Pagi hari ....
Seorang gadis cantik berseragam putih abu-abu, yang tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dengan polesan sedikit make-up untuk menutupi mata sembabnya dan tidak lupa juga pakai liptin untuk bibir mungilnya yang terlihat pucat. Setelah dirasa semua siap, Kiara langsung bergegas menuruni tangga dengan sedikit tergesa-gesa."Selamat pagi, Nak," sapa Deo ramah kepada putri bungsunya.
Kiara sedikit menyunggingkan senyumnya, menarik kursi dan duduk di depan sang ayah.
"Pagi," jawabnya singkat.
Kiara mengambil selembar roti tawar dan mulai mengolesi roti dengan selai strawberry.
"Papa harap, kamu mau menerima perjodohan ini," ucap Deo to the point.
"Gak ada apa, pembahasan tentang yang lain?" tanyanya, kemudian beranjak dari tempat duduk. Selera sarapan paginya menjadi hilang.
"Astaghfirullah ... Ara!"
"Maaf, Pa. Ara duluan, takut terlambat," pamit Kiara sopan terhadap ayahnya.
"Jadi, anak kok kelakuannya kaya gitu?" timpal Vina.
Deo menghela napas berat, lalu mengangguk. "Ya, sudah. Kamu hati-hati."
"Sudahlah, nanti dia akan menerima perjodohan ini. Aku yakin!" ujar Deo penuh keyakinan.
"Aku harap sih, gitu!" seru Vina dengan nada ketus.
"Sudah sayang, gak usah ngambek gitu," goda Deo menggenggam erat tangan sang istri.
"Mas, bisa aja deh," sahut Vina tersipu malu.
"Mama sama Papa kok, malah mesra-mesraan sih!" protes Jeo-- anak Vina dan Deo, sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Sedangkan orang yang diprotes, malah membalas dengan kekehan kecil.
"Berangkat gih, entar telat loh," titah Vina kepada anaknya.
"Iya, Ma."
_________
Doorr!
Tiba-tiba saja ada yang mengejutkan Kiara saat sedang berjalan menyusuri koridor sekolah.
"Ih, ngagetin Ara aja sih!" ucap Kiara menoleh ke belakang.
"Hehehe ... sorry princess," balas pemuda itu cengengesan. Ya, dia adalah Fadil Arkasa-- teman baik Kiara.
"Kebiasaan. Lagipula, Ara bukan princess!" tekan Kiara yang tidak suka disebut 'princess'.
"Terus, kalo gak mau dibilang princess apa dong? Sayang?" tanya Fadil dengan menaikkan satu alis tebalnya.
Eh? Seketika Kiara terkejut mendengar ucapan dari Fadil. Debaran jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah itu cinta? Atau cuma perasaan biasa saja. Buanglah pikiran seperti itu, bisa saja ia cuma mau menghibur, pikir Kiara.
"Cie-cie, ada yang salting." Fadil semakin menggoda Kiara, mungkin sekarang wajah Kiara sedang bersemu merah.
Ada perasaan senang dan sedih yang membuat Kiara menjadi bimbang dengan perasaannya sendiri. Senang karena disaat seperti ini, Fadil mampu membuatnya tersenyum lagi. Sedih karena sebentar lagi ia akan dijodohkan dengan pria lain. Menikah dengan pria yang belum ia ketahui sama sekali. Sungguh, pernikahan yang tak diinginkan olehnya.
"Apa sih, udah ah. Mending kita masuk ke kelas entar telat," ucap Kiara mengalihkan pembicaraan.
Mustahil, sudah berteman cukup lama tidak memiliki perasaan terhadap lawan jenis. Tidak bisa dipungkiri kedua sejoli itu memiliki perasaan lebih dari seorang 'teman'.
Fadil mengangguk, kemudian menggenggam tangan Kiara. Sontak membuat Kiara menghentikan langkah kakinya.
"Loh, kok berhenti sih?" tanya Fadil bingung. "Katanya mau ke kelas," lanjutnya lagi.
"Lepasin, Kak. Malu tahu dilihat sama siswa-siswi yang lain," ujar Kiara berbicara pelan, layaknya seorang yang lagi berbisik. Hal itu mampu membuat Fadil tertawa. Lah apa yang lucu?
Pemuda itu berhenti dari tertawanya, menurutnya melihat Kiara salah tingkah sangatlah lucu, ditambah dengan pipi chubby Kiara merah merona. Menggemaskan!
"Oke, deh. Yuk kita ke kelas," ajak Fadil untuk kedua kalinya, ia tak mau berdebat gara-gara masuk kelas.
Bel istirahat berbunyi para siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing untuk menuju ke kantin. Suasana di kantin sangat ricuh dari suara siswa lain. Tapi disisi lain, ada dua sejoli duduk ditempat paling pojok. Ya, mereka adalah Fadil dan Kiara, menurut mereka tempat di sanalah yang nyaman dan tidak ada keributan.
Kiara dan Fadil menikmati makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Tanpa ada perbincangan disaat mereka berdua sedang menyantap makanan. Kedua sejoli itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya, makanan dan minuman yang mereka makan habis tanpa tersisa.
"Hmm ... Ara," panggil Fadil memulai pembicaraan yang sedari tadi saling diam.
Sang empu yang dipanggil mendongak, menatap wajah tampan pemuda itu. "Apa?" tanyanya singkat.
"Nanti pulangnya bareng, yuk. Mau gak?" ajaknya sembari menatap Kiara dengan intens.
Kiara nampak berpikir sejenak, lalu mengangguk menyetujui ajakan dari Fadil.
______
Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa-siswi keluar dari kelas masing-masing. Ada sebagian murid ke tempat parkiran untuk mengambil kendaraan mereka, ada juga yang menunggu di depan gerbang sekolah atau halte di dekat sekolah. Salah satunya Kiara yang sedang menunggu Fadil di depan gerbang sekolah.
"Lama, ya, nunggunya?" tanyanya kemudian memasangkan helm itu kepada Kiara.
"Dikit, hehehe." Setelah dipasang helm, Kiara langsung duduk diatas motor.
Tak terasa kendaraan beroda dua itu sampai di depan gerbang rumah mewah milik keluarga Mahendradatta.
"Makasih ya, Kak," kata Kiara lalu melepaskan helm, kemudian memberikan helm itu kepada Fadil.
"Iya, sama-sama Ara," sahut Fadil dengan mengacak-acak rambut panjang Kiara.
Seketika raut wajah Kiara pun berubah menjadi cemberut. Tatkala Fadil mengacak rambut panjangnya.
Fadil terkekeh geli melihat wajah Kiara sedang cemberut, menurutnya itu sangatlah menggemaskan.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya," pamit Fadil.
"Hati-hati di jalan," pesan Kiara.
"Ok." Fadil membalas dengan mengacungkan jempolnya diatas udara.
Setelah motor Fadil menghilang dari pandangannya. Barulah Kiara berjalan menuju ke halaman luas itu, dengan perasaan yang sedikit berbunga.
TBC ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
ChickLitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...