Setengah mati Freya memaksakan diri untuk bangkit dari duduknya saat pintu kamar diketuk. Dia menatap Juna dengan jengkel. Semakin ingin memukul karena Juna tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Harusnya, hari ini Freya nonton drama Korea yang sudah dia tunggu dari minggu kemarin. Namun, rencana itu harus batal karena Juna minta ditemani ke luar.
"Kita bisa keluar sore, lho, Jun. Lo tetep aja minta pergi pagi!" sungut Freya sambil mengunci pintu kamarnya. Dia melewati Juna dengan langkah yang dihentak-hentakkan.
Juna terkekeh geli. Dia menggandeng bahu Freya dan menarik tubuh gadis itu untuk menempel padanya. Telapak tangannya diletakkan di puncak kepala Freya. "Jangan cemberut gitu dong, Re. Lo tahu sendiri gak ada yang bisa gue minta tolong kecuali lo. Tenang aja, nanti gue bayar waktu lo pakai makanan enak, deh."
"Bukan begitu, Jun. Gue juga mau istirahat. Badan gue itu rasanya capek banget."
"Capek kenapa? Lo abis romusha?"
"Kemarin gue nemenin Kak Vian main futsal. Capek abis teriak-teriak dukung dia. Terus, ngobrol sama temen-temennya juga nguras tenaga banget. Mereka cerewet, ada aja topik pembicaraannya." Freya geleng-geleng kepala. Dia segera masuk ke mobil Juna dan duduk dengan nyaman di sana.
Sementara Juna malah mematung di depan mobilnya. Matanya lurus menatap Freya yang kini sudah terpejam. Kenapa rasanya kesel banget tahu Rere jalan sama Kak Vian? Kenapa gue gak terima?
Freya membuka kembali matanya. Dia berdecak keras saat mendapati Juna hanya terdiam. "Jun, ayo!"
"Hah?" Juna terperanjat. Dia kembali melangkah begitu mendapatkan kesadaran. "Iya, iya." Juna menutup pintu, memasang sabuk pengaman, dan segera menjalankan mobilnya untuk meninggalkan indekos Freya.
Walaupun adik kakak kandung, Juna tidak bisa berkata bahwa dia mengenal Vian dengan penuh percaya diri. Karena mereka sudah berpisah sejak 15 tahun lalu karena perceraian orang tua mereka. Juna ikut papanya, sementara sang mama memutuskan untuk membawa Vian. Vian baru tinggal dengan papanya sepulangnya dari New York kemarin.
15 tahun tidak banyak menghabiskan waktu bersama, tidak saling berbagi cerita, tidak tinggal satu atap, Juna tidak tahu karakter asli kakaknya. Bukankah hal yang wajar jika ia takut Freya salah pilih? Biarpun Vian adalah kakaknya, Juna tidak memiliki jaminan dia tidak akan membuat Freya terluka.
"Jun, gak salah kita masuk ke sini?" bisik Freya sambil celingak-celinguk.
"Enggak, gue emang mau beli tas." Juna berjalan menuju salah satu tas wanita berwarna putih. "Ini cantik, gak?"
Ragu-ragu Freya menganggukkan kepalanya. "Ya ... bagus. Tapi, buat apa lo beli tas cewek?"
Jika minta diantar akhir minggu seperti sekarang, Juna selalu membawa Freya ke tempat sepatu, jaket, atau miniatur kartun yang disukainya. Tentu saja Freya terheran-heran saat Juna membawanya ke tempat tas wanita. Juna tidak memiliki seseorang yang bisa menerima tas mahal seperti ini. Kecuali ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Fall [Tamat]
ChickLitJika untuk perempuan lain Juna adalah buaya darat yang pesonanya tidak bisa ditolak, bagi Freya dia hanya laki-laki tengil yang gemar membuatnya dalam masalah. Di balik sikapnya yang brengsek, dia adalah anak manja yang akan langsung merengek saat F...