"Jangan cemberut gitu, dong. Kan, nanti kita bisa ketemu lagi." Juna mencolek dagu Gia, berusaha mendapatkan senyum dari gadis itu.
"Pasti aku harus nunggu lama lagi. Aa juga gak bakal ke Bandung kalau bukan karena bapak. Iya, 'kan?" Gia malah mendelik. Berat baginya untuk melepas kepergian Juna. 3 hari bukan waktu yang cukup untuk melepas rindu dengannya.
Juna tersenyum lebar. Dia mengusap kepala Gia penuh sayang. "Aa ke sini lagi pas libur nanti, kok. Bener, deh. Atau, kamu aja yang liburan ke Jakarta, gimana?"
Wajah Gia berubah semringah seketika. "Iya, ya?" Dia beralih pada Freya yang berdiri di samping Juna. "Boleh kalau aku liburan ke Jakarta, 'kan, Teh?"
"Tergantung nilai ujian kamu nanti," jawab Freya sembari mengangkat bahunya. "Makanya, belajar yang bener, biar bisa liburan. Nanti, A Juna ajak kamu ke taman bermain di sana. Dia yang traktir."
Gia mengangguk penuh semangat. "Aku pegang kata-kata Teteh, lho. Pokoknya, aku bakal dapet nilai yang bagus. Awas kalau nanti ingkar janji."
Setelah berhasil mendapatkan wajah ceria Gia kembali, Juna dan Freya berpamitan pada Pak Deden dan Bu Elis. Seperti orang tua pada umumnya, Bu Elis meminta Juna untuk mengendarai mobil dengan hati-hati, tidak boleh mengebut, istirahat jika mulai lelah. Dan Pak Deden mewanti-wanti pada Juna untuk menghabiskan liburan kuliahnya di rumah mereka. Juna mengiyakan dengan penuh keseriusan.
Akhirnya, setelah 3 hari merasakan kehangatan keluarga utuh, Juna harus rela melepaskanya kembali. Tidak selamanya, hanya sementara. Karena nanti dia pasti akan kembali, akan pulang.
"Cara lo bagus banget, sih, Re. Kasih iming-iming liburan kalau Gia dapet nilai bagus. Tapi, tetep aja gue yang dijadiin tumbal," sindir Juna sembari mengenakan sabuk pengaman.
Freya melirik Juna sekilas. "Terus, dari duit gue gitu? Gue bisa puasa berbulan-bulan, dong. Beda sama lo, Jun. Gak perlu tahan laper buat traktir Gia senang-senang selama 2 minggu. Amal dikit sama adik sahabat lo enggak ada salahnya kali," kalah Freya.
"Kayaknya, lebih enak kalau disebut calon adik ipar, deh. Iya, 'kan?" Juna tersenyum miring.
"Bacot!" ejek Freya. "Buruan jalan. Entar keburu macet."
Juna mengangguk kecil dan menuruti kemauan Freya. "Baik, Tuan Putri."
Pemandangan di luar jendela direkam baik-baik oleh Freya. Dia pasti akan sangat merindukan Bandung nanti. Tentang masyarakatnya yang ramah, udaranya yang sejuk, dan kehangatan keluarga. Demi cita-cita dan masa depan, Freya harus pergi dulu. Selain itu, dia juga harus melepas rindu pada seseorang yang istimewa di hatinya.
Xavian Yasser.
***
Begitu turun dari mobil, orang pertama yang menyambut kepulangan Freya adalah Vian. Laki-laki itu langsung berlari dan memeluk tubuh Freya dengan erat. Berulang kali dia menghirup udara dalam-dalam, menikmati aroma tubuh Freya yang sudah sangat dirindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...