#14. See

216 28 4
                                    

"Don't you ever dare to think that you're all alone."

≈ H . O . M . E ≈

.
.
.

Sudah terdapat cukup banyak pengamatan yang Irene lakukan terhadap teman satu huniannya. Namun entah bagaimana, akhir-akhir ini Wheein selalu menjadi fokus yang bisa membuatnya berhenti melangkah atau menjeda kegiatan memasak atau bahkan menunda bersin.

Irene tidak tau darimana asalnya, namun Ia tanpa sadar selalu berpikir bila dibalik tawa Wheein yang selalu mengundang orang lain untuk ikut berbahagia bersamanya, terdapat satu sisi gelap nan sesungguhnya sering menyiksa Wheein dari dalam.

Irene bahkan tak sadar bila keingin tahuannya telah menggiringnya pada aksi ekstrim dimana Ia sungguh menemukan dirinya sendiri bersandar di bingkai pintu kamar Wheein; memperhatikan si pelaku berbaring tengkurap bersama Wendy dengan kaki diangkat layaknya anak balita nan gembira bercerita.

Ini tidak seperti Irene menjadi creepy stalker yang akan terus mengawasi Wheein 24/7. Lagipula dua sosok dihadapan yang terus menikmati euphoria masing-masing, sudah mengetahui keberadaannya sejak awal.

Lantas ketika semesta mengerti apa mau Irene sampai menyediakan satu waktu dimana tidak ada siapapun selain dirinya dan Wheein, disitulah Irene mulai mengambil langkah sebagai gebrakan atas kekhawatiran di hatinya.

Entahlah. Irene hanya menjadi semakin terbiasa untuk lebih memperhatikan kaum-kaum muda di rumah ini. Barangkali karena Ia merupakan satu-satunya pelopor agar mereka tinggal bersama, jadilah Irene menaruh tanggung jawab pada dirinya sendiri untuk tetap menaruh perhatian pada mereka; memastikan bahwa mereka baik-baik saja dan menekan diri sendiri untuk tetap menjaga mereka.

"Hei, kamu nggak papa?"

Irene sekilas melirik ke arah jam dinding diatas meja belajar Wheein yang ternyata telah menunjukkan pukul 10; mengundang kontemplasi kembali muncul di kepala akan apakah Ia harus membahasnya sekarang atau besok.

Padahal Irene sudah bertekad untuk menghimbau Wheein agar tidak terus menerus bergadang dan baru tidur pukul 1 atau 2 dini hari. Namun substansi yang berputar di dadanya seakan-akan menggetarkan tujuannya sehingga Irene lebih memutuskan untuk duduk di tepian kasur Wheein selagi pihak yang lebih muda menyandarkan punggung di kepala ranjang.

Disisi lain, Wheein pun juga sudah tahu bahwa Irene sebenarnya tengah menyinggung story WhatsApp–nya nan berkaitan dengan problem mengenai memahami dan dipahami beberapa waktu lalu.

Mungkin karena itu pula Wheein tak ingin berbohong; karena Ia tahu bahwa Irene berprinsip kuat yang mana ketika Ia memiliki tujuan, Ia akan mengejarnya sampai dapat. Atau mungkin juga Wheein sudah cukup dapat mempercayai pola berpikir Irene sehingga Ia berani untuk mengungkap faktanya.

"Engga, Kak. Aku cuma kadang tiba-tiba mikir, aku udah banyak ngertiin orang lain tapi begitu aku butuh seseorang untuk ngertiin aku, rasanya nggak ada satu orang pun yang mampu."

Dititik ini, Irene sontak merasa tertohok mengingat Ia seringkali memiliki pemikiran nan sama persis. Seketika Ia seperti ditampar oleh kenyataan bahwa yang lebih muda nyatanya telah sampai pada masa dimana dia mendapatkan sensasi yang sama seperti Irene.

Disaat Irene sering diam-diam mengeluh pada dirinya sendiri atas ketidakadilan dunia pada hidupnya, ternyata masih ada sosok lebih muda yang telah merasakan sesuatu nan seharusnya didapatkan ketika menginjak umur Irene.

Dan lagi. Irene secara sembunyi-sembunyi, merutuki dirinya sendiri karena bahkan dengan Wheein menceritakan masalah batin padanya, Ia masih sempat-sempatnya memikirkan masalahnya pribadi.

"Whee, mau seberapapun kamu peduli sama orang lain, prioritas harus tetap ada di dirimu sendiri. Kalo kamu ngerasa lagi dititik dimana kamu nggak mampu untuk mendengarkan cerita orang lain, then tell them.

"Coba bayangkan batinmu itu satu balon dan pikiran-pikiran sebagai udaranya. Waktu kamu udah bener-bener penuh dengan pikiranmu sendiri, apakah kamu kira dengan dengerin orang lain akan bikin kamu teralihkan? Enggak. Kamu cuma bikin balonmu sesak dan lama-lama meledak. You'll become numb. Kalo kamu berpikir kamu sepenuhnya sendirian, then you're totally wrong karena aku disini. Kamu bisa dateng ke aku dan cerita kapanpun kamu butuh seseorang, Whee."

Munafik. Kamu bahkan nggak praktekin itu buat dirimu sendiri, Rene, sisi lain Irene diam-diam menyampaikan opini kontra nya pada diri Irene sendiri.

Tapi Wheein nyatanya juga bukan hanya anak muda biasa yang akan sekedar menerima nasihat. Faktanya Ia pun berhasil mendeteksi isi sanubari yang secara tak langsung tersorot di mata Irene.

"Iya, kak. Thanks. Kak Irene juga ya. Jangan mendem sendiri. Aku juga disini kok buat kak Rene."

.
.
.

≈ H . O . M . E ≈

Guys, aku mau minta maaf kalo disini kebanyakan fokus nya di Irene. Mungkin kalian ada yang sampe mikir "Ini mah main rolenya Irene doang.". Tapi engga gaes, aku juga masih mencoba untuk melibatkan yang lain okay?

Regards
- E

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang