#29. Broken

191 21 22
                                        

"I'm always afraid, because I do most of my stuff at home, where nobody bothers me, and I don't have to stroke somebody's ego or be careful about hurting someone's feelings." - Jack White

≈ H . O . M . E ≈

.
.
Written and Collabed by: xlvstph
.
.

Irene.

Salah satu manusia yang bisa membuat Joy berpikir begitu keras dibalik setiap ucapan atau perilakunya yang kelewat misterius.

Meski Ia ㅡtidak, semua orang pun tahuㅡ bahwa gadis itu memang bersifat demikian; sulit ditebak dan sukar membuka diri kepada orang lain, Joy seringkali berusaha menebak apa yang tengah Irene pikirkan dan rasakan.

Joy selalu merasa iri bagaimana penghuni rumah lain bisa dengan mudah melontarkan perkataan yang tepat bila Irene tengah mencurahkan sedikit bebannya kepada mereka. Sedangkan Ia hanya bisa terdiam, tak bisa mengekspresikan bagaimana harus menanggapi Irene dengan semestinya meskipun Ia merasa telah mengerti Irene sepenuhnya.

Maka hanya dengan itu saja, Joy merasa begitu jauh dengan Irene. Disaat semua penghuni rumah dapat merangkulnya di sana, Joy tertinggal jauh di belakang; terdiam senyap menyadari tidak bisa menembus batasan antara keduanya.

Ia ingin menjadi sandaran Irene ketika gadis itu tengah rapuh, seperti yang lain; yang mampu memberi pengertian dan bukan hanya diam membisu; yang bukan hanya memberikan sekadar kata untuk bersabar dan pelukan yang jelas sekali tidak banyak membantu.

Joy ingin mendobrak masuk, melihat seluruh kegelisahan Irene dan membantu gadis itu menghadapinya.

Namun detik selanjutnya, Ia malah dibuat terkikik dengan keinginan yang sama sekali tidak bisa dicapainya dengan kemampuan nan hanya bisa memahami tanpa banyak bicara seperti itu.

Lagipula apakah Ia adalah sosok yang tergolong penting bagi Irene? Jarak mereka saja sejauh itu, mengapa Joy lancang ingin bersikeras menjadi lebih dekat dengan Irene.

Ia merasa tak merasa memiliki hak.

Joy hanya iri.

Pada Wendy yang selalu bisa menjadi pendengar yang baik, pada Wheein yang meski tidak banyak mengoceh namun bisa memberikan sebuah masukan yang tentu saja membantu, terlebih pada Tiffany yang mampu mencangkup dua hal tersebut hanya dalam satu kali percobaan.

Getaran di ponsel membuyarkan semua lamunan Joy. Bersamaan dengan Wendy yang terpampang paling atas di daftar chat, terdapat pula serangkaian gambar yang gadis itu kirimkan.

Detik berikutnya Joy merasa matanya memberat. Sebuah gambar dengan quotes penyemangat, berderet mengantri untuk dibaca.

Joy
| Apaan Kak? Kok tiba-tiba?

Wendy tidak menjawab, malah mengirimkan serentetan quotes baru yang mampu membuat air matanya tumpah sepenuhnya.

Joy
| Kak, numpang nangis ya. Tapi jangan ke kamarku.

Bagaimana Wendy tahu ia tengah tidak baik-baik saja?

Joy tidak ingin Wendy melihat tangisnya sekarang. Ia tidak ingin siapapun ada di sisinya ketika menangis; tidak Tiffany maupun Wendy yang mengerti jelas bahwa ia tengah tidak baik-baik saja. 

Kak Wendy Botak
Iya, nangis aja sini |
Puk puk |
Adek kecil xixixi |
Issoke Joy |
Everything will be okey |

Joy
| Aku ga tau mesti ngapain lagi, tapi aku lega tau 'itu' Kak

Kak Wendy Botak
Keluarin semua |
Jangan pendem sendiri |
Aku kan bakal selalu jadi pendengar kamu |
I always got ur back |

Nyatanya, kalimat terakhir itu memang benar.

Meski kini Joy mempunyai Tiffany yang bisa mengerti ia lebih jauh, namun untuk beberapa kesempatan ia merasa Wendy begitu dekat dengannya.

Apa sebab Ia dan Wendy punya hubungan yang jauh lebih lama dibanding Tiffany? Atau karena Ia memang tidak memiliki keberanian membicarakan semua apa yang menjadi beban pikirannya kepada Tiffany?

Joy tidak tahu.

Lagi pula, yang menjadi alasannya menangis sekarang pun berhubungan dengan kekasihnya itu dan juga Irene.

Kemarin malam, seluruh pertanyaan besar dalam benaknya terjawab sudah oleh Irene. Meski Joy sejujurnya sama sekali tidak terluka ataupun kecewa, ia malah merasakan kelegaan yang seolah menjunjungnya jauh ke atas langit.

Namun, segalanya berubah pagi ini, ketika ia mencoba berbicara dengan Tiffany. Mengapa ia merasa begitu emosional sesaat.

Joy lega. Sangat. Namun kenapa di depan Tiffany seluruh perasaannya terasa dicampur aduk.

Joy perlu akui bahwa ia adalah orang yang selalu ingin tahu. Jadi ketika dua sosok penting baginya itu sengaja menyembunyikan sebuah rahasia yang semestinya Joy perlu tahu, Ia merasa sedikit terluka.

Joy tidak menyimpan dendam apapun kepada Irene, tidak ada sejengkal pun. Ia tidak ingin dan tidak merasa butuh pula untuk mengeluarkan semua perasaannya pada Irene.

Tetapi, saat semuanya kembali tentang Tiffany, Ia meledak. Padahal jelas-jelas tidak ada kesalahan yang kekasihnya itu perbuat.

Ia hanya merasa sedikit didustai dengan bagaimana kebenaran itu disembunyikan darinya, bukan karena poin utama dari rahasia itu.

Meski Joy berkata baik-baik saja kepada Tiffany, sekarang Ia meledak dalam tangis setelah apa yang Wendy lakukan ternyata menuntunnya untuk menyelami apa yang sebenarnya Ia rasa sekarang.

Joy menarik napas dalam, menghembuskannya bersama rasa emosional yang diterbangkan pergi.

Pikirannya kembali kepada Irene. Gadis itu benar-benar luar biasa. Merelakan apa yang seharusnya bisa Ia miliki sekarang kepada Joy, sementara Ia harus menanggung apa akibat perasaan dari tindakannya kini.

Meski Joy tahu bahwa itu keputusan Irene, tetap saja ada sesuatu mengganjal yang tidak bisa Joy jelaskan. Yang Ia pilih untuk lupakan karena semuanya sudah usai sekarang.

.
.
.

≈ H . O . M . E ≈

Wow hahaha
Dammit, Irene. You're sooooo messed up. She hurts everyone with her actions and decisions.

Dammit!! (̲̅ ͡ಠ_ಠ)̲̅

Regards
- C

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang