37. What If

1.1K 158 6
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya, ya, temen-temen ♡

Juna memarkirkan mobilnya di jajaran para petinggi perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna memarkirkan mobilnya di jajaran para petinggi perusahaan. Dia menatap gamang bangunan menjulang yang berada tepat di hadapannya. Kali ini, entah untuk alasan apa papanya meminta Juna dang. Ingin mengacuhkan pesan itu, tetapi Juna tahu hanya akan menyulut emosi sang papa. Jadi, dengan sangat berat hati, Juna akhirnya datang juga ke Yasser Kosmos.

"Maaf, Mas, mobilnya bisa dipindahkan? Ini parkir untuk para eksekutif perusahaan, Mas."

Baru saja Juna keluar dari mobil, sudah disambut dengan senyum hangat satpam berkumis tebal. Dia menatap satpam itu dengan kesal.

"Bapak tahu saya siapa?" Laki-laki itu berjalan memutari mobil dan menepuk bahu sang satpam lumayan keras. "Posisi saya itu jauh lebih tinggi dari para eksekutif sialan, Pak. Saya Juna, anak kedua Pak Emir. Pernah denger, 'kan?"

Raut wajah si satpam berubah pucat. Susah layanan dia menelan saliva. "Oh, Mas Juna?"

"Iya, saya Juna. Anak Pak Emir yang paling ganteng," jawab Juna dengan senyum lebar penuh rasa bangga.

"Saya minta maaf, Mas. Saya gak bermaksud untuk mengusir Mas. Saya kira—"

Juna memberi aba-aba untuk diam. Kemudian, dia melangkah begitu saja, meninggalkan sang satpam. Indah sekali, bukan? Belum dia menginjakkan kaki di lantai perusahaan, sudah dibuat kesal. Dan sekarang, langkah Juna kembali terhenti karena mendengar pembicaraan seseorang.

"Aku udah di depan lobi, lho, Yan. Masa iya kamu gak bisa turun? Bentaaaaar aja. Ya? Ya?"

Secara refleks Juna menoleh. Pandangannya langsung teryuju pada perempuan berpakaian serba kurang bahan, rambut pirang, dan riasan tebal. Perempuan itu tampak kesal, sampai menendang asal kerikil yang berada di depan strappy heels miliknya.

Yan? Maksudnya Vian? Xavian, gitu?

"Ih, buat apa lagi ketemu sama papa kamu? Entar dia malah bikin kamu luka lagi. Yang kemarin aja belum sembuh, 'kan? Udah, gak usah disamperin. Mending kamu makan sama aku aja."

Arah langkah Juna berubah. Dia mundur dan berputar menghadap perempuan itu. Oke, gue yakin perkiraan gue gak salah. Orang yang bicara sama cewek itu pasti Kak Vian.

Perempuan itu berdecak keras. "Ya udah, iya. Aku pulang lagi," pasrahnya dengan nada kecewa. "Tapi, nanti malam kamu ke rumah aku, ya. Aku kangen sama kamu. Bye, Baby. I love you."

Kalimat terakhir membuat Juna mendengkus kasar. Entah apa yang mendominasi dadanya saat ini. Marah karena tahu Vian mempermainkan Freya atau harus senang karena dugaannya selama ini ternyata benar. Yang jelas, yang harus Juna lakukan saat ini adalah mendekati perempuan menor itu.

"Hai," sapa Juna. Dia tersenyum lebar, mengeluarkan seluruh aura buayanya. "Kenapa enggak masuk aja? Bukan karyawan di sini?"

"Enak aja lo bilang gue karyawan! Gue itu pacar pemimpin perusahaan ini, tahu! Kenal sama Xavian Yasser, 'kan? Gue pacarnya!" sewot perempuan itu—yang tak lain adalah Evelyn. Dia menatap Juna penuh remeh. "Dan udah pasti lo gak bisa deketin gue. So, just go away."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang