"How will you make everyone happy of you're not happy yourself?"
⟩⟩ H . O . M . E ⟨⟨
.
.
.Sebuah pagi yang cukup kontradiktif.
Setidaknya di rumah ini Wheein tak perlu dibangunkan menggunakan suara sirine yang disebarkan melalui speaker layaknya asrama tempat Ia menetap selama menempuh pendidikannya kini. Ia sering sekali merasa pusing kala membuka mata akibat bunyi memekakkan telinga itu.
Namun satu hal yang tidak begitu Wheein gemari pula ialah fakta bahwa dalam hunian cukup elegan saat ini, Ia justru terbangun secara natural sebelum jam dinding atas televisi menunjuk ke angka enam.
Padahal tujuannya adalah untuk bermalas-malasan, tapi nyatanya begitu situasi mendukung, pikirannya sendiri yang justru tergugah lebih dulu.
Sangat tampak dari cara Wheein berjalan bila Ia sama sekali tak mengantongi sedikitpun niat untuk sekedar bangkit dari kasurnya. Hanya saja sensasi kering yang perlahan menggaruk tenggorokannya menjadikan perempuan tersebut tak memiliki pilihan lain selain mengajak tubuh berkompromi.
Tentu tak melupakan ponselnya. Objek pertama yang menerima sapaan paginya.
Rosé rongsok is calling...
Tepat ketika Wheein menyentuhkan pinggiran gelas berisi air putih ke bibirnya, getaran yang tersalurkan ke tangan melalui permukaan counter dapur berhasil menarik fokusnya.
Wheein bahkan sampai menaikkan satu alisnya. Heran bagaimana anak termuda dalam lingkar pertemanan yang berakhir satu asrama dengannya, bisa-bisanya menghubungi kontaknya di waktu yang sedini ini.
Menggeser lingkaran hijau keatas lantas menekan tombol loudspeaker, Wheein berbalik lantas membuka kulkas; tak peduli bila jus markisa yang Ia ambil dari rak kedua, ditempeli sebuah note dengan tulisan 'punya Irene'.
"Kenapa?!" Nadanya lebih terdengar seperti terusik daripada bertanya.
Maklum saja. Wheein membayangkan akan bagaimana lebih kesalnya dia jika sungguh masih terlelap lalu diganggu oleh getaran yang tak lain tak bukan diciptakan oleh Rosé.
"Dihh... Santuy aja kali. Ngegas amat bund."
Atau barangkali Wheein benar. Ini masih terlalu pagi bagi Rosé untuk bisa sepenuhnya meresapi konsep 'tidak ingin diganggu' yang disampaikan oleh nada bicaranya.
Masa bodoh. Wheein sendiri juga bukan merupakan seseorang yang anti akan kesenyapan. Ia lebih memilih meluangkan waktunya untuk menusukkan sedotan ke lubang khusus di karton wadah jus di tangan, lantas secara perlahan menyesap isinya.
Rosé sendiri terdengar tahu diri. Ia jelas merecoki pagi Wheein yang telah diluar ekspektasi sejak awal. Jadi Rosé membiarkan suara hisapan sebuah cairan melalui pipet, menelusup telinganya di seberang sana.
"Kemaren ada cowok nanyain kamu, Kak. Namanya kak Minsik. Cie ciee... Pacarmu ya?"
"Hmm..." Entah apa gunanya Wheein mengangguk samar saat ini. Toh gumamannya sudah cukup menjelaskan. Lagi, gestur kepala tak akan sampai pula ke si penelfon.
![](https://img.wattpad.com/cover/272946169-288-k214838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Home ✔
FanfictionKisah hidup sederhana maupun rumit dari 9 perempuan yang akhirnya memilih untuk tinggal di satu atap yang sama meski awalnya hanya mengenal lewat dunia virtual. Di masa pandemi yang masih terasa menegangkan, tanpa sadar mereka telah membangun keluar...