49. Family Blessing

1.7K 156 4
                                    

Langkah Freya sempat terhenti saat menaiki tangga salah satu bangunan megah di Perumahan Jagakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Freya sempat terhenti saat menaiki tangga salah satu bangunan megah di Perumahan Jagakarsa. Setelah sekian lama, akhirnya ia datang juga ke sana. Hanya saja, mendadak kepercayaandirinya tidak sebesar dulu. Freya gugup bukan main.

Juna berbalik karena tak mendengar langkah kekasihnya. "Kok, berhenti di sana? Ayo!" Ia mengulurkan tangan pada Freya.

"Jun, aku takut. Gimana kalau papa kamu gak setuju? Gimana kalau keluarga kamu malah minta kita buat putus? Gimana kalau aku malah diusir?" cerocos Freya dengan nada khawatir.

Laki-laki itu terkekeh dan kembali menuruni tangga. Dia meraih tangan Freya dan menggenggamnya dengan penuh kasih sayang. "Kalau begitu, ya kita harus berjuang. Kita harus perjuangin hubungan kita sampai papa setuju, sampai keluarga aku terima. Mau, 'kan?"

Ekspresi Freya semakin tidak karuan. Tangannya mulai terasa dingin sekarang.

"Enggak akan sampe ke sana, Re. Aku yakin banget. Yang ada, keluarga aku bahagia buat kita. Kamu lupa kalau kamu pernah deket banget sama papa? Ya ... biarpun kamu punya masa lalu sama Kak Vian, tapi aku yakin dia bakal dukung kita, kok. Terus, Kak Evelyn juga sebenernya baik. Dia udah kayak kakak aku sendiri." Kini, tangan Juna berpindah ke bahu Freya. "Jangan mikir yang enggak-enggak. Kamu jelek kalau lagi gugup."

Langkah Juna dilanjutkan, begitu pula dengan Freya. Keduanya langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Ya, dulu Freya sama sekali tidak memedulikan kesenjangan sosial antara dia dan Juna. Seorang anak pengusaha sukses Jakarta bersahabat dengan gadis biasa asal Bandung. Anak yang bisa membeli apa saja yang dia inginkan bergaul dengan anak yang harus mengatur isi dompet sampai bapaknya mentransfer uang di awal bulan. Freya tidak peduli karena mereka sahabat. Dan sepertinya, Pak Emir juga tidak peduli karena tidak menyangka hubungan mereka akan lebih dari itu.

Namun, kini situasinya berbeda. Juna dan Freya memiliki hubungan asmara yang bukan untuk main-main. Juna telah berlutut di hadapan Freya dan berhasil menyematkan cincin berlian di tangannya. Dan, tentu, target selanjutnya adalah pelaminan. Dalam situasi sekarang ini, bisa saja pertentangan itu hadir, bukan?

"Pa," panggil Juna begitu sampai di ruang keluarga.

Sontak saja seluruh anggota keluarga Juna menoleh. Pak Emir yang sedang menonton berita, Evelyn yang sedang bermain ponsel, serta Vian dan Liam yang sedang bermain lego, semuanya mengalihkan perhatian pada Freya.

"Malam, Om," sapa Freya sembari mengangguk kecil.

"Malam, Freya. Ayo, duduk di sini. Gabung sama kita." Pak Emir melambaikan tangannya. "Makan malamnya masih disiapkan bibi, jadi kita nonton dulu aja, ya. Gimana kabar kamu?"

Freya mendaratkan bokongnya tepat di samping Juna. "Baik, Om. Om sendiri bagaimana?"

"Saya juga baik. Cuma emang perlu banyak ikuti aturan dokter supaya tidak sakit. Maklum, sudah tua," cetus Pak Emir sembari tersenyum tipis. "Udah lama banget kamu tidak datang ke sini, ya?"

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang