39. Genit

1.4K 78 1
                                    

Happy reading friend!

"Kak Fadil!" teriak Kiara memanggil Fadil yang sedang berjalan menuju koridor sekolah.

Pemuda itu menoleh ke belakang dan tersenyum simpul saat melihat Kiara berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangannya.

"Ehmm ... tumben manggil duluan," ucap Fadil berdehem pelan.

Kiara menampilkan deretan gigi ratanya. "Nggak papa sih, biasanya Kak Fadil yang selalu manggil Ara duluan. Sekarang gantian."

Refleks, tangan Fadil mengacak rambut panjang Kiara dengan gemas. Entah kenapa, Kiara tersenyum saat pemuda itu mengacak rambutnya, biasanya ia akan cemberut kalau rambutnya jadi berantakan. Mungkin, mood Kiara lagi bagus.

"Kak, kok banyak banget sih bawa bukunya?" tanya Kiara sembari menatap Fadil yang tengah membawa banyak buku.

"Oh, ini, nggak papa sih. Jaga-jaga buat belajar aja, biar masuk di otak," jawab Fadil tersenyum.

"Udah pintar juga, siswa berprestasi, keren, bahkan banyak siswi di sini suka sama Kak Fadil," sahut Kiara tak segan memuji temannya itu.

"Termasuk kamu, 'kan?" terka Fadil seraya menaik-turunkan alis tebalnya.

"Eh-ehmm ... g-gak kok," Kiara berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gak salah lagi ya, 'kan?" Fadil mulai menggoda Kiara. Apalagi pipi gadis itu merah merona, menahan malu.

"Apa sih, Kak?!" elak Kiara, merasa ingin pergi saja dari bumi ini. Ia benar-benar salah tingkah.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai di depan kelas Kiara. Banyak pasang mata mulai mengalihkan pandangannya ke arah kedua sejoli itu. Para murid cewek yang menyukai Fadil menatap tak suka, bahkan ada yang mulai ghibah kedekatan Kiara dan Fadil.

"Kok masih di sini? Masuk ke kelas sana!" usir Kiara mendorong pelan lengan Fadil.

"Kenapa? Kan belum bel masuk juga," ujar Fadil yang enggan beranjak dari tempatnya.

Kiara menghela napasnya, lalu melirik ke arah murid yang terus-menerus fokus menatap ke arah mereka berdua sedari tadi. Rasanya, Kiara ingin pergi ke planet lain saja!

"Ih, malu tau diliat murid lain!" gerutu Kiara mengerucutkan bibirnya.

Fadil terkekeh, kemudian pandangannya menatap datar murid lain yang masih menatap dirinya bersama Kiara. Seketika pemuda itu berdecak, buat apa juga mereka semua melihat ke arahnya dan Kiara sih? Kurang asupan belajar saja!

"Kamu masuk dulu. Baru aku ke kelas," titah Fadil pada Kiara. Dan Kiara hanya mengangguk saja.

Setelah Kiara masuk ke kelas dan duduk di bangkunya, pemuda itu mengembuskan napasnya, kemudian tersenyum tipis ke arah Kiara.

'Aku suka sama kamu, Ara.' batinnya mulai melangkahkan kakinya menuju ke kelasnya.

                               ...

Mobil sport itu sudah terparkir rapi di tempat parkir. Bara segera keluar dari dalam mobil, sedikit merapikan jas serta dasinya yang terlihat berantakan. Sedangkan, sang adik bungsu-- Felia sudah menggerutu kesal di dalam mobil, karena kakak sulungnya itu seperti tak memperdulikan dirinya.

Brak!

Pintu mobil dibanting keras oleh Felia, tak peduli Bara yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Punya kakak kok, not have akhlak sih!" oceh Felia menghentakkan kakinya berjalan di belakang kakak sulungnya.

"Kalo gue gak ada akhlak, berarti adik gue lebih dari itu!" sahut Bara terlihat santai, pandangannya tetap fokus ke depan.

"Ih ... amit-amit," Felia segera mengetuk-ngetuk keningnya beberapa kali dan membuang jauh-jauh ucapan yang dilontarkan oleh Bara tadi.

"Selamat pagi, Tuan Bara dan Nona Felia," sapa seorang wanita reception, ketika Bara dan Felia sudah memasuki ke dalam gedung besar itu.

"Pagi," jawab mereka berdua serempak. Bedanya, Bara wajahnya terlihat datar. Sedangkan Felia, tersenyum simpul.

Bara dan Felia melangkahkan kakinya memasuki lift, terlihat para pegawai pria dan wanita ikut masuk ke dalam lift tersebut.

Ting!

Lift berdenting, beberapa pegawai pria dan wanita keluar terlebih dahulu, baru kemudian Bara dan Felia melangkahkan kakinya keluar dari dalam lift. Seketika ada beberapa pegawai wanita bergegas menyambut kedatangan dari Tuan Bara dan adik bungsunya itu.

"Selamat pagi, Tuan Bara," sapa salah satu dari wanita yang berpakaian kemeja berwarna putih dan rok span berwarna hitam ketat.

"Ekhem." Bara hanya berdehem singkat, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ke dalam ruangannya.

Felia memutar bola matanya malas, apa maksud dari pegawai wanita genit itu yang hanya menyapa Bara saja? Sedangkan ia tidak. Tetapi Felia, merasa senang karena sapaan wanita gatal itu hanya ditanggapi dengan deheman saja. Rasain!

"Ini gak bisa dibiarin. Kak Ara harus lebih good looking daripada mereka semua!" gumam Felia pelan.

"Eh, tapi ... berarti Kak Ara sudah good looking dong? Kan sudah menikah sama Kak Bara," lanjut Felia bergumam sembari terkekeh kecil.

"Apa lo, lihat-lihat gue?!" sinis Felia memutar bola matanya dan bergegas masuk ke ruangan kerja kakak sulungnya itu.

Para pegawai yang berada di tempat itu, keheranan melihat Felia yang sedang terkekeh kecil sendiri. Gadis cantik itu mengangkat bahunya tak acuh dan melenggang pergi dari tempat itu.

Felia mendorong pintu tanpa permisi terlebih dahulu kepada sang kakak, lalu berjalan menghampiri sofa yang ada di dalam ruangan itu. Bara melirik ke arah adik bungsunya lewat ekor matanya, benar-benar adik yang menyebalkan!

"Bisa gak sih, masuk permisi dulu? Di dalam ada orang," tegur Bara pada sang adik bungsu.

Felia nyengir. "Maaf, Kak. Gak sengaja, habisnya tadi ada ulet bulu."

Seketika Bara mengerutkan keningnya, kemudian menggeleng pelan mendengar ucapan dari Felia. Kalau ada ulet bulu pasti semua pegawai di sini pada kegatelan, termasuk Felia dan dirinya.

"Kenapa masuk ke sini? Kan sudah janji gak ganggu waktu kerjaku?" Bara bertanya sekaligus mengingat janji dari adik bungsu.

"Yaelah, cuma duduk manis di sini doang. Gak ganggu tuh!" jawab Felia sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Terserah."

Tok tok tok!

"Permisi, Tuan," ucap sekretaris Bara yang bernama Vivi itu.

Bara menegakkan kepalanya dan mempersilahkan sekretaris itu masuk ke ruangan kerjanya. "Masuk!"

Sekretaris bernama Vivi itu masuk lalu melangkahkan kakinya menuju ke hadapan Bara. Felia membelalakkan matanya terkejut, sekretaris sang kakak sulung sangat seksi.

'Subhanallah ... seksi bat dah ini cewek!' batin Felia menggeleng-gelengkan kepalanya.

'Kalau gini mah, gak bisa dibiarin. Awas aja sampai Kak Bar-bar terpesona.'

'Gue geplak kepala Kak Bara!' lanjut batin Felia yang mulai emosi.

"Ehmm ... permisi, Tuan. Nanti siang ada jadwal meeting sama Greyson Group," ucapnya memberitahu.

Bara mengangguk mengerti. "Hmm ... ok."

Vivi tersenyum dan masih berdiri sambil memegang berkas ditangannya. Bara menatap sekretarisnya itu yang masih berdiri di depannya dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Bara menaikkan satu alis tebalnya, ada apa dengan sekretarisnya itu?

"Kalau gak ada hal yang penting lagi. Silahkan keluar," usir Bara merasa kesal ditatap oleh sekretarisnya itu.

"Ehmm ... iya, maaf Tuan." Vivi segera melangkah keluar dari ruangan itu. Dirinya malu, disaat tersenyum malah dibalas dengan tatapan datar.

"Rasain, sok kecaperan sih!" gumam Felia menampilkan smirk.

TBC
Happy holiday wkwkwk!

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang