41. Jaga jarak

1.4K 76 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Ya, Kiara sedikit telat keluar dari kelasnya, karena tugas dari guru belum selesai ia kerjakan. Pikiran Kiara benar-benar melayang kesana-kemari, seperti traveling kemana-mana. Padahal ia sedari tadi duduk di bangkunya. Ck, ada-ada saja. Siapa yang otaknya traveling seperti Kiara?

Hufftt! Kiara mengembuskan napasnya lelah, lalu memasukkan semua bukunya ke dalam ranselnya. Entahlah, pikiran Kiara masih terngiang Fadil bersama cewek lain di perpustakaan. Kiara berjalan dengan langkah kakinya, malas menyusuri koridor sekolah yang terlihat sepi.

Gadis itu tersentak ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya pelan. Ia menoleh ke belakang melihat sosok yang mengejutkannya. Ya, sosok itu adalah Fadil Arkasa. Pemuda itu tersenyum simpul kepadanya, senyum yang selalu menghiasi wajah tampannya. Senyum yang membuat siswi di sini terpikat. Senyum itu yang membuat Kiara merasa sesak, sesak mengingat kejadian itu lagi. Kenapa harus teringat lagi?

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Fadil mulai menggenggam tangan Kiara. Tetapi, secepat mungkin Kiara menepis pelan dan menjauhkan tangannya.

Kening Fadil berkerut, bingung dengan sikap Kiara. Apakah temannya ini ada masalah?

"Kamu kenapa, Ra? Apa ada masalah?" tanya Fadil khawatir.

Seketika Kiara memutar bola matanya. Ya, iyalah ada masalah. Masalahnya itu aku gak suka kamu dekat sama cewek lain! Batin Kiara merasa kesal sekali.

"Gak papa, kok," jawab Kiara tersenyum paksa.

Fadil menghela napas, lalu memegang kedua tangan Kiara dengan erat. "Yakin. Kalo kamu ada masalah, cerita aja sama aku."

Kiara mengembuskan napasnya perlahan, ternyata Fadil gak peka juga! Masa harus Kiara duluan yang bilang sih? Kan gengsi!

"Gak kok, Ara capek mau pulang," jawab Kiara terlihat lesu.

"Ok. Aku anterin kamu pulang," ucap Fadil menawarkan gadis itu untuk pulang bareng.

Kiara menggeleng cepat. "Gak usah, Kak. Ara sudah ada yang jemput, Ara duluan ya, bye!"

Kiara melepaskan pegangan tangan Fadil. Dan bergegas pergi menuju ke depan gerbang sekolah yang sudah ada seseorang yang menjemputnya. Fadil mengusap kasar wajahnya, menatap punggung Kiara yang mulai menjauh. Ada apa dengan Kiara? Kenapa terlihat seperti menghindarinya?

Sedari tadi Fadil berusaha untuk memikirkan hal itu. Tetapi, otaknya terlalu susah untuk mengerti. Sudahlah, mungkin besok ia akan bertanya kepada Kiara.

"Hufftt ...." Kiara mengatur pernapasannya yang mulai ngos-ngosan, setelah berlari kecil menuju ke dalam mobil. Brian menatap heran saat Kiara masuk ke mobil, seperti dikejar warga saja, pikir Brian. Ya, Brian-lah yang menjemput Kiara pulang sekolah. Ini karena disuruh sama Kak Bar-bar, walaupun tidak disuruh oleh Bara, Brian dengan senang hati menjemput Kiara. Ekhem ... ada udang dibalik bakwan nih.

"Kamu kenapa?" tanya Brian, malas berbasa-basi.

Kiara melirik Brian. "Kepo!" sewot Kiara.

Brian mengusap pelan dadanya, sabar. "Bukan kepo kok, cuma ingin tahu aja."

Kiara memutar bola matanya. Apa bedanya coba kepo dengan ingin tahu? Bedanya, cuma di perbedaan kata doang! Selebihnya sama aja kepo! Dasar Bambang!

"Mau kemana nih?" tanya Brian mencari topik pembicaraan agar suasana tak canggung.

"Pulang," jawab Kiara dengan cepat.

"Gak mau makan dulu nih. Di restoran atau cafe?"

"Ara udah kenyang." Ya, Kiara memang tidak lapar. Ia hanya ingin sampai rumah terus rebahan kan enak.

Brian mengangguk saja. Lalu menghidupkan mesin mobil. "Kalau gitu, kamu temani aku makan dulu."

Kiara mendengkus kesal. "Tadi ngajak pulang. Ini malah makan dulu!" gerutu Kiara mengerucutkan bibirnya.

Sedangkan Brian terkekeh geli mendengar ocehan dari Kiara. Menurutnya, Kiara itu lucu. "Gue denger."

"Dihh," gumam Kiara.

Selang beberapa menit mobil yang dikendarai oleh Brian dan Kiara sampai di tempat parkir cafe. Cafe-lah yang menjadi tempat tujuan makan cowok itu. Brian keluar dari mobil, diikuti oleh Kiara dari belakang. Tetapi, bukan namanya Brian kalau orang yang ia ajak tidak mau ikut masuk, alhasil Kiara terpaksa ikut masuk ke dalam cafe tersebut.

Brian dan Kiara duduk di dekat jendela cafe. Cowok itu melambaikan tangannya kepada pelayan cafe, pelayan itupun datang menghampiri kedua sejoli itu. Brian membuka buku menu makanan dan memesannya, ia juga menawarkan makanan kepada Kiara tetapi Kiara menggeleng cepat.

Pesanan makanan dari Brian sudah datang. Pelayan itu segera pergi dari tempat itu.

"Serius nih, gak mau makan? Enak loh," ujar Brian berusaha menggoda Kiara.

Kiara menggeleng. "Ara udah kenyang."

Brian mengangguk saja dan mulai menyantap makanannya. Sedangkan Kiara, melihat orang-orang yang berlalu lalang diluar cafe, aish rata-rata pengunjung di cafe ini pada bawa pasangannya. Bikin Kiara kesal saja!

Pandangan Kiara teralihkan menatap Brian yang sedang menyantap makanannya. Coba saja sikap Bara sama seperti Brian pasti bakalan seru. Seru bagaimana ya?

"Bri, kamu tuh ganteng," ucap Kiara menatap intens wajah tampan Brian.

"Uhukk-uhukk." Brian tersedak makanan yang ia makan tadi dan langsung meneguk air hingga setengah gelas. Brian tidak salah dengar, 'kan kalau Kiara memujinya secara langsung?

"Thanks, aku emang ganteng," ujar Brian penuh percaya diri.

Kiara terkekeh. "Iya, tapi lebih ganteng lagi Kak Bara," sahut Kiara dengan cepat.

Brian mendengkus kesal. "Jangan gitu dong. Gue kan makin suka," lanjutnya menoel lengan Kiara.

Kiara mencebikkan bibirnya, sebal. "Gak jelas!"

"Yaudah, yuk pulang!" ajak Kiara merasa bosan di cafe itu. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah terus rebahan.

"Gak sabaran banget sih, pengen cepat pulang ke rumah. Emangnya mau ngapain?"

"Bobo siang," jawab Kiara.

Seketika Brian mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya. "Yuk pulang! Jadi gak sabar ngelonin dedek gemes."

"Aaaa ... dasar biri-biri!!!"

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang