37. Om-om

1.7K 93 0
                                        

Seorang gadis cantik tengah bersiap untuk menyambut pagi hari ini. Gadis itu menatap dirinya di depan cermin dengan senyuman manis.

"Cantik juga gue," pujinya pada diri sendiri, sambil memutar ke kanan dan kiri tubuhnya.

"Udah ah, ntar cerminnya pecah lagi." Gadis itu terkekeh geli, selera humornya receh!

Gadis itu melangkahkan kakinya, keluar dari kamarnya sembari bersenandung kecil. Tujuannya sekarang adalah ke dapur untuk membantu memasak. Saat ia melewati kamar kakak sulungnya itu, seketika ia memberhentikan langkah kakinya. Hmm ... ia jadi curiga pasti kakak sulungnya dan Kiara pada molor.

"Ketuk nggak, ketuk nggak, ketuk nggak, ketuk," gumamnya pelan. Okay, sepertinya ia harus mengetuk pintunya.

Tok tok tok!

"Kak Bara! Bangun!" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu kamar.

Felia mendengkus kesal. "Kak Bara, Kak Ara! Bangun dong!"

"Kalau gak bangun, Feli dobrak nih pintu. Biar rusak sekalian!" Felia sudah habis kesabarannya. Tidak bisa dibiarin ini, masa pasutri itu masih tidur nyenyak.

Didalam kamar, samar-samar Kiara mendengar teriakkan dari adik iparnya itu. Kemudian ia melirik ke samping, Bara masih tertidur pulas tanpa terganggu dengan teriakkan dari adik bungsu. Ck, dasar kebo tampan!

Kiara berusaha melepaskan pelukan dari sang suami. Bara bukannya melepaskan pelukannya, malah ia semakin mempererat pelukannya, membuat Kiara mendengkus kesal Tuan singa-nya ini begitu berat.

"Tuan bangun," bisik Kiara tepat di depan wajah sang suami yang sedang tertidur damai.

"Hmm," Bara melenguh dan menggeliatkan tubuhnya merasa sedikit terganggu.

"Bangun, Felia udah gedor-gedor pintu dari tadi," ucap Kiara memberitahu pada sang suami.

Dengan terpaksa Bara membuka matanya dan menatap Kiara dari dekat. "Terus, kenapa?" tanyanya dengan suara seraknya.

Kiara memutar bola matanya, ia terlalu malas menanggapi pertanyaan dari Bara dan beranjak dari tempat kasur itu. Bara mengerutkan keningnya, bingung. Kenapa sikap istri kecilnya ini tiba-tiba berubah?

"Kiara!" panggil Bara dengan suara seraknya. Ia menatap Kiara dengan tatapan tajam.

"Ada apa?" tanya Kiara menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Bara.

"Kamu yang kenapa?" Bara bukannya menjawab, ia malah balik bertanya.

Kiara memutar bola matanya. " Ya buka pintu, masa mau konser!" jawab Kiara tak sesuai dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh sang suami.

Bara berdecak mendengar jawaban tak nyambung sama sekali dengan pertanyaannya itu. Ia berjalan mendekat ke arah istri kecilnya itu. Kiara menelan salivanya, ketika Bara mendekat ke arahnya. Astaga, salah apalagi dirinya ini?

"Berani, huh?" tanya Bara.

"Udah jawab pertanyaan dari aku gak nyambung sama sekali," lanjutnya terkesan dingin.

Kiara mengangguk, kemudian menggeleng cepat. Hufftt ... hampir saja ia keceplosan.

"G-gak, Tuan. Ma-maaf," lirihnya pelan.

Sudah ia duga, pasti istri kecilnya akan meminta maaf. "Bisa gak, kamu gak usah panggil aku dengan sebutan Tuan?"

Bara merasa risih disebut 'Tuan' sama istri kecilnya itu.

"Memangnya, kenapa?" tanya Kiara polos.

Lagi, Bara berdecak. " Aku bukan majikan kamu. Tapi suami kamu!" tegasnya dengan menekan kata 'suami'.

"Terus Ara harus manggil apa dong?"

"Hmm ... panggil aku dengan sebutan sayang atau mas lebih cocok," ujarnya tersenyum tipis.

"Gak ah, malas! Gak cocok kayanya," sahut Kiara merasa tak setuju dengan sebutan itu.

Kening Bara berkerut. "Why?"

"Lebih cocoknya sih, Om-om aja!" jawab Kiara terkekeh geli dan langsung bergegas keluar kamar, sebelum nanti kena amukan dari Tuan singa.

Bara menatap tajam kepergian dari gadis kecilnya yang menyebut dirinya sebagai Om-om. Bara tersenyum menyeringai, it's okay gadis kecilnya itu memanggil ia dengan sebutan apa saja.

"Awas kau gadis kecil," ujarnya tersenyum menyeringai. Sepertinya, Kiara akan harus berhati-hati dengan Tuan singa yang kapan saja akan menerkamnya.

TBC ....

:)

Married With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang