42. Absurd

1.2K 64 0
                                    

.
.
.
.
Happy reading!

Di dalam kamar yang bernuansa hitam mendominasi itu, terdapat tiga pemuda yang sedang sibuk bermain PS, tidak, tidak. Hanya dua pemuda saja yang bermain PS, sedangkan satu pemuda sibuk dengan buku-buku pelajaran.

Dino menyikut lengan Alfi, membuat cowok itu mendengkus kesal. "Apa sih?" sewot Alfi.

"Coba lo liat, Fadil dari tadi kayanya galau," ujar Dino berbisik.

Alfi mengangguk, sedari pulang sekolah Fadil terlihat begitu galau. Entahlah karena apa, yang jelas raut wajahnya begitu murung, seperti tidak bersemangat.

"Dil, lo kenapa sih?" tanya Alfi merasa bingung melihat temannya itu uring-uringan.

Fadil menghela napasnya, mengalihkan atensinya pada kedua temannya itu. "Ehmm ... gue juga bingung, apakah gue ada salah sama Ara?"

Seketika Dino dan Alfi mengernyit heran dengan pertanyaan dari Fadil. Fadil ada salah sama Kiara? Bukannya istirahat tadi Kiara begitu bersemangat menemui Fadil di perpustakaan? Lalu, ada masalah apa mereka berdua?

"Bukannya Ara waktu istirahat tadi menemui lo di perpustakaan?" tanya Alfi merasa penasaran.

"Iya loh, Ara tadi semangat banget mau ketemu sama lo. Sampe buru-buru gitu," tutur Dino menambahkan.

Fadil mengembuskan napasnya kasar, lalu mengusap wajahnya. Jadi, Kiara waktu istirahat berlangsung ingin bertemu dengannya. Fiks! Kiara tak jadi menemuinya karena ia bersama cewek lain. Ini semua salah paham, besok ia akan menjelaskan semuanya kepada Kiara.

"Gue istirahat tadi gak ketemu sama Ara," jawab Fadil lirih.

"What?!" pekik Dino heboh.

"Gila, gila, gila. Kenapa gak ketemu?" Dino semakin heboh, membuat Alfi ingin menyumpal mulut kaleng rombeng Dino pakai kaos kaki.

"Sumpah lo yang gila!" sahut Alfi menoyor kepala Dino.

Dino meringis. "Njir, sans aja kali."

"Santai your head!" Alfi yang mudah sekali tersulut emosi. Rasanya ia ingin sekali menghantam temannya itu.

Fadil memutar bola matanya, di sini ia yang ingin bertanya kepada kedua temannya itu. Bukannya malah melihat keributan mereka berdua. Fadil berdecak, buang-buang waktu saja!

Fadil memicingkan kedua matanya, menatap curiga kedua temannya itu. Ya, pasti salah satu dari mereka yang bilang ia berada di perpustakaan.

"Siapa yang udah bilang sama Ara, gue di perpustakaan?" tanya Fadil menyorot tajam kedua temannya.

"Siapa?!" Fadil menuntut temannya agar ia segera tahu.

Alfi dan Dino meneguk salivanya dengan susah payah. Mereka tahu, kalauu Fadil sudah marah akan lebih mengerikan. Kedua cowok itu saling menyikut lengan satu sama lain, mencoba bernegosiasi agar Fadil tak emosi sekarang.

"Kenapa lo jadi marah kaya gini? Kalo lo ada sesuatu di perpustakaan, gak mungkin lo akan emosi seperti ini. " Dino orangnya yang suka humoris, berubah jadi datar dan serius di situasi sekarang.

Fadil bergeming, mengusap wajahnya dan beralih mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar kacau dan berantakan. Kenapa hal seperti ini harus dilakukan secara emosi? Ya, jelas kalau Alfi dan Dino tidak bersalah, karena mereka berdua sudah berkata jujur kalau Fadil berada di perpustakaan.

"Arrghh ... ok, di sini gue yang salah." Akhirnya, Fadil mengakui bahwa ia yang salah. Kedua temannya itu hanya tahu bahwa ia ke perpustakaan sendiri.

Sebenarnya Fadil hanya seorang diri ke perpustakaan dan tiba-tiba saja, ada seorang cewek memaksanya untuk ikut bersama di dalam perpustakaan.

Katanya mau belajar bareng, siapa sangka dibalik wajah sok polos cewek itu. Ia menyimpan perasaan lebih kepada Fadil sejak lama. Karena itulah, obsesinya kepada Fadil sangat besar. Dirinya bisa saja berbaur kepada siapa saja yang mendekati Fadil, ia akan bersikap baik di wajah sok polosnya dan di dalam hati yang paling dalam, ia juga akan menghancurkan seseorang itu secara perlahan.

Alfi berjalan mendekati Fadil yang sedang duduk di tepi kasur. Fadil benar-benar kacau, raut wajahnya begitu murung. Alfi menepuk pelan pundak sang teman, berusaha menenangkan pikiran Fadil.

"Gue cuma bilang yang sebenarnya aja. Karena Ara memaksa bertanya tentang keberadaan lo dan gue jawab sejujurnya," tutur Alfi mengklarifikasi.

Fadil menghela napasnya. Sekali lagi, di sini bukan salah kedua temannya. Ia terlalu terbawa emosi, sehingga menyudutkan kedua temannya dalam permasalahan ia dan Kiara.

"Emangnya lo ngapain di perpustakaan? Dan sama siapa di sana?" tanya Dino penasaran. Yeuhh ... dasar Dinosaurus di perpustakaan ya membaca buku. Lebih baik yang harus kita simak dari pertanyaan Dino cukup yang terakhir saja.

"Gue sama Meyra, dia yang udah maksa gue buat ke perpustakaan bareng," jawab Fadil jujur.

Dino mendengkus kesal, saat mengetahui kalau Fadil ke perpustakaan bersama Meyra, si wanita berwajah sok polos memiliki sejuta dendam kepada siapa saja yang mendekati Fadil, cowok incarannya sejak lama. Sedangkan Alfi diam dan menyimak saja, ia juga sebenarnya tidak tahu kalau Meyra wanita seperti itu.

"Cih, buat apa juga lo temani cewek sok polos itu?" tanya Dino berdecih. Ia tak habis pikir kalau akhirnya sang teman berhubungan dengan Meyra.

"Emangnya ada apa sih? Kok gue kudet amat ya?" Alfi yang sedari tadi diam, jadi ikut penasaran.

"Kalian berdua gak tau ya? Kalau Meyra tuh cewek sok polos," sahut Dino yang semakin membuat Fadil dan Alfi penasaran.

"Jadi dia tuh ...." Dino mulai menjelaskan semuanya dari awal ia melihat Meyra dan kelakuan dari cewek sok polos itu. Fadil dan Alfi menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti tak percaya dengan penjelasan dari teman absurd-nya itu.

"Eh, coba kalian perhatikan si Ara tuh cantik, manis. Tapi, kenapa para cewek di sekolah tuh pada nge-bully dia ya?" tanya Dino memuji Kiara sekaligus keheranan, kenapa cewek se-cantik Kiara dibully dan dijauhi?

"Suka lo sama Ara?" Fadil bukannya menjawab, ia malah sinis pada teman absurd-nya itu.

Dino tersenyum menyeringai, ia akan sedikit berdrama sama siswa berprestasi itu. Mendengar ucapan dari Fadil yang sinis itu membuatnya semakin yakin, kalau Fadil suka sama Kiara.

"Wajar dong gue suka sama Ara. Gue memantapkan diri untuk menjadi calon imam masa depan Neng Kiara," ujar Dino menaikkan satu alis tebalnya. Tanpa sadar, tangan Fadil mengepal erat dan ingin menonjok wajah teman absurd-nya itu.

Alfi memutar bola matanya, ia tahu kalau Dino sengaja ingin memancing emosi Fadil.

"Udahlah, ngapain juga lo dengerin ucapan makhluk aneh kaya dia," lerai Alfi sebelum peperangan terjadi pada kedua temannya itu. Ucapan unfaedah dari Dino hanya akan membuat diri tambah kesal.

Fadil menatap tajam Dino yang sedari tadi menampilkan cengiran yang menyebalkan. Tak sia-sia usaha Dino berdrama tadi, ia jadi tahu kalau Fadil suka sama Kiara. Tetapi, gengsi yang tinggi membuat keduanya sama-sama belum peka terhadap perasaan masing-masing.

Fadil beranjak keluar dari kamarnya, menuju ke dapur untuk mengambil minuman di dalam kulkas. Tenggorokannya terasa kering, gara-gara kebanyakan bicara tak ada gunanya sama teman absurd-nya itu.

"Gengsi aja yang ditinggin. Mamam noh, kalau Ara nanti diembat orang lain!" sindir Dino berteriak, setelah Fadil keluar dari kamar. Alfi hanya menggelengkan kepalanya, heran sama Dino yang kelewat absurd dan suka ghibah juga kalau ada waktu luang sama ciwik-ciwik di kelas.

TBC ....
✨🧡🌚

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang