43. Good girl

1.3K 86 0
                                        

Makasih yang udah bertahan sampai di part ini ya:)
.
.
.
Happy reading!

"Ara mana? Dari gue sampai ke rumah ini, gue belum liat batang hidung dia," tanya Brian sekaligus mencari keberadaan dari adik iparnya itu.

"Masih tidur mungkin, atau gak ... au ah gelap!" jawab Felia seadanya. Karena, memang malas menanggapi pertanyaan dari kakak keduanya itu.

Definisi adik akhlakless.

"Dih." Brian melemparkan kentang goreng tepat di wajah sang adik, membuat Felia mendengkus kesal. Menatap tajam ke arah Brian.

Oh ya, Brian dan Felia masih di rumah mewah milik kakak sulungnya. Hanya saja, Brian sekadar bertamu. Kalau Felia tetap menginap, meski kadang gadis itu selalu mengganggu kegiatan romantis Bara dan Kiara. Meresahkan emang punya adik macam Felia.

"Kak Brian apa-apaan sih? Main lempar-lempar sembarangan!" sahut Felia yang geram dengan tingkah laku dari Brian. Gadis itu menahan emosi untuk tidak menendang sang kakak ke sungai Amazon.

"Nye nye nye!" Brian bukannya takut, justru ia meledek sang adik dengan menjulurkan lidahnya.

Felia akan bersiap-siap untuk melemparkan bantal sofa ke wajah Brian yang sangat menyebalkan. Ketika ingin melempar bantal sofa, tiba-tiba saja suara bariton dari Bara membuat aktivitas Felia tertunda.

"Kiara mana?" tanya Bara to the point, sedari pulang kerja ia belum melihat gadis kecilnya itu.

Felia mencebikkan bibirnya, kesal. Kenapa kedua kakaknya ini mencari Kiara bukan dia? Brian menoleh ke arah sang adik yang begitu cemberut, ia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku dari adik bungsu yang akhlakless.

"Kak Ara ada kok di kamarnya," jawab Felia terdengar lirih.

Bara hanya mengangguk dan bergegas menaiki tangga menuju ke kamar gadis kecilnya. Tiba-tiba saja, perasaan rindu itu muncul begitu saja tanpa permisi. Rindu dengan tingkah lakunya, rindu dengan pelukannya, rindu dengan sikap kekanak-kanakan dan menyebalkan dari gadis kecilnya. Ah ... pokoknya rindu semua yang ada di gadis kecilnya itu.

Apakah Bara diam-diam jadi bucinnya Kiara?

"Kasihan banget adik gue. Mana muka lo kusut kaya belum di setrika aja," ucap Brian meledek sang adik lagi. Sehari tak ribut sama adik bungsu rasanya ada yang kurang.

Felia berdecak. "Ya," jawab Felia singkat, lalu gadis itu pergi meninggalkan Brian sendirian di ruang keluarga itu.

Bara membuka pintu kamar Kiara, kebetulan kamar gadis kecilnya itu tidak terkunci. Sebelumnya, ia juga sudah mengetuk dan memanggil nama gadis kecilnya, tetapi tak ada sahutan dari dalam. Pria itu khawatir kalau terjadi sesuatu pada gadis kecilnya.

Setelah pintu kamar terbuka, tidak ada Kiara. Oh, atau mungkin gadis kecilnya sedang ada di dalam kamar mandi. Ia segera mendekat ke kamar mandi, memutar kenop pintu tidak terkunci juga. Jadi lebih leluasa pria itu mencari keberadaan Kiara, tanpa perlu susah payah.

Samar-samar suara gadis kecilnya terisak-isak. Entahlah, apa yang sedang terjadi pada gadis kecilnya?

"Hiks," Kiara terisak, matanya sedikit sembab.

"Kiara, kamu kenapa?" Bara melangkahkan kakinya mendekati Kiara. Kiara tersentak kaget saat Bara memanggil namanya. Astaga, kenapa Kiara jadi ketahuan begini?

"A-a, itu, anu ...." Kiara benar-benar gugup dan salah tingkah.

Sialan, kenapa bisa ketahuan begini sih? Batin Kiara kesal.

Tangan Bara mengusap bulir bening di pipi chubby Kiara. "Nangis?" tanya Bara menatap Kiara dengan lekat.

Kiara mengangguk saja, tak ada gunanya juga ia harus berbohong kalau ia sedang tidak menangis. Sudah ketahuan juga! Bara merengkuh tubuh gadis kecilnya, membawanya ke dalam pelukannya. Begitu juga dengan Kiara, ia juga membalas pelukan hangat dari sang suami.

"Kenapa menangis? Siapa yang sudah buat gadis kecilku menangis seperti ini?" tanya Bara bertubi-tubi, sambil membelai lembut surai panjang Kiara dan mengecupnya dengan lembut.

Kiara menggeleng di dalam pelukan itu dan enggan melepaskan pelukannya. Kalau ngomong yang sejujurnya, pasti Tuan singa akan marah.

"Jangan nangis lagi. Dasar cengeng!" titah Bara dingin, sekaligus bilang kalau gadis kecilnya cengeng. Dasar ya, Bara, bukannya dibujuk, kasih perhatian. Malah bikin gadis kecilnya kesal.

Seketika Kiara memanyunkan bibir mungilnya dan menatap kesal sang suami. "Nyebelin!"

"Kenapa tuh bibir? Minta di cium?" Bara mulai menggoda Kiara.

Bara segera memegang tangan Kiara, saat gadis kecilnya ingin melayangkan pukulan kecil.

"Mulai berani, hmm?" ujar Bara lembut. Pria itu kadang bersikap dingin, cuek dan bisa berbicara selembut ini membuat Kiara tersihir oleh suara dan juga ketampanan sang suami.

Kiara menggeleng pelan dan menunduk takut, menatap wajah tampan sang suami. Tak tahan dengan sikap dari gadis kecilnya, ia mengangkat dagu Kiara menatap intens wajah sang istri. Pandangan mereka bertemu lagi, benda kenyal milik pria itu menempel di kening Kiara. Kiara memejamkan matanya, merasakan sensasi berbeda dari biasanya.

"Jangan nangis lagi. Emang tadi kenapa?" tanya Bara memastikan.

"Emm ... sebenarnya, Ara pengen ketemu sama Papa," jawab Kiara cepat, entahlah ide itu muncul begitu saja dan ia juga rindu dengan sang ayah.

Tak usah ditanyakan lagi bagaimana raut wajah pria itu. Datar, ia tak suka kalau gadis kecilnya bertemu dengan Deo Mahendradatta. Seorang ayah yang telah egois menjodohkan sang anak agar perusahaannya tidak bangkrut.

Perjodohan itu juga yang membuat keduanya bersama dan memiliki perasaan. Maybe.

"Gak usah. Lain kali aja," tolak Bara dingin.

Melihat ekspresi wajah dari Bara yang berubah, membuat Kiara mengangguk saja. " Emm ... iya, Tuan."

"Jangan panggil aku, Tuan. Tapi panggil sayang aja," titah Bara tersenyum tipis. Oh my God, senyum itu ditunjukkan lagi untuk Kiara. Jarang-jarang, 'kan Bara yang bersikap cuek berubah jadi manis begini.

"I-iya, sa-sayang," ucap Kiara terbata-bata.

"Good girl." Bara mengacak rambut panjang Kiara dengan gemas. Kiara berusaha untuk menahan senyumnya yang sedari tadi ia tahan. Tetapi, bibir mungilnya menyunggingkan senyuman manis.

Ekhem, ada yang sudah manggil sayang nih🙈

Bisa aja rayuan Bara, sampai membuat Kiara jadi bucin.

TBC ....

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang