#20. Difference

170 25 0
                                    

"I know it's not perfect, but it's life. Life is messy sometimes." - Mr. Levangie on Grey's Anatomy

≈ H . O . M . E ≈

.
.
.

Kekonstanan agenda dalam seminggu terakhir merupakan salah satu substansi yang mereka jalani tanpa perubahan.

Seperti misal Jessica yang masih sibuk bekerja namun sedikit demi sedikit telah merubah jadwalnya supaya bisa bercakap ringan dengan perempuan lain di rumah, Yuri yang masih sesekali menyingkir untuk menerima panggilan dari sosok spesial, serta Rosé yang masih cukup sering memulai percakapan acaknya di group chat maupun di waktu perkumpulan petang hari.

Namun meskipun begitu, perubahan tetaplah menjadi sebuah tragedi tak terhindarkan nan harus mereka hadapi tiap harinya.

Seperti misalnya Moonbyul yang mulai kembali aktif mengobrol dan tidak hanya menjadi pengamat sepertis sebelumnya, Wheein dan Wendy yang bertukar peran dengan Moonbyul lantas menjadi pihak yang lebih sering diam, Irene yang secara sembunyi-sembunyi menghindar dari percakapan malam, juga hubungan Tiffany dengan Joy yang memang semakin melibatkan perasaan lebih serius dibanding sebelumnya.

Kesibukan adalah bagian dari mereka walaupun masing-masing persona memiliki takaran yang tak sama. Tapi kebutuhan untuk bercerita pun sesungguhnya merupakan sesuatu yang tidak bisa mereka sangkal sekuat apapun mereka mencoba.

Barangkali sensasi tersebut sedang menyerang Moonbyul sehingga ketika waktunya mereka untuk duduk bersama di ruang tengah sembari menonton film yang Wendy pilih, suaranya secara tak terduga muncul menginterupsi fokus mereka.

"Umm... Gaes, aku mau ngomong bentar deh."

Sebuah atmosfer serius yang memang dengan sengaja Moonbyul bentuk atas hasratnya mengungkapkan isi hatinya, menjadikan penghuni lain cukup teralihkan hingga memilih untuk menghentikan sejenak film di depan mereka dan mulai menaruh perhatian penuh pada Moonbyul yang kini justru menunduk memainkan jari-jarinya.

"Aku minta maaf ya kalo ada ucapan temenku yang nyakitin kalian secara nggak langsung. Dia sebenernya baik, tapi emang dia agak beda dari orang lain. Aku tau ada beberapa dari kata-kata dan sikapnya yang pernah bikin kalian sakit hati, tapi plis jangan diambil hati ya. Setiap orang punya kesalahan 'kan?"

Hampir semua perempuan yang mendengarkan pengakuan Moonbyul sebenarnya telah menentukan satu nama yang sama akan siapa yang sebenarnya tengah dibahas oleh si pembicara. Namun mungkin persepsi mereka akan topik pembahasan ini cukup berbeda satu sama lain terutama Irene yang selalu memiliki pikiran rumit hingga tak mengijinkan orang lain untuk mengerti sebagian saja dari keseluruhan pandangan dan prinsipnya.

Bagi sosok-sosok yang jarang atau bahkan tidak memiliki momen intens dengan seseorang yang tengah dibahas -Seokjin- mungkin tidak terlalu mempermasalahkan apapun yang pernah lelaki itu katakan atau lakukan ditengah-tengah mereka.

"Berhubung aku emang nggak pernah berurusan sama dia, jadi nggak papa. It's okay, Byul. Jangan sampe itu jadi beban pikiran kamu juga ya."

Dan mulailah Tiffany dengan seluruh sikap pengertian yang pada dasarnya memang merupakan kesehariannya yang menjadikan Irene diam-diam menunduk dalam; lagi-lagi memunculkan opini bahwa Tiffany tidak lagi ada di sisinya; di pihaknya. Padahal sesungguhnya apa yang Tiffany sampaikan memang merupakan sesuatu yang Ia rasakan.

"Yap. Aku juga udah nggak terlalu tersinggung sama dia kok."

"Iya, aku juga udah nggak sesakit itu kok."

Disusul oleh Yuri kemudian Joy, Irene merasakan dirinya semakin kecil di tengah-tengah mereka; merasa seolah-olah Ia akan menjadi satu-satunya pihak yang menaruh konflik lebih jauh dengan mengutarakan apa yang ada di kepala.

Namun entah bagaimana caranya, kata-kata terakhir dalam kalimat Moonbyul beberapa saat lalu tahu-tahu terputar ulang bagai kaset rusak di dasar syaraf otaknya. Seketika Ia merasa tersindir; merasa bahwa fokus yang sebenarnya sedang dibicarakan bukanlah teman Moonbyul melainkan diri Irene sendiri.

Belum ditambah kesendiriannya; perasaan diasingkan yang Ia dapatkan ketika Ia tak memiliki siapapun di belakang punggungnya untuk mendukung argumen atau bahkan sekedar mem-backup eksistensinya. Lantas segalanya serta-merta meledak tanpa ada penahan.

"Aku nggak bisa terima maafnya. Toh bukan kamu yang salah. Dia harus belajar mengenali sendiri mana yang salah dan yang bener. Kamu nggak bisa terus-terusan ngewakilin maaf atas nama dia. Lagian aku juga salah. Aku selalu sensi sama dia padahal aku nggak tau latar belakang kehidupan dia. So, I'm sorry too."

Bersama ocehan panjang yang biasa Irene lakukan bila Ia telah mencapai titik sentimentalitasnya, Irene lantas berdiri dan meninggalkan mereka tanpa peduli apa balasan Moonbyul terhadapnya; berasumsi bahwa mungkin maaf yang keluar dari mulutnyanya memang merupakan apa yang mereka inginkan.

Lagipula, merendahkan dan menyalahkan diri sendiri merupakan salah satu keahlian Irene.

Dengan satu kata yang bahkan tak ditujukan padanya pun beribu persepsi negatif tentang diri sendiri akan mulai menyerbu relung Irene.

.
.
.

≈ H . O . M . E ≈

Yang ini agak random dan berantakan bahasanya. Maaf.

Dan ternyata seberapapun aku nyoba buat ada di perspektif karakter lain, aku bakal balik lagi menyertakan Irene di dalamnya. Jadi untuk beberapa chapter kedepan kayaknya aku belom ada rencana lain selain bikin cerita ini dari sudut pandang Irene. Thanks

Regards
- C

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang