#3. Rights

435 51 6
                                    

"I just woke up and walked away without paying attention to the hurt that have been torturing me all day."

≈ H . O . M . E ≈

.
.
.

Untuk beberapa hari terakhir Irene hanya melakukan kegiatannya tanpa ingin terganggu dengan keadaan sekitar. Pergi subuh sebelum para penghuni lain bangun dan pulang hampir tengah malam ketika semua lampu telah padam.

Ini tidak seperti Ia masih menyimpan dendam akan sesuatu yang mungkin terlihat sepele bagi orang lain.

Sebagai pribadi yang didominasi oleh personalitas introvert, privasi adalah satu dari banyak hal yang harus dijaga keamanannya.

Irene merasa aman ketika space nya tidak diganggu. Bukan berarti Ia secara mutlak menolak orang lain untuk masuk, hanya saja Ia menginginkan sebuah batasan pasti yang mana membuatnya merasa aman bahkan bila orang lain menerobos ruangnya.

Lagipula Irene bukan tipe perempuan yang suka menyimpan dendam. Ia tidak suka melukai perasaan orang lain.

Sebagai gantinya, Ia justru terbiasa melukai diri sendiri dengan semua pikiran rumit nan tak banyak orang bisa mengerti.

Dan ketika diamnya dianggap sebagai situasi menegangkan, Irene justru ketakutan di kotaknya sebab Ia diam-diam menyimpan amarah bagi dirinya sendiri.

Mungkin seharusnya kemarin dia tidak melakukan itu.

Mungkin seharusnya dia bisa menegur mereka dengan lebih baik; dengan kalimat yang lebih bisa menjelaskan dirinya.

Mungkin seharusnya Ia tak pernah melarang mereka sejak awal mengingat dia sendirilah yang mengundang mereka untuk tinggal bersama.

Penyesalan-penyesalan dengan pertimbangan yang begitu dalam setiap detiknya, membuat Irene tanpa sadar telah menjatuhkan jarak di tengah-tengah antara dirinya dan semua orang di rumah itu.

Tak pernah ikut mengobrol ringan di ruang tengah, tak pernah bergabung di pembicaraan acak group chatnya, berusaha menghindari tatap muka, dan segala upaya lain untuk membuat Irene tidak merasa takut; takut bila Ia secara tak sadar menyakiti mereka atas amarahnya pada diri sendiri.

Padahal kenyataannya, justru disitulah titik kesalahannya.

Sebab Ia selalu mencari jalan keluar dengan ideologinya sendiri.

• × •

Lalu siapa juga yang tahu bahwa keriuhan tak hanya terjadi di batin Irene, namun anggota lain juga.

Seperti misalnya Moonbyul yang telah duduk di bangku tinggi counter dapur selama kurang lebih 10 menit, menikmati segelas air putihnya sembari memakukan mata pada layar menyala di genggaman.

Pikirannya bertumbuh menggila seiring nama Irene hanya terpampang di bagian 'info'; menandakan bahwa Irene memang telah membaca pesannya dan yang lain di grup sejak beberapa hari silam.

"Kak Irene ada sesuatu? Dia nggak bales pesan kita padahal ada sebut namanya juga."

Lebih sial lagi karena seseorang yang berkaitan langsung dengan Irene di hari itu, lewat dan bahkan berhenti di depan mesin kopi belakang Moonbyul.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang