50. Let It Fall

4.7K 230 23
                                    

Bantu jawab pertanyaan di akhir chapter ini, ya.

Bantu jawab pertanyaan di akhir chapter ini, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayaknya, sebentar lagi Vian dateng, deh. Tante ke toilet dulu, ya?"

Freya mengangguk. "Iya, Tan."

Bu Anita bergegas bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju toilet. Sementara Freya mengedarkan pandangan ke luar jendela sembari menikmati rintik air hujan.

Hari ini, Freya dan Bu Anita makan siang bersama di luar. Tentu, sambil membicarakan beberapa hal mengenai persiapan pernikahan. Mulai dari wedding organizer, desainer baju pengantin, sampai tempat katering yang enak, Bu Anita mengenai banyak kenalan di bidang ini. Jadi, Freya bisa bernapas lega. Sisanya, dia dan Juna yang akan mengurus.

Tak berselang lama, perhatian Freya teralihkan pada seseorang yang muncul di hadapannya. Vian.

"Eh, udah sampai, Kak?" Freya menegakkan duduknya. "Tante ke toilet dulu."

Vian memgangguk paham. Lalu, dia menarik kursi dan duduk di seberang Freya. Untuk beberapa saat, hanya ada kesunyian di meja itu. Vian banyak menunduk, sementara Freya kembali menatap hujan di luar sana. Mereka hanya diam, menikmati keramaian yang ada di sekeliling.

"Gimana persiapan pernikahan kalian? Lancar?" Akhirnya, Vian memutuskan untuk membuka pembicaraan.

Freya menoleh. Diam-diam, ia bernapas lega. Bersyukur suasana mencekam itu berakhir juga. "Lancar, Kak. Nanti Tante Anita bakal bantu menghubungi beberapa vendor profesional juga."

Lagi, Vian menganggukkan kepala. "Syukur kalau begitu. Tapi, jika memang butuh bantuan saya, jangan sungkan untuk bilang, ya."

"Iya, Kak."

Untuk kesekian kali, mereka terjebak dalam atmosfer aneh. Vian banyak diam, dan Freya juga bingung harus membahas apa. Mereka hanya bisa saling lirik, berdeham, lalu memalingkan pandangan. Benar-benar canggung.

Kok, Tante Anita lama banget, ya? Gue gak bisa bertahan lebih lama lagi, jerit batin Freya.

"Frey."

"Ya, Kak?" sahut Freya dengan cepat. Seakan dia memang menunggu diajak bicara oleh Vian.

"Saya mau bahas tentang ... kita," ucap Vian ragu-ragu. "Saya tahu, ini sudah lama selesai. Tapi, bertemu dengan kamu lagi, membuat saya merasa perlu bicara lagi. Kamu enggak perlu jawab apa-apa, kok. Saya cuma mau menyampaikan apa yang saya rasa perlu disampaikan."

Perlahan, Freya menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus bersyukur atau meratap tahu Vian akan bicara banyak kali ini.

"Untuk kesekian kali, saya mau minta maaf sama kamu. Memang basi, sih. Tapi, saya merasa maaf adalah hal yang paling harus saya ucapkan sama kamu. Saya minta maaf atas segala kesalahan saya di masa lalu. Saya lebih banyak mengecewakan kamu dibandingkan membuat kamu bahagia. Maaf juga karena dulu saya menjadi laki-laki yang sangat brengsek."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang