Cahaya matahari masuk melalui celah jendela kamar Bara. Pria itu terbangun dari tidurnya yang merasa terganggu dengan oleh sinar matahari pagi. Orang yang ia lihat pertama kali adalah istri kecilnya yang masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan adanya sinar matahari.
Sebuah lengkungan tertarik dari kedua sudut bibir Bara. Menurutnya Kiara orangnya sangat menggemaskan.
"Cantik," gumam Bara pelan. Tangan pria itu membelai lembut pipi Kiara--sang istri.
Tiba-tiba gadis itu menggeliatkan tubuhnya, merasa tergganggu dengan belaian lembut di pipinya. Gadis cantik itu mengerjapkan matanya beberapa kali agar penglihatan terlihat jelas.
"Siapa yang membelai pipiku tadi?" Kiara bergumam sendiri, gadis itu belum menyadari keberadaan suaminya itu.
Bara yang mendengar gumaman dari istri kecilnya hanya mengulum senyum. Terbesit di pikiran Bara untuk menjahili istri kecilnya itu.
"Kamu kenapa, Kiara?" tanya Bara yang berpura-pura bangun dari tidurnya.
"Tadi ada yang pegang pipi Ara, deh," terka Kiara.
"Masa sih? Apa jangan-jangan ...." Bara sengaja menggantung ucapannya itu, agar membuat Kiara sedikit ketakutan.
Emang Kiara itu penakut dan mudah percaya sama omongan sang suami, mulai ketakutan.
"Jangan-jangan apa?"
"Ada hantu yang ganggu kamu," bisik Bara tepat di telinga Kiara. Sontak membuat Kiara memeluk pinggang sang suami dengan erat. Gadis cantik itu takut, kalau itu benar-benar terjadi.
Bara terkekeh geli dan usahanya untuk mengerjai sang istri berhasil.
"Mana ada sih, pagi-pagi gini ada hantu,"ucap Kiara masih memeluk Bara.
"Ada," balas Bara singkat.
Kiara mendongakkan kepalanya, menatap wajah sang suami dengan tatapan bertanya-tanya.
"Mana?"
"Tapi bohong!" jawab Bara tertawa. Seketika Kiara memanyunkan bibir mungilnya, kemudian gadis cantik itu menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuh keduanya, berlalu pergi dari kasur itu dengan menghentakkan kakinya, kesal.
Sementara itu, Bara yang melihat kepergian dari sang istri semakin tertawa lepas.
✨✨✨
Kiara keluar dari dalam kamarnya dengan raut wajah kesal, ia benar-benar dengan sang suami. Pagi-pagi sudah dijahili oleh Bara.
Ia pun berjalan menuruni anak tangga menuju ke meja makan. Rasanya, ia tak mau sarapan bareng Bara.
Kiara mulai mengolesi roti tawar dengan selai strawberry.
Dari dalam kamarnya, Bara sudah siap berangkat ke kantor. Pria itu juga menggunakan pakaian formal. Dirasa sudah siap, ia pun bergegas keluar dari kamarnya, menuju ke arah meja makan yang sudah ada Kiara di sana.
"Pagi, gadis kecil," sapa Bara, lalu duduk di samping Kiara.
"Hmm." Kiara hanya berdehem sebagai jawaban. Ia berusaha memalingkan wajahnya, enggan bertatap muka dengan sang suami.
"Kiara, mana sarapan pagi untukku?" tanya Bara tengah menatap sang istri yang enggan menatap dirinya. Terlihat sekali, gadis cantik itu sedang memakan roti dengan tenang.
"Udah gede, buat sendiri! Kan bisa masak sendiri!" ketus Kiara.
Bara menghela napas, lalu mendekati Kiara dan berbisik. "Kata orang, kalau ada seorang istri yang cuekin suaminya. Pas ulangan nilainya jadi rendah."
"Pasti bohong lagi," sahut Kiara mulai berdiri, kemudian beranjak pergi dari tempat duduknya.
"Hey, Kiara!" seru Bara menarik tas yang ada di punggung Kiara dengan gesit. Sehingga, membuat Kiara mundur beberapa langkah.
"Apa lagi?" tanya Kiara memutar bola matanya.
"Belajar yang rajin. Jangan dekat-dekat sama cowok di sekolah!" tegas Bara dengan menasihati istri kecilnya.
"Dasar singa!" gumam Kiara pelan.
"Apa?" Bara menatap Kiara dengan tatapan tajam.
Kiara bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk lari dari tempat itu.
"Dasar, Tuan singa!" teriak Kiara yang tengah berlari menuju ke dalam mobil.
"Awas aja kau, Kiara!" geram Bara dengan menyunggingkan senyumnya.
Para maid dan bodyguard pribadi yang ada di situ, hanya terkekeh kecil saat melihat Tuan dan Nona mereka bercanda.
TBC ....
Next lagi?:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
ChickLitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...