40. Perasaan apa ini?

1.3K 71 0
                                    

Happy reading:')

Bel istirahat sudah berbunyi. Kiara segera keluar dari kelas menuju ke kantin. Sesampainya di kantin, Kiara terlebih dahulu mengantri untuk memesan makanan. Ia bergegas menuju ke meja tengah kantin, sembari menunggu pesanan makanan.

Tak menunggu lama, pesanan makanan Kiara sudah sampai di tempatnya.

"Ini pesanannya, Nak Kiara." Ibu kantin itu menyodorkan sepiring nasi goreng dan es jeruk pada Kiara.

"Makasih, Bu," ucap Kiara tersenyum.

"Iya sama-sama, Nak Kiara." Ibu kantin itu menjawab dan beranjak kembali ke tempatnya.

Kiara memakan nasi gorengnya dengan diam. Tak seperti murid lain yang sesekali berbicara, bercanda gurau bersama temannya. Kiara mengembuskan napasnya, sudahlah yang penting ia sudah bisa bersekolah di SMA ini.

"Eh, Neng Kiara sendirian aja nih?"

Kiara menoleh ke arah sumber suara itu. Dan ternyata, Dino bersama Alfi menghampirinya tanpa Fadil. Fadil kemana? Tumben sekali tidak bareng kedua temannya.

"Gak kok. Kan masih banyak murid yang lain," jawab Kiara.

"Yaelah, kita berdua boleh gabung gak nih?" tanya Dino sudah duduk di depan Kiara, disusul Alfi yang juga ikut duduk.

Kiara mendengkus kesal. "Sudah duduk juga."

Dino hanya cengengesan. "Basa-basi, Neng."

"Kak Fadil, kemana?" tanya Kiara to the point.

"Jiaahhkk ... kangen ya, sama gebetannya?" Alfi mulai menggoda Kiara.

"Ih, apaan sih gak jelas!" sungut Kiara kesal.

"Gak usah malu kali, ngaku aja," ujar Dino mulai memancing agar Kiara mengakui hubungannya bersama Fadil.

"Ntar diembat sama cewek lain, baru tau rasa!" Kini giliran Alfi yang terlihat begitu menggebu-gebu.

"Nggak papa, berarti bukan jodoh," sahut Kiara mengecilkan volume suaranya saat diakhir kata 'jodoh'.

Dino dan Alfi tertawa mendengar ucapan Kiara. Gadis itu menghela napas dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Entahlah, selera humor kedua cowok itu terlalu receh!

"Mending sama gue aja," ucap Dino menawarkan dirinya untuk menjadi pacarnya Kiara. Ekhem mau saingan nih.

Alfi menyikut lengan Dino. "Lo mau saingan sama siswa berprestasi, hah?" tanya Alfi terlihat sangat greget pada teman lucnutnya itu.

"Why not? Yang penting usaha dulu," ujar Dino pongah. Bukannya namanya Dino kalau tidak narsis dan percaya diri.

"Pede bat lo!" timpal Alfi tertawa garing.

"Bodo amat," jawab Dino apa adanya.

Kiara menggelengkan kepalanya, menatap kedua makhluk berjenis kelamin laki-laki yang ada di hadapannya itu. Kiara sesekali celingak-celinguk mencari sosok yang ia cari sedari tadi. Tapi tidak ada tanda-tanda muncul batang hidungnya. Aish, kenapa Kiara jadi kepikiran sama Fadil?

"Ehmm ... Kak Fadil, kemana sih?" tanya Kiara lagi.

"Tenang aja, Fadil gak kemana-mana kok. Tuh anak lagi di perpustakaan," jawab Alfi memberitahu.

Kiara manggut-manggut saja dan beranjak dari tempat duduknya. Ok, tujuannya sekarang adalah ke perpustakaan. Semoga sosok yang dicari masih ada ditempatnya.

"Ara pergi dulu ya, bye." Kiara berlari kecil menyusuri koridor sekolah.

"Dih cepat amat. Oke deh kalo gitu, good luck!" teriak Dino.

Selang beberapa menit menyusuri koridor. Akhirnya, Kiara sudah sampai tepat di depan pintu perpustakaan. Ia mengedarkan pandangannya kesana-kemari mencari keberadaan Fadil. And boom! Fadil duduk berhadapan dengan seorang perempuan. Mereka berdua terlihat begitu dekat dan cocok, pikir Kiara.

Gadis itu melangkah mundur dan tersenyum miris, melihat kedekatan Fadil dengan perempuan lain. Sesak, itulah yang dirasakan oleh Kiara saat ini. Meski mereka berdua sudah berteman lama, entah kenapa ia tidak suka melihat kedekatan Fadil bersama perempuan lain. Bolehkah, ia juga mau egois saat ini, perasaannya seakan nyaman dekat dengan Fadil.

Mata Fadil tak sengaja melihat sosok yang sangat ia kenal, berjalan menunduk melewati depan perpustakaan. Ya, dia adalah Kiara. Cowok itu beranjak dari tempat duduknya dan hendak mengejar gadis itu, tetapi secepatnya tangan Fadil di cekal erat oleh perempuan itu.

"Kamu mau kemana?" tanya cewek itu yang enggan melepaskan cekalan tangannya.

"Kita belum selesai loh belajarnya. Masa mau pergi aja," tambahnya lagi.

Fadil menghela napas,  jujur ia ingin sekali mengejar Kiara. Tetapi, cewek yang ada di hadapannya ini tidak mau melepaskannya. Ia takut, Kiara akan berpikir kalau ia dam cewek itu mempunyai hubungan khusus.

"Emang mau kemana sih?" tanya cewek itu begitu kepo. Namanya Meyra Alrick.

"Nggak papa," jawab Fadil dan duduk kembali ke tempatnya.

Meyra mendengkus kesal, sebenarnya ia tahu kalau Fadil akan mengejar temannya itu. Gadi itu tidak akan membiarkan hal itu terjadi hari ini, enak saja ia sudah capek-capek membujuk Fadil untuk menemaninya di waktu istirahat.

'Enak aja, cewek cupu itu mau ganggu waktu gue sama Fadil!' batin Meyra kesal.

'Gak akan gue biarkan, hari ini terjadi. Kalau perlu gue bikin pertemanan kalian berdua hancur!' lanjut batin Meyra mulai menggebu-gebu.

                                _-_-_

Kiara memasuki toilet dengan menahan rasa sesak di dadanya, tak lupa juga ia menutup pintu toilet terlebih dahulu. Kiara berdiri di depan cermin, matanya mulai berkaca-kaca. Kenapa ia jadi selemah ini melihat Fadil dekat dengan cewek lain? Harusnya, Kiara merasa senang karena Fadil sudah memilih pasangannya.

Kiara mengusap bulir bening di pipinya. Ya, ia tak boleh sensitif ataupun cemburu. Ia tak boleh egois, bukanlah ia juga mencintai Bara--sang suami yang jelas status hubungannya sebagai suami-istri.

Kiara menatap dirinya, kemudian tangannya menunjuk dirinya di depan cermin dan berkata. "Ya, kamu gak boleh egois. Dia berhak memilih pasangannya," ucapnya menatap sendu dirinya sendiri.

"Kamu gak boleh egois, Ara!" lirihnya lagi, menunduk dan meremas rok abu-abunya dengan kuat. Melampiaskan rasa sesak yang ia rasakan.

Kiara segera mencuci wajahnya, agar tak seorang pun yang melihatnya sedang menangis. Perlahan gadis itu keluar dari toilet, berusaha menetralkan wajahnya agar terlihat biasa saja.

TBC ....
☺️🧡

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang