Happy reading!
Seorang pria yang sedang berkutat dengan pekerjaan kantor tengah sibuk dengan berkas-berkas yang banyak. Mata elangnya itu tak sedikit pun beralih dari layar laptop, serta jari-jarinya yang menari-nari mengetik di atas keyboard.
Drrtt drrtt!
Ponsel pria itu sedari tadi berbunyi. Fokusnya terhadap layar laptop teralihkan oleh suara dering handphone. Pria itu memutar bola matanya, sungguh ia tak suka kalau ada seseorang atau siapapun yang menggangu waktu kerjanya. Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, akhirnya pria itu mengangkat panggilan telepon dari sebrang sana.
Via telepon on.
"Halo, Bara!" ucap seseorang dari sebrang sana.
Mendengar suara dari Mamanya yang begitu heboh, pria itu sedikit menjauhkan handphone dari telinganya.
"Iya, Ma. Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Cepat, kamu pulang sekarang! Ada yang ingin Mama sampaikan sesuatu sama kamu," pinta sang Mama dengan nada memohon.
Pria yang menginjak usia dua puluh tiga tahun itu, menghela napas. Ia tahu pasti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan oleh sang Mama, sampai-sampai pria itu lagi sibuk begini saja ditelepon.
"Iya, Ma. Bentar lagi Bara ke sana," jawabnya secepatnya.
"Sekarang!"
Via telepon off.
Karena sudah terlalu malas mendengar suara heboh dari sang Mama, pria itu memilih memutuskan sambungan telepon dari sang Mama secara sepihak.
Tok tok tok!
Ketukan pintu dari luar, mengalihkan pandangan pria itu. Tidak bisakah seseorang tidak mengganggu waktunya sedikit saja.
"Masuk!" titah Bara dari dalam.
Tak berapa lama titahan dari pria itu, datanglah seorang cewek yang berpakaian ketat dan lengkap memakai make-up berjalan menghampiri dirinya.
"Permisi, Tuan," ucap cewek itu sopan, yang menjabat sebagai sekretaris.
Pria itu membalas dengan deheman saja.
"Untuk hari ini ada meeting sam--" belum selesai cewek itu memberitahu kalau hari ini ada meeting, tetapi dengan cepat pria itu memotong ucapannya.
"Batalkan meeting hari ini. Saya lagi ada urusan penting dan juga mendadak," ucap Bara dengan tegas.
"Atau kamu meeting sama Aland," lanjutnya lagi.
Cewek itu mengumpat kesal dalam hati. "Emm ... gak deh, Tuan. Kalau mau di batalkan juga gak papa. Saya permisi, Tuan."
Memilih untuk menurut saja, cewek yang menjabat sebagai sekretaris itu, segera keluar dengan perasaan kesal.
'Sialan, gak bisa deh gue dekat sama Tuan Bara,' batin cewek itu.
__________
Bara segera melangkah keluar dari dalam ruang kerjanya. Langkah kakinya yang lebar, dengan cepat sampai di tempat parkir. Mobil sport itu melaju dengan kecepatan empat kilometer membelah jalanan.
Sekitar lima belas menit dalam perjalanan. Akhirnya sampai juga di halaman rumah mewah milik keluarga Adiwijaya. Pria itu memarkirkan mobilnya di garasi, lalu bergegas mempercepat langkah kaki ke dalam rumah mewah itu.
"Akhirnya, kamu sampai juga," ucap sang Mama yang merasa senang, akhirnya sang putra sulungnya datang ke rumah dengan cepat.
"Iya, Ma. Kan Mama yang sudah memaksa Bara untuk datang ke rumah," sahut Bara lalu duduk di sofa tepat di depan kedua orangtuanya.
Mama dan Papa hanya tersenyum menanggapi ucapan dari putra sulungnya.
"Ada apa, Ma, Pa. Nyuruh Bara cepat pulang?" tanya Bara tanpa basa-basi lagi.
"Ekhem!" Deheman singkat terdengar jelas dari sang Papa.
"Jadi begini ...."
"Apa sih, Pa?" Bara yang memang memiliki kesabaran yang tipis, memaksa sang ayah agar cepat menyelesaikan ucapannya.
"Papa dan Mama sepakat untuk menjodohkan kamu dengan anak rekan kerja Papa," sambung Gionino berucap serius.
"Apa?!" Bara shock, jelas! Bahkan, ia tak pernah berpikir kalau kedua orangtuanya berniat menjodohkan dirinya dengan anak rekan kerja sang Papa.
"Bara gak mau, Ma, Pa. Mama sama Papa sudah tahu kalau Bara sudah punya pacar!" Bara tak terima kalau ia dan sang kekasih putus begitu saja.
"Ingat ya, Bara. Status kalian berdua hanya PACARAN! Jadi Mama dan Papa berhak nentuin jodoh yang terbaik buat kamu!" sahut Desika yang mulai tersulut emosi melihat betapa keras kepala putra sulungnya.
"Ma ... yang menikah itu aku, jadi aku juga punya hak untuk mencari calon istri masa depanku."
"Oh, ok. Kalau kamu masih dengan ego yang sama, Mama sama Papa akan berhenti memaksa kamu untuk menikah dengan anak rekan kerja Papa."
"Maybe, bisa digantikan sama Brian," lanjut Desika tersenyum penuh arti.
'Shit!' umpat Bara dalam hati.
"Bukan begitu, Ma. Bara tahu, kalau niat Mama sama Papa tuh baik. Di sini, Bara mau menjelaskan lagi hubungan antara aku sama Naura belum putus. Dan apa? Mama berhenti memaksa aku menikah dengan anak rekan kerja Papa, lalu Mama berniat menjodohkan Brian dengan gadis itu."
Desika dan Gionino hanya menyimak saja ucapan dari putra sulungnya.
"So ...." Desika menaik-turunkan satu alisnya.
Pria itu menghela napasnya, lalu mengembuskan napasnya perlahan. "Ok, Ma. Bara mau menikahi gadis yang mau Mama sama Papa jodohkan itu," ucap Bara mau tidak mau menerima perjodohan dari kedua orangtuanya.
"Yes!" Desika dan Gionino kompak berseru senang.
Bara menggeleng kepala saat melihat kelakuan dari Mama dan Papanya yang seperti anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
ChickLitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...