7. Next Target

1.6K 207 5
                                    

Walaupun label buaya darat sudah menempel, Juna bukanlah laki-laki pemburu wanita yang jelalatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun label buaya darat sudah menempel, Juna bukanlah laki-laki pemburu wanita yang jelalatan. Dia hanya akan mengejar perempuan yang dirasa cocok untuknya. Maka dari itu, Juna hanya sibuk dengan game di ponselnya ketika menunggu Freya keluar dari kelasnya. Dia tidak mempedulikan beberapa pasang mata yang sedari meliriknya saat melewati koridor lantai 2 gedung Fakultas Akuntansi.

Dia baru mengalihkan pandangannya saat sebuah flat shoes merah tepat berada di hadapannya. Wajahnya yang sedari tadi serius langsung melayangkan senyum saat matanya beradu dengan netra Freya.

"Udah?" tanya Juna, sambil memasukkan ponselnya ke saku celana.

Freya menggeleng lemah. "Gue harus balikin dulu buku ke perpustakaan." Dengan lesu, Freya mengangkat beberapa buku yang ada di tangannya.

"Ya udah, lo ke perpustakaan aja. Gue ke kantin dulu, beli minuman. Supaya lo gak kayak mayat berjalan." Juna mengacak-acak puncak kepala Freya.

"Jangan lama, ya, Jun. Kalau udah beres langsung samperin gue. Gue udah lemes banget, pengen pulang." Freya meraih tangan Juna dan menggenggamnya.

"Iya, Sayangku. Gue langsung susul lo, kok."

Sama-sama tak ingin membuang waktu, Freya dan Juna akhirnya memutuskan berpisah di sana. Dengan kakinya yang panjang, dia melangkah dengan cepat menuju kantin. Tidak perlu ditanya, jelas Juna tahu minuman apa yang bisa menghidupkan kembali jiwa lemah Freya. Caramel latte.

"Anj—" Juna langsung membungkam mulutnya sebelum lolongan serigala keluar. Dia mundur untuk melihat kekacauan yang ada di depannya. "Lo gimana, sih? Kalau jalan itu lihat-lihat, dong!"

"Iya, gue minta maaf. Gue buru-buru, jadinya gak lihat ...." Kepala gadis yang ada di hadapan Juna terangkat. Matanya membulat saat menyadari bahwa orang yang baru saja dia tabrak adalah Arjuna Yasser. "Lo," lanjutnya dengan suara lemah.

Raut wajah Juna juga berubah menjadi lebih ramah. "Iya, gak apa-apa. Lagian, gue gak kenapa-napa, kok. Justru baju lo yang kotor." Juna menunjuk baju putih gadis itu yang sudah bernoda. Lalu, dia segera membuka jaket bombernya. "Ini, pake aja jaket punya gue."

"Eh, gak usah. Gue punya baju cadangan di mobil, kok. Sekali lagi, gue minta maaf, ya."

Sebelum gadis itu pergi, Juna menahan tangannya. Dengan sekali entakan, Juna bisa melihat keseluruhan wajah gadis itu. Cantik, bisik hati Juna. "Pake," ucapnya sambil mengulurkan jaket kembali. "Penampilan lo gak enak dilihat. Baju putih yang basah itu berbahaya. Orang lain bisa lihat apa yang gak seharusnya dilihat."

Refleks saja gadis itu menunduk. Dia langsung menyambar jaket Juna. "Ma-makasih." Ia mengenakan jaket itu dengan terburu-buru, untuk menutupi privasinya. "Nanti gue balikin kalau udah dicuci, ya. Bye."

Let It Fall [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang