Sebelumnya merasa gak yakin buat lanjut chapter ini, karena kejadian lain. Tapi aku usahakan untuk lanjut sampai ending:)
Happy reading 🧡
Sesuai dengan janji yang diucapkan tempo hari, maka ia akan sangat-sangat terpaksa mengantarkan Kiara bertamu ke rumah mewah keluarga Mahendradatta a.k.a mertuanya itu. Bara masih saja bersikap dongkol kepada Deo Mahendradatta, entahlah sepertinya mempunyai dendam kusumat saja.
Seusai pulang dari kantor, Bara langsung menjemput Kiara pulang dari sekolah. Ini karena rengekan manja dari istri kecilnya, yang memintanya untuk menepati janjinya itu. Bara hanya geleng-geleng kepala, ternyata Kiara masih saja sama janji itu.
"Arrgghhh ... lama amat sih!" Bara mengerang kesal, menunggu Kiara yang terlalu lama melakukan hal yang dilakukan oleh cewek-cewek, ketika mereka diajak pacar atau suami jalan-jalan. Yaitu berdandan.
Kiara menuruni tangga dengan wajah sumringah, terpancar kebahagiaan di wajah Kiara saat ini. Bagaimana tidak senang, kalau ia berhasil menjinakkan singa tampan ini yang biasanya selalu bersikap cuek dan tidak peduli kepadanya.
"Gak lama, 'kan nunggunya?" tanya Kiara begitu polosnya.
Bara berusaha menetralkan wajahnya agar tidak emosi sekarang juga, dalam hatinya ia sudah menyumpah serapah orang yang ada di hadapannya ini. Dengan tampang polosnya, Kiara masih mengukir lengkungan manis di bibir mungilnya.
"Yuk!" Bara segera menarik pergelangan tangan Kiara dengan cepat, sehingga membuat gadis cantik itu sedikit terhenyak. Kenapa suaminya ini tidak bisa bersikap romantis sedikit saja? Bara tak mau berlama-lama lagi untuk sampai ke rumah mewah keluarga Mahendradatta. Apapun yang terjadi nantinya di rumah mertuanya itu, Bara siap melindungi istri kecilnya dari tatapan tidak suka dari ibu tiri Kiara.
Membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai ke rumah keluarga Mahendradatta. Selama diperjalanan Bara tak hentinya memberitahu pada istri kecilnya agar menyiapkan diri dari tatapan dan ocehan tidak penting dari ibu tirinya. Kiara pun hanya mengangguk saja, sesekali tersenyum simpul menanggapi ucapan dari sang suami. Sebegitu perhatiannya Bara pada Kiara.
Bara dan Kiara berjalan beriringan menuju ke pintu utama rumah mewah itu. Wajah Kiara yang sedari tadi mengukir senyuman, kini telah berganti dengan kegugupan. Jujur saja, ia juga masih sungkan untuk bertamu ke rumah mewah ini. Sebab, ia juga sadar diri kalau Vina-- ibu tirinya selalu menatapnya dengan tatapan tak suka.
Setelah mengetuk pintu dan memencet bel beberapa kali, pintu terbuka lebar menampilkan sesosok pria paruh baya sedang berdiri dan tersenyum simpul menatap putri bungsunya dan menantunya itu. Tanpa aba-aba lagi, Deo langsung merengkuh tubuh mungil putri bungsunya, meski ia sudah egois merelakan putri bungsunya menikah di usia muda. Bara memutar bola matanya, melihat pemandangan seperti itu. Pencitraan, pikirnya.
"Ekhem!" Bara berdehem membuat pelukan itu terurai. Sadar akan ada seseorang ditempat itu, Deo dan Kiara terkekeh melihat wajah bosan dan kesal Bara.
"Silahkan, masuk!" Deo mempersilahkan kedua pasutri itu masuk ke rumahnya, sedangkan Bara dan Kiara mengikuti langkah kaki Deo menuju ke ruang tamu. Mereka bertiga sudah duduk di sofa, hanya saja Deo mengambil tempat duduk di single sofa.
"Kamu apa kabar, Nak?" tanya Deo memulai pembicaraan antara mereka bertiga.
"Alhamdulillah baik, Pa," jawab Kiara tersenyum ramah.
Deo tersenyum tipis, bahwa putri bungsunya itu baik-baik saja. "Syukurlah kalau begitu."
"Bi, tolong bawa makanan dan minuman ke sini!" titah Deo kepada pelayan di rumah itu. Pelayan yang disuruh pun segera melenggang pergi menuju ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
Chick-LitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...