_Happy reading_
"Kita mau kemana?" tanya Kiara menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki sang suami.
Bara menoleh ke arah Kiara, tanpa menghentikan langkahnya keluar dari rumah mewah itu. "Kamu maunya kemana?" Bara malah bertanya lagi.
"Emm ... tunggu!" Kiara tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, berpikir sejenak dengan pertanyaan dari sang suami. Bara memutar badannya menghadap ke samping, dimana gadis kecilnya tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.
Bara menautkan kedua alisnya. "Kenapa lagi?"
"Jadi, terserah Ara nih, kita mau kemana?" tanya Kiara memastikan lagi.
"Ya." Bara mengangguk cepat dan mengiyakan saja permintaan dari gadis kecilnya. Daripada ribet, nantinya.
Seperti ada ide muncul diatas kepalanya. Kiara menjentikkan jarinya, tersenyum simpul menatap sang suami dengan berbinar-binar.
"Kalau gitu, Ara mau kita ke pasar malam. Sekarang juga!" Final Kiara berseru heboh, ia pun berlari kecil menuju ke dalam mobil, tanpa persetujuan dari Bara-- sang suami.
Bara terlihat sedikit cengo mendengar permintaan dari Kiara untuk ke pasar malam, sekarang juga di siang hari. Ya kali, pasar malam ada di siang hari? Astaga, gadis kecilnya ini ada-ada saja! Bara bergegas menuju ke dalam mobil, menyusul Kiara yang sudah terlebih dahulu masuk ke mobil. Ia harus memberitahu pada Kiara, kalau pasar malam tidak buka di waktu siang hari.
"Ayo cepat kita ke pasar malam. Ara udah gak sabar lagi!" ajak Kiara terlihat bersemangat, apalagi melihat kedatangan Bara masuk ke mobil.
Bara mengacak rambutnya, merasa bingung dengan permintaan dari istri kecilnya itu. Sepertinya, mengiyakan ajakan dari Kiara tadi menjadi boomerang baginya. Kalau permintaannya tidak yang aneh-aneh, Bara akan menuruti apa saja keinginan untuk Kiara.
"Jangan ke pasar malam deh. Kemana gitu, restauran, mall atau cafe?" tawar Bara bernegosiasi pada Kiara.
Dengan cepat Kiara menggelengkan kepalanya, apa susahnya sih menuruti keinginan ke pasar malam saja? Lagipula, ia juga sudah lama tidak ke pasar malam. Terakhir kali ia ke pasar malam waktu bersama sang ayah, waktu itu Kiara masih berusia lima belas tahun.
"Gak mau! Ara maunya ke pasar malam aja," tolak Kiara merasa tak suka dengan penawaran dari Bara tadi.
"Emang ada pasar malam buka di siang hari?" tanya Bara berusaha menetralkan emosinya. Jujur, sebenarnya ia masih tidak bisa mengontrol emosi ketika bersama orang lain terlebih pada sang istri. Dan sebisa mungkin ia mengontrol dirinya agar tak melukai perasaan orang lain.
Kiara menggeleng. "Gak ada. Tapi, cari aja dulu. Siapa tau ada yang buka," ujarnya tak mau kalah.
Bara memejamkan matanya sesaat, agar emosinya tak meledak sekarang juga. Ia tak habis pikir, permintaan Kiara sangatlah aneh. Kalau Kiara menginginkan ke pasar malamnya pada malam hari, it's okay ia akan menuruti saja. Tapi, ini? Siapapun tolong Bara!
Mengatur pernapasannya, Bara berusaha bersikap tenang. "Hey, mana ada pasar malam buka di siang hari? Kamu boleh minta apa aja, nanti aku belikan."
"Kalau kamu mau ke pasar malam, nanti malam aja, ya. Please," tukas Bara sedikit memelas.
"Yaudah deh." Kiara manggut-manggut saja, meski dengan perasaan yang belum ikhlas.
Bara menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang. Meninggalkan perkarangan mewah keluarga Mahendradatta.
"Kamu mau ice cream, kue brownies, cokelat. Atau mau apa, hmm?" tawar Bara sebagai ganti permintaan Kiara ke pasar malam. Ini memang sedikit aneh, tapi ini ia lakukan demi Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
Chick-LitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...