Jika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...
"Kalian aja yang jalannya santai. Gue buru-buru, harus bantu ibu!" balas Freya tanpa berbalik sedikit pun. Dia terus melangkah cepat menuju rumah.
Juna geleng-geleng kepala sembari memperhatikan tubuh langsing Freya yang kian menjauh. Mereka bertiga—Juna, Freya dan Gia—baru saja kembali dari mesjid setelah menunaikan solat isya berjamaah. Walaupun itu adalah hal yang tidak pernah Juna lakukan di Jakarta, tetapi dia harus mengikuti aturan orang tua Freya selama di Bandung.
"Kalian enggak mau pacaran gitu, A?" tanya Gia tiba-tiba. Gadis 16 tahun itu melangkah sambil sesekali melirik Juna. "Aku lihat-lihat, A Juna itu sayaaaaaaaang banget sama Teh Freya. Dan biarpun kelihatan cuek, tapi aku yakin teteh juga sayang. Terus, sejauh ini cuma A Juna laki-laki yang dibawa teteh ke rumah. Aku suka greget sendiri kalau lihat interaksi kalian."
Juna pun melakukan hal yang sama. Dia melangkah sembari membagi fokus pada Gia. "Tapi, kamu pasti tahu kalau Aa sama teteh cuma sahabatan, 'kan?"
"Yakin cuma sahabat? Aku ngerasa ada yang lain, sih." Gia menatap ke depan, pada langit Bandung yang gelap. "Gak tahu kenapa, aku ngerasa ada yang beda sama sikap Aa ke teteh. Beberapa kali aku gak sengaja lihat Aa perhatiin teteh sambil senyum-senyum. Kayak orang yang lagi cinta dalam diam gitu."
Langkah Juna terhenti seketika. Pikirannya kosong untuk beberapa saat. Sikapnya itu persis seorang pencuri yang baru saja tertangkap basah.
Gia juga menghentikan langkahnya. Dia menatap Juna sambil terkekeh kecil. "Wah, ternyata bener, ya? Beneran, A? Aa suka sama teteh? Aa cin—"
"Sssuutt!" Juna membekap Gia. Dia celingak-celinguk, takut ada yang mendengar ucapan Gia barusan. "Gi, kamu ngerti kalau hal kayak gini harus jadi rahasia, 'kan? Aa tahu, kamu bisa pegang amanah, kok. Jangan sampai teteh kamu tahu, ya?"
Masih dengan tatapan penuh arti, Gia mendorong tangan Juna menjauh. "Kenapa mesti jadi rahasia? Padahal Aa tembak aja. Aku yakin teteh bakal terima, kok. Terus, kalian bakal pacaran, nikah, punya anak, dan hidup bahagia."
"Masalahnya, teteh kamu itu suka sama cowok lain," sahut Juna. "Udah, ah, jangan dibahas lagi. Pokoknya, awas kalau rahasia ini kebongkar. Aa marah banget, lho." Juna melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Gia begitu saja.
Sekarang, Raut wajah Gia sudah berubah lagi. Dia kaget bukan main mengetahui kakaknya menyukai laki-laki lain. Juna itu kurang sempurna apa? Dia tampan, baik, bergelimang harta, dan sangat menyayangi Freya. Dan paling penting, dia sudah sangat dekat dengan keluarga mereka. Gia penasaran, laki-laki seperti apa yang berhasil membuat Freya melewati Juna begitu saja.
Sementara itu, Freya mulai memasuki dapur untuk membantu ibunya menyiapkan makan malam. Saking fokusnya memotong tempe, Freya sampai tidak sadar sedang diperhatikan ibunya.