Happy reading!
"Eunghh," lenguhan pelan lolos dari bibir mungil Kiara. Gadis kecil itu perlahan membuka matanya, mengerjap sebentar agar penglihatannya jelas dan mendapati wajah damai Bara sedang tertidur pulas. Sebelum beranjak dari tempat kasur, terlebih dahulu Kiara mengamati wajah sang suami dan mengelus pipinya.
"Sshh, kok panas?" Kiara bergumam sambil menempelkan punggung tangannya di kening Bara. Apakah suaminya ini sakit?
"Kak Bara, bangun," ucap Kiara masih dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Emm ...." Bara bergumam dan sedikit menggeliatkan tubuhnya.
Kiara mendengkus kesal dan berusaha membangunkan suaminya itu. "Bangun ih, kamu kebo banget ya."
Seketika Bara berdecak, mendengar ucapan dari istri kecilnya yang menyebut dirinya 'kebo'.
"Apa? Aku masih ngantuk, kalo kamu mau bangun. Udah keluar sana!"
Kiara membelalakkan matanya, masih pagi suaminya ini sudah ngajak ribut. "Ya udah aku keluar, sekalian juga buatin kamu bubur," lanjut Kiara beranjak dari kasur.
Bara tak menjawab, ia menaikkan selimut hingga menutupi wajah tampannya. Sungguh, badannya terasa panas dan mulutnya juga terasa pahit. Ia benar-benar butuh istirahat, agar kondisi tubuhnya kembali fit.
Selang beberapa menit, Kiara masuk ke kamar sembari membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air hangat. Ia berjalan mendekati Bara yang sedang menggelung di dalam selimut.
"Bangun yuk, makan dulu nih buburnya," titah Kiara perhatian.
Bara menurunkan selimut sampai lehernya, lalu menggeleng pertanda tidak mau. "Gak mau, pahit."
"Gak ada pahit-pahitnya kok, nih aku coba." Kiara sedikit merasakan sesendok bubur itu ke dalam mulutnya.
"Ayo cepat dimakan, nanti buburnya keburu dingin," ucap Kiara sesabar mungkin menghadapi sikap childish Bara ketika sedang sakit.
Bara tetap menggeleng, lihatlah disaat seperti ini bisa-bisanya masih bisa keras kepala. Dasar Bara! Kiara menghela napasnya, tidak mau menyerah begitu saja, ia menyodorkan satu sendok bubur ke mulut Bara.
"Aaa ...." Suapan pertama berhasil masuk ke mulut Bara. Saat bubur sudah masuk ke mulut Bara, tiba-tiba saja ia ingin sekali memuntahkan bubur itu. Semua yang masuk ke dalam mulutnya terasa pahit.
Gadis kecil itu tetap menyuapi bubur itu sampai setengah dari mangkuk, suapan pun berakhir ketika Bara bergumam bahwa ia sudah kenyang.
Bara meminum segelas air hangat tadi dan menatap kesal wajah sang istri.
"Nih obatnya," titah Kiara memberikan obat itu dan Bara mengambilnya dengan terpaksa. Ia menelan obat diselingi dengan air hangat.
Kiara tersenyum, tangannya mengusap lembut rambut Bara. "Cepat sembuh, sayang."
"Hmm," gumam Bara mengangguk lemah, ketika mendapat perlakuan manis dari istri kecilnya.
"Sama-sama sayang," jawab Kiara, disaat seperti ini Bara tidak ada terimakasih pada Kiara yang sudah repot-repot dan meluangkan sedikit waktunya sebelum berangkat sekolah. Tapi ya sudahlah, nanti Tuan singa ngambek mode on.
"Sengaja banget manggil sayang dari tadi, emang mau kamu apa?" tanya Bara menatap sebal karena Kiara sengaja memanggilnya sayang.
"Hehehe, gak ada kok." Kiara menggeleng cepat, padahal ia biasa-biasa saja sedari tadi. Suaminya saja yang terlalu menganggap ia menginginkan sesuatu pada pria itu.
"Oh," sahut Bara yang mulai malas menanggapi ucapan dari istri kecilnya.
"Kalau gitu, Ara berangkat ke sekolah dulu," pamit Kiara sopan.
"Gak usahlah. Temani aku aja di sini," rengek Bara menatap sendu wajah Kiara. Tuh kan benar, pasti Kiara sengaja bikin baper ia lalu ujung-ujungnya pria itu ditinggal sendiri.
"Gak usah manja, bentar lagi Mama ke sini," ujar Kiara membuat Bara mendengkus kesal.
"Udah pergi sana, gak usah temani suamimu yang sedang sakit ini!" ketus Bara sangat kesal pada Kiara, lalu pria itu membalikkan badannya.
Kiara mengembuskan napasnya, ia sebenarnya ingin menemani sang suami. Tetapi, ia juga tak mau absen karena hari ini tugasnya harus dikumpul.
"Maaf, Kak," cicit Kiara bangkit dari tempat duduknya, ia segera keluar dari kamar.
Merasa keadaan kamarnya sepi tidak ada tanda-tanda suara. Bara membalikkan badannya, ia merutuki istri kecilnya yang berani meninggalkan dirinya sendirian. Awas saja nanti!
"Sialan! Gue ditinggal sendirian."
Tok tok tok!
"Assalamualaikum, apa ada orang?" salam dan pertanyaan sang Mama dari luar kamar.
"Lebay banget, tinggal masuk gak usah teriak-teriak!" gerutu Bara bertambah kesal dengan sikap sang Mama. Gitu-gitu juga itu ibu kamu Bara.
"Masuk, Ma!" titah Bara, sang Mama pun masuk ke kamar dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Anak Mama bisa sakit juga ternyata," ledek Desika sembari terkekeh kecil.
Bara berdecak mendengar ledekan dari sang Mama. "Mama apa-apaan sih! Bara manusia bukan robot!"
Lagi, Desika terkekeh mendengar dan melihat tingkah laku dari putra sulungnya. Kalau sedang sakit, Bara akan sangat manja.
"Udah makan? Udah minum obat?" tanya Desika mulai perhatian pada putra sulungnya.
Bara mengangguk malas, ia pun menyenderkan punggungnya di kepala ranjang menatap sang Mama penuh harap. Sang empu yang ditatap seperti itu, memicingkan matanya curiga pada Bara. Lihat saja, apa keinginan nyeleneh Bara nanti.
"Ada apa?" tanya Desika tak mau berbasa-basi.
Benar saja, firasat Desika tak pernah salah. Pasti Bara ada maunya. Bara tersenyum manis pada sang Mama dan berkata. "Ma, Bara mau makan sate."
Desika menggeleng cepat. "Gak usah ngadi-ngadi deh kamu."
"Minta ini gak mau, minta itu gak mau. Semua, mua, mua gak mau!" gerutu Bara.
"Kamu ah, nanti siang deh. Mama beliin kamu sate," sahut Desika gemas pada tingkah laku Bara.
"Awas aja boong."
_Bara_
TBC ....
Di chapter selanjutnya, bakalan ada awal mula konflik antara Bara dan sang kekasih. Eh, tapi konflik sama Kiara juga ada. Xixixi, ditunggu ya. See you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
ChickLitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...