#43. Homesick

109 10 0
                                    

"Missing someone is the best feeling but also the worst feeling at the same time."

⟩⟩ H . O . M . E ⟨⟨

.
.

Collabed by laviern

.
.

Wheein merasa tumbuh lebih banyak ketika menjalani kehidupannya secara mandiri setelah berpisah dengan yang lain.

Namun mengingat lagi bahwa dirinya tidak benar–benar sendirian disini sambil memegang fakta bahwa Ia kembali disatukan dengan salah satu bagian dari beberapa gadis lain nan berasal dari lintas generasi yang berbeda —yang dulu pernah tinggal bersama— menjadi salah satu hal yang paling Ia syukuri sampai detik ini.

Sekarang mereka berada ditempat yang berbeda. Jauh dari rumah.

Secara tidak langsung mengharuskan diri agar memperhatikan yang lebih muda darinya karena usai melepas diri dari gadis gadis nan lebih dewasa yang kini tinggal jauh dari mereka, kini keduanya hanya memiliki satu sama lain.

Maka Wheein terus berusaha menjaganya meski hanya mengawasinya secara diam–diam.

Siang ini Wheein menyeret lengan ramping Rosé sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuannya —menjaga Rosé— karena gadis itu sama sekali tidak memperhatikan jalan dan justru sibuk bermain game online bahkan ketika mereka sedang berjalan di tempat umum.

"Rosé ishh... Dengerin kek kalo dibilangin!"

Sama sekali tak menggubris berapa banyak bahu orang yang ditabrak oleh gadis berambut pirang tersebut secara tidak sengaja, dia tetap tampak tidak memiliki niat untuk menghentikan kegiatan sampingannya dengan barang elektronik di genggaman meski Wheein sudah memberi peringatan bahkan mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan mendorong nya ketengah jalan.

Betapa menyebalkannya anak itu ketika dia sama sekali tidak menganggap penting segala hal yang terjadi disekitarnya saat ini.

Decakan dari lidah Wheein atas dasar kekesalan agaknya hanya sekedar sebuah topeng untuk menutupi rasa peduli serta kekhawatirannya. Terbukti dari bagaimana jari–jari Wheein tetap setia bertengger di lengan Rosé walau ekspresi sudah bagai ingin membelah bumi.

Hari ini mereka memang sudah merencanakan untuk pergi ke sebuah cafe yang biasa mereka kunjungi selama tinggal di asrama. Letak nya tidak terlalu jauh, jadi mereka piker bisa menghabiskan waktu disana dengan cukup lama.

Mengambil tempat disudut ruangan sebagai tempat favorit setelah berhasil memaksa Rose mengantri untuk memesan makanan, Wheein menatap ponselnya lalu membuka grup chat yang biasanya ramai.

Nol notifikasi.

Untuk beberapa saat, jari – jarinya bergoyang kecil seolah mempertimbangkan apakah Ia harus mengirim pesan pembuka atau menunggu anggota di dalamnya menginisiasi percakapan terlebih dahulu.

Walau kini semua orang memiliki kesibukan masing masing ditempat yang saling berjauhan, tapi tidak jarang mereka menyempatkan diri untuk memberi kabar lewat pesan pesan yang mereka kirim disana.

Dengan begitu hubungan mereka masih terjaga dan kian erat seiring berjalannya waktu.

Sejujurnya yang Ia rindukan adalah obrolan secara langsung yang mereka lakukan kala matahari mulai tenggelam, di dalam bangunan besar berwarna putih yang selalu berisikan kehangatan disertai canda tawa.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang