#33. Self-understanding

135 20 2
                                    

"Because when you took a wrong decision, you should live with that."

≈ H . O . M . E ≈

.
.
Written and Collabed by: kesyhadey
.
.

Sayup-sayup terdengar suara obrolan dan diselingi tawa. Tiffany sangat tahu itu adalah suara para pemuda yang sedang berbincang santai dengan Irene nan baru saja pulang.

Sejujurnya memikirkan mengapa dirinya bisa berada di dalam pertemanan ini, menjadikan Tiffany agaknya bingung.

Dirinya tidak tahu apakah Ia seorang ekstrovert atau introvert?

Karena Ia bisa menjadi keduanya, terlebih dengan sikapnya yang ramah hingga sering dikatakan sebagai social butterfly.

Tiffany bisa menjadi pendengar yang baik, pengamat yang baik, dan bahkan dapat menebak apa yang terkadang orang lain belum ceritakan padanya, namun sudah terlihat olehnya dari gestur dan ekspresi wajah.

Tiffany selalu bisa menjadi pemerhati yang baik bagi orang-orang di sekitarnya kecuali dirinya sendiri. Ia kerap kehabisan kata lantas berakhir gagal untuk mengutarakan apa yang sedang Ia rasakan.

Walaupun Ia bertemu dengan berbagai macam manusia, tapi belum semuanya tahu bagaimana sifat asli dirinya; sifat yang hanya Ia tunjukkan pada dirinya sendiri.

Atau mudahnya, tidak semua orang tau bagaimana Tiffany dari dalam.

Separah, semeledak, selelah apapun dirinya terhadap masalah yang ia punya, Ia tetap tidak akan membukanya pada siapa pun.

Sangat tertutup dalam hal privasi.

Salah satu hal yang Ia lakukan saat menangani masalahnya sendiri adalah, ditengah heningnya malam, Ia menangis sendiri sambil berkata kepada dirinya, "Kamu hebat, udah bisa sampe sini. Hari esok jangan nyerah ya."

Hanya itu yang dapat Tiffany lakukan saat ia mendapat masalah, tidak ingin orang tahu bahwa dirinya sedang terusik.

Tiffany merasa dirinya tidak sebaik yang dipikirkan oleh teman-teman serumahnya. Yang selama ini ia tunjukkan itu hanya lah topeng; topeng untuk menutupi dirinya yang rapuh.

Percayalah, semua manusia pasti memiliki sisi rapuh masing-masing. Hanya saja perbedaannya terdapat pada keputusan untuk mau memperlihatkan atau tidak.

"Kak Irene laknat! Balikin kebab aku heh!!!"

Tiffany terkekeh dari dalam kamarnya, sangat yakin bahwa teriakan barusan berasal dari Wendy; gadis yang mempunyai simpanan kebab cukup banyak nan berakhir diambil alih oleh Irene seluruhnya.

Lantas bicara tentang Irene, Tiffany menjadi ingat bagaimana awal pertemuan mereka sebelum akhirnya bisa menjadi sepasang teman.

Menurut Tiffany, Irene sendiri merupakan sosok yang memiliki antusiasme begitu tinggi, tetapi juga memiliki keras kepala yang tak jauh berbeda levelnya.

Disaat orang lain mengatakan pendapatnya yang mana kerap berbeda dengan pendapat Irene, Irene pasti bersikeras bahwa pendapatnya-lah yang paling benar tanpa mendengarkan pendapat yang lain.

Sifat Irene yang sangat Tiffany tidak suka adalah overthinking berlebihan. Hal kecil yang seharusnya tidak dipikirkan akan terus berputar di kepala kecil Irene lantas menjadi satu bongkahan besar yang menghimpir otaknya hingga tanpa sadar hal tersebut menyakiti dirinya.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang