17. Ciuman?

3.1K 142 6
                                    

Assalamualaikum

Jgn lupa vote dan koment ya 😁✨

Happy reading!

Siang telah berganti dengan sore hari.  Tak berapa lama, Bara telah pulang dari kantor. Terlihat dari wajah tampan Bara yang kecapekan sehabis pulang dari kantor dengan pakaian yang tidak rapi lagi. Jas yang ia taruh di pundak dan hanya memakai kemeja berwarna biru.

Kiara bergegas mendekati Bara yang sedang duduk di sofa. Tanpa sadar, Kiara mengamati wajah sang suami dari dekat, sungguh tampan. Bara masih setia menutup mata dan itu kesempatan Kiara untuk sedikit lebih lama melihat wajah tampan suaminya itu.

"Ekhem ...." Bara berdehem, membuat Kiara jadi gugup sendiri.

"Aku tau aku tampan. Jadi jangan dilihat kaya gitu," ucap Bara dengan pedenya.

"Gak kok, tadi Ara cuma liat ...." Kiara menggantung ucapannya itu. Ia jadi salah tingkah sendiri dan degupan jantungnya kembali berkerja tidak normal.

Tiba-tiba saja, Bara menarik pergelangan tangan Kiara dan membuat Kiara terduduk di pangkuan sang suami. Napas Kiara seakan menipis saat wajah Bara begitu dekat dengan wajahnya.

"Tu-tuan," panggil Kiara gugup dan menunduk agar tidak melihat wajah tampan Bara.

"Apa? Kamu tadi cuma liat apa?" bisik Bara tepat di telinga Kiara. Seketika Kiara bergidik ngeri saat Bara berbisik dengan suara lembut.

Kiara menggeleng cepat, lidahnya terasa kelu saat ingin berbicara.

Tak tahan dengan sikap sang istri. Akhirnya Bara ....

"Kiara ...," panggil Bara dengan mengangkat dagu istri kecilnya. Pandangan mereka bertemu lagi.

Satu menit.

Dua menit.

Mereka berdua saling pandang. Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Kiara. Seketika Kiara menutup matanya, ia takut kalau Bara akan menciumnya. Walau sebenarnya mereka berciuman pun tidak masalah, karena sudah halal.

Sampai akhirnya, benda kenyal itu bersentuhan. Tiba-tiba saja ....

Drrtt drrtt!

Ponsel Bara berdering. Panggilan telepon dari sebrang sana, membuat aksi ciuman tadi tertunda. Akhirnya, Kiara bernapas lega karena, Bara tidak jadi menciumnya.

Bara menghela napas kasar, jujur ia tak suka saat diganggu seperti ini. Membuat mood-nya jadi hancur.

Ia pun mengangkat panggilan telepon dari sang kekasih. Saat tahu kekasihnya itu yang menelpon, Bara sedikit menjauh dari Kiara agar sang istri tidak mendengar obrolan mereka.

Setelah beberapa menit menelpon bersama sang kekasih, Bara berjalan mendekati Kiara yang sedang tersenyum menatapnya.

"Ini sudah malam, mending kamu tidur," ucap Bara merasa kecapekan sehabis pulang kerja ditambah mood-nya jadi hancur karena panggilan telepon dari sang kekasih.

Kiara mengangguk, sebenarnya ia belum mengantuk.

"Yaudah aku ke atas dulu. " Bara berjalan menaiki anak tangga. Kiara hanya mengikuti sang suami dari belakang.

Merasa sang istri kecilnya mengikuti dari belakang, Bara menghela napasnya. Menatap datar wajah istri kecilnya itu. Sudah cukup, kekasihnya saja yang merusak mood-nya. Sedangkan orang yang ditatap masih tersenyum dengan wajah polosnya itu.

"Mau kamu apalagi, Kiara?"

"Ara gak mau apa-apa kok, Tuan. " Kiara menggelengkan kepalanya, pelan.

"Terus?" Bara bertanya lagi. Ia benar-benar lelah untuk hari ini. Dan gadis kecilnya ini membuat ia greget sendiri.

"Tuan capek, 'kan? Ara temani ya?" tanya Kiara tanpa ragu, menatap Bara  dengan mata yang berbinar-binar.

"Serius, kamu yakin ingin menemani aku malam ini?" Bara menatap Kiara dengan menaik-turunkan alisnya.

"Iya, Tuan!" jawab Kiara dengan cepat.

Bara menarik pergelangan tangan Kiara dengan cepat. Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar Bara. Setelah memasuki kamar, tak lupa juga ia mengunci pintu dengan rapat.

"Kamu gak takut, kalo aku ngapa-ngapain kamu malam ini?"

Kiara menggeleng. "Gak takut, kalo Tuan ngapa-ngapain Ara. Ara akan laporkan Tuan sama Mama."

Seketika Bara tertawa mendengar ucapan konyol dari Kiara-- sang istri. Orang yang ditertawakan hanya menatap Bara dengan wajah kebingungan. Apa ada yang lucu?

"Kok, Tuan ketawa sih?"

Bara dengan cepat menetralkan wajahnya semula. Setelah sekian lama tidak tertawa lepas seperti sekarang, hanya gadis kecilnya ini yang mampu membuatnya tertawa lagi.

"Sini." Bara menepuk bantal di sampingnya. Mengerti akan maksud dari Bara, Kiara mengangguk kemudian berjalan mendekati sang suami.

Kiara merebahkan tubuhnya di samping Bara. Lampu ikut dimatikan oleh Bara, hanya ada cahaya dari lampu tidur yang menerangi kamar itu.

"Good night, gadis kecilku," ucap Bara memeluk pinggang Kiara, lalu ia pun menutup mata.

"Tu-tuan," panggil Kiara, bukannya menjawab ucapan selamat tidur dari sang suami. Ia nampak gugup lagi.

"Tidur, Kiara. Biarkan posisinya seperti ini," jawab Bara masih dengan menutup matanya.

Meski tidak dilihat oleh Bara, Kiara hanya mengangguk. Dia pun ikut menutup mata dan menuju ke alam mimpi.

To be continued ✨🍓

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang