"Are we really a family?"
≈ H . O . M . E ≈
.
.
.Cklek
Malam ini Tiffany sedikit dikejutkan oleh eksistensi yang tahu-tahu muncul dari balik pintu utama sebelum kembali menutupnya secara perlahan. Buka apa-apa, Tiffany pun sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan dunia lain, hanya saja Ia sungguh sangat mudah dikejutkan.
Manalagi seluruh penerangan telah dipadamkan mengingat hari ini hampir semua penghuni memilih untuk pergi ke alam mimpi sedikit lebih cepat dibanding biasanya.
Lantas Tiffany kembali diingatkan bila masih ada sosok yang lebih tua darinya, nan selalu pulang kerja lebih dari pukul 10 malam.
Ada sedikit kelegaan karena Ia jadi tak perlu berhadapan dengan hantu atau yang sejenisnya, namun di sisi lain hatinya, Ia masih merasa sedikit canggung mengingat dirinya dan Jessica tak pernah berbincang cukup lama dengan perempuan tersebut.
Seperti Tiffany biasanya, Ia akan menjadi salah satu pihak yang ramah serta berjiwa sosial tinggi, jadilah dengan tanpa ragu Ia melanjutkan kegiatannya menuangkan air putih lantas bersandar di counter dapur.
"Baru pulang, Jess?"
"Eh? Tiff? Iya nih baru pulang."
Tiffany sendiri tak sekalipun mengalihkan pandangan meski yang dilakukan Jessica saat ini ialah sekedar melepas sepatu serta merapikannya di rak dekat pintu.
Jessica merupakan wanita dengan perspektif bebas nan tak terlalu mempedulikan apa yang orang lain pikirkan tentangnya ataupun bagaimana cara mereka mengomentari dirinya dalam hati. Mungkin itu juga yang menjadi alasan mengapa Ia tak ambil pusing atas tatapan Tiffany yang hampir melubangi sisi wajahnya.
Kemudian sebuah topik tahu-tahu muncul di kepala Jessica; mencoba memunculkan pembicaraan daripada hanya saling menemani dalam diam.
"Gimana Irene kemarin? Dia nggak papa?"
Seketika otak Tiffany memutar kembali memori dua hari silam; membutnya ingat kembali akan bagaimana Irene tampak cukup kacau saat itu dan berakhir ingin ditinggalkan sendirian.
Ada sedikit kekhawatiran di relung Tiffany setelah topik Irene kembali diangkat, padahal Ia telah hampir lupa akan kejadian hari itu. Barangkali karena Irene merupakan satu persona yang telah begitu dekat bahkan sudah Ia anggap seperti adik sendiri, jadilah ada perhatian tersendiri yang Tiffany berikan pada Irene. Belum lagi Tiffany mengerti bila terdapat sisi nan begitu negatif dalam diri Irene dimana butuh seseorang untuk mengubahnya, menjadikannya semakin tergerak untuk mencoba menggali lebih dalam akan apa yang Irene pikirkan di kepalanya.
"Dia cuma butuh waktu sendiri dulu sih kayaknya, Jess."
Jawaban tersebut sepertinya juga hanya sebuah pengalihan supaya Tiffany sendiri tidak terus menerus mempertanyakan dalam pikiran akan keadaan Irene saat ini.
Lantas anggukan Jessika yang tampak mengerti namun juga tak ingin menerobos lebih jauh, menjadi penutup sebelum Ia sungguh mengakhiri percakapan singkat mereka.
"Yaudah, aku ke kamar dulu ya, Tiff. Mau mandi."
Balik menyerahkan anggukan seraya meminum teguk terakhir air putihnya, Tiffany meletakkan gelas di basin wastafel lantas memutar tubuh.
"Oke, Jess."
.
.
.≈ H . O . M . E ≈
I'm sorry. I don't think they're 'that' close to each other. Aku bisa sih bikin mereka bareng di cerita lain, but this is a special work and I can't do it, to be honest. So, sorry 😞😔
Regards
- E

KAMU SEDANG MEMBACA
Home ✔
ФанфикKisah hidup sederhana maupun rumit dari 9 perempuan yang akhirnya memilih untuk tinggal di satu atap yang sama meski awalnya hanya mengenal lewat dunia virtual. Di masa pandemi yang masih terasa menegangkan, tanpa sadar mereka telah membangun keluar...