Langkah percaya diri Risti melambat saat melihat Juna berada di area parkir Fakultas Akuntansi. Gadis itu tersenyum, terbuai dengan tatapan intens Juna yang tertuju padanya. Jaket denim biru, kaus hitam oblong, celana jins rapi, semakin membuat penampilan laki-laki itu mencolok di antara yang lain. Belum lagi mobil Lexus biru yang menjadi sandaran Juna.
Sempurna, hanya itu yang mampu mendeskripsikan penampilannya.
"Hai," sapa laki-laki itu. Lengkap dengan senyum miring yang mampu membuat hati siapa saja ketar-ketir.
Risti ikut tersenyum. Dengan pipi yang merona, gadis itu berjalan menghampiri Juna. "Hai." Karena salah tingkah, ia juga menyelipkan rambutnya ke balik daun telinga. "Kamu ke sini buat jemput aku atau ..." Risti menoleh ke belakang. "Freya?" lanjutnya.
"Jemput lo," sahut Juna dengan cepat. Dia berbalik, mengambil sebuah paper bag yang ada di atap mobil. "Sekalian mau ngasih ini, sih. Gue juga mau menunjukkan keseriusan gue." Juna mencondongkan tubuhnya ke depan. "I seriously wanna have a fun relationship with you." Tepat di depan daun telinga Risti, Juna berbisik seduktif.
Raut wajah Risti berubah seketika. Ah, hubungan buat senang-senang. Aku lupa akan hal itu. Meski dengan perubahan suasana hati yang drastis, tangan Risti tetap terulur untuk menerima paper bag itu.
"Umm, ini bukan barang mewah, sih. Tapi, gue harap lo suka." Saat bicara demikian pada Risti, Juna masih menyempatkan diri untuk mencuri pandang pada Freya.
Di tengah-tengah kerumunan mahasiswa yang penasaran akan apa yang terjadi antara Juna dan Risti, Freya berdiri dengan kening yang berlipat. Ia tak habis pikir dengan kebiasaan Juna untuk berganti pasangan dengan mudah. Baru 2 minggu putus dengan Luna, dia sudah bisa mengajak Risti untuk berpacaran. Mana ditambah couple items segala, membuat siapa saja berpikir kali ini Juna serius.
"Ini ...."
"Sepatu sama baju anget." Juna tersenyum bangga melihat ekspresi Risti yang kini telah berubah semringah kembali. "Tadinya mau beli tas. Tapi, gue berpikir itu terlalu biasa buat lo. Jadinya gue beli couple items aja. Gimana? Suka?"
Entah Juna yang buaya ulung atau imannya yang terlalu lemah, pipi Risti kembali merona hanya karena hadiah sederhana.
"Suka," jawab Risti dengan malu-malu. "Aku juga suka banget sama warna ungu."
Juna mengangguk puas akan jawaban itu. "Kalau begitu, lo mau jadi pacar gue, dong?"
Untuk beberapa saat, Risti hanya terdiam menatap Juna. Tidak bisa dipungkiri, dia memiliki rasa pada laki-laki itu. Seantero Universitas Vagham juga tahu, sangat mustahil untuk melawan kharisma Juna yang kuat dan menggoda. Dan menjadi pacarnya—tidak peduli hanya dalam waktu singkat sekali pun—adalah keinginan kebanyakan mahasiswi. Termasuk Risti.
Hanya saja, 'hubungan untuk bersenang-senang' yang dimaksudkan Juna membuat Risti gamang. Jika pasangan lain memulai komitmen atas dasar kasih sayang, Juna justru lain. Dan itu sangat asing untuk Risti. Ia takut, di saat ia begitu menyayangi Juna, ia justru ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
أدب نسائيJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...