Happy reading!
"Kak Bara, udah apa belum acara mesranya? Felia pinjam bentar, Kak Ara-nya!" teriak Felia dari luar kamar.
Bara mendengkus kesal saat mendengar teriakkan dari adik pengganggu itu. Berbeda hal dari wajah Kiara yang tersenyum kikuk menatap wajah tampan Bara.
"Boleh 'kan Ara ngobrol sama Felia?" Kiara bertanya sekaligus meminta izin kepada Bara--sang suami. Bara mengangguk dan memberikan izin pada Kiara.
Setelah mendapatkan izin dari sang suami, Kiara bergegas menuju keluar kamar. Ia berusaha menetralkan degupan jantungnya yang berdisko ria sedari tadi. Felia yang melihat Kiara yang sudah keluar dari kamar, langsung membawa Kiara masuk ke kamarnya untuk mengobrol dan mengenal lebih dekat dengan sang Kakak ipar.
"Masuk ke kamar Felia ya, Kak. Felia ingin mengenal lebih dekat sama Kakak ipar," godanya sembari mencolek dagu Kiara.
Kiara mengangguk dan tersenyum. "Boleh, kok."
Beberapa menit mengobrol, berkenalan, membahas seputar hobi, makanan kesukaan, cita-cita dan hal yang lainnya. Felia pun tak luput memberitahu semua hal seputar Bara kepada Kiara.
"Kak Ara tau nggak, kalau Kak Bara udah punya pacar?" tanya Felia sedikit mendesah kecewa, menanyakan hal itu.
Kiara yang mendengar hal itu, hanya bisa mengangguk sebagai respon. Jujur, mendengar hal apapun yang berkaitan dengan Naura--kekasih Bara dan saat itulah hati Kiara serasa tercubit.
"Kak, maafin Kak Bara, ya?" Felia benar-benar merasa bersalah atas kelakuan dari Kakak sulungnya itu. Gadis cantik itu tak habis pikir, kalau sang Kakak belum memutuskan hubungan dengan sang kekasih.
"Hmm ... iya gak apa-apa kok, Fel," balas Kiara tersenyum dan mengusap lembut punggung belakang adik ipar.
"Aaa ... pengen nangis!"
"Felia sayang sama Kak Ara. Felia juga senang kalau Kak Ara yang jadi Kakak ipar Felia," lanjut Felia memeluk Kiara begitu antusias.
Kiara pun membalas pelukan hangat dari sang adik iparnya. Syukurlah, kalau sang adik ipar begitu baik kepadanya dan juga Desika-- sang Mama mertua. Setidaknya Felia bisa menjadi teman curhatnya.
Kiara mengurai pelukan mereka berdua, mendapati wajah sembab Felia yang tengah menangis.
"Jangan nangis lagi. Ntar jelek loh, mukanya," goda Kiara, tangannya mengusap bekas jejak air mata di pipi sang adik ipar.
"Ih, Kak Ara bisa aja bercandanya," ujar Felia tersenyum malu-malu.
"Udah jelek dari lahir tuh!" sahut Bara yang tak sengaja mendengar percakapan kedua gadis cantik itu. Karena ucapan tersebut membuat Felia kembali jengkel kepada sang Kakak.
"Apaan sih, ganggu banget!" sungut Felia mendengkus kesal. Bisa-bisanya Kakaknya itu ikut menyahut pembicaraan tersebut.
Bara tak peduli.
Pria itu mendekat ke arah Kiara dan Felia yang sedang duduk diatas kasur queen size milik Felia. Ia tak memperdulikan ucapan dari sang adik, ia hanya fokus menatap Kiara dengan intens. Bara menuntun Kiara, agar ikut bersamanya. Lalu melenggang pergi dari kamar Felia.
"Astaghfirullah, nih gue dikacangin lagi? Ck, jadi obat nyamuk mereka!" oceh Felia sambil berdecak kesal, saat sang Kakak membawa Kiara keluar dari kamarnya.
Saat kepala Kiara ingin berbalik ke arah belakang, dengan cepat Bara menahan kepala Kiara dengan satu tangan kanannya. Ia berbalik, menatap ke arah belakang dan menjulurkan lidahnya ke arah sang adik yang terlihat begitu menahan kesal.
"Mau pulang?" tawar Bara sembari menatap lekat wajah istri kecilnya. Kiara menoleh dan mengangguk sebagai jawaban.
Kedua pasutri itu menuruni tangga, menuju ke arah dimana kedua orangtuanya, Om Monata dan Tante Alena yang sedang berbincang.
"Ma, Pa. Kami berdua pamit pulang," ujar Bara berpamitan kepada kedua orangtuanya.
"Loh, kok cepat banget sih? Mama kira kalian berdua akan menginap di sini malam ini," sahut Desika menatap sang putra sulung dan menantu.
Bara menggeleng cepat. "Gak, Ma. Bara besok juga sibuk dan Kiara masuk sekolah."
"Ya, sudah. Kalian berdua pulangnya hati-hati aja, ya. Ini udah larut malam," peringat Desika.
Setelah berpamitan, Bara dan Kiara melenggang pergi menuju keluar rumah. Kiara mengulum senyumnya, saat mengingat perlakuan manis dari Bara malam ini.
Saat diperjalanan pulang ke rumah, hanya hening yang menyelimuti suasana di dalam mobil. Keduanya masih larut dalam pikiran masing-masing. Kiara mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil, melihat jalanan yang sedang ramai dengan pengendara motor dan mobil.
"Kak Bara orangnya baik, kok. Hanya saja sikap baiknya tertutupi oleh ego yang tinggi."
.
.
TBC ....
☺️🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With CEO
ChickLitKiara tak menyangka di usianya yang masih sangat muda, telah dijodohkan dengan seorang CEO muda sukses. Sepertinya keegoisan dari sang ayah yang menginginkan putri bungsunya itu menikah dengan Bara Carel Adiwijaya, semata-mata hanya karena perusahaa...