh, jelas bukan," jawab Juna dengan penuh bangga. "Gue mau ketemu sama orang yang sangat spesial."
Evelyn memicingkan matanya. "Cewek? Gebetan? Atau udah jadian?"
"Belum jadian, sih. Disebut gebetan juga belum bisa. Gue baru ketemu sama dia lagi setelah pisah lama." Senyum di bibit Juna semakin melebar. Dia mengabaikan ujung kemejanya penuh sombong. "Gue mau ketemu Rere."
"Rere? Maksudnya ... Freya?"
Kepala Juna mengangguk mantap, membenarkan tebakan Evelyn. "Gue baru ketemu dia 2 minggu lalu. Dia kerja di Jakarta. Dan sekarang kita mau nonton."
Tidak ada respons apa-apa dari Evelyn. Senyum menggodanya luntur entah ke mana. Pandangannya juga tampak kosong, jelas perempuan itu sedang memikirkan sesuatu.
Menangkap hal yang janggal, Juna mendaratkan bokongnya di sofa. "Jangan khawatir gitu, Kak. Gak bakal ada apa-apa, kok. Gue gak akan mengalah lagi, sama siapa pun itu. Gue bakal memperjuangkan perasaan gue." Dia menepuk bahu Evelyn pelan. "Lagian, gue juga yakin, Kak Vian udah lupain Rere."
"Masa, sih?" tanya Evelyn, terkesan tak percaya dengan ucapan Juna.
"Udah lama mereka gak ketemu. Kak Vian aja gak tahu kabar apa-apa tentang Rere. Bahkan, gue yakin, dia gak tahu kalau Rere ada di Jakarta." Lalu, tangannya berpindah pada puncak kepala Liam. "Kalian udah punya anak. Ada banyak hal yang harus dipikirkan sebelum ngelakuin sesuatu."
Evelyn meraih tangan Juna dan menggenggamnya erat. "Janji sama gue, ya. Jangan bilang apa-apa sama Vian. Jangan sampai dia tahu kalau Freya ada di Jakarta."
"Iya, iya. Tenang aja." Juna melepaskan genggaman Evelyn dan segera bangkit dari duduknya. "Gue jalan, ya. Nanti gue beli mainan buat Liam, kok. Daaahh!"
Juna kembali melanjutkan tujuan langkahnya keluar dari kamar. Dengan penuh semangat, dia berjalan menuju garasi. Tanpa ia ketahui, seseorang telah menguping dari dapur.
Biarpun perasaan ini masih ada, tapi gue gak bisa berbuat apa-apa, 'kan? Ada Liam. Gue gak mau bertindak bodoh. Kalau ini kesempatan lo untuk berjuang, maka ini waktunya gue mulai usaha melupakan Freya, Jun.
Sepanjang perjalanan, dia bernyanyi sembari tersenyum lebar. Juna terjebak lampu merah, Juna akan menaikkan volume suaranya. Dia yakin, pengendara motor di samping mobilnya akan berpikir dia gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...